Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Dosen :

Prof Sugiarto, S.T., M.T.,Ph.D.

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

KELAS 1B AHLI JENJANG

ERA NATHA PARANOAN / 41223201

NUR AMALIA / 41223233

TASYA ALIFYA / 41223244

FAKHRURY RATHU RAHMAN / 41223250

ISLAMIYAH MUSRAN / 41223256

PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, binatang
dan tumbuhan memerlukan air untuk kehidupannya. Air dapat pula digunakan sebagai
pelarut, pembersih dan keperluan lain seperti rumah tangga, industri maupun usaha-usaha
lainnya. Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus
bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat
mencemari air bersih tersebut.
Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi
negara-negara maju maupun negara berkembang. Salah satu masalah pokok yang
dihadapi khususnya di Indonesia adalah kurang tersedianya sumber air yang bersih,
belum meratanya pelayanan penyediaan air bersih dan sumber air bersih yang belum
dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Dalam, rangka penyediaan kebutuhan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan,
Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan pemenuhan kebutuhan air bersih di seluruh
daerah termasuk keseluruh pelosok desa. Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya
Program 100-0-100 oleh pemerintah lewat Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, yang didalamnya dibahas tahun 2019 permukiman harus memenuhi standar
100% akses air minum, 0% persen luas kawasan kumuh perkotaan dan 100% akses
sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase).
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka jumlah penggunaan air juga akan
meningkat. Ketersediaan air bersih tidak hanya berpengaruh pada kebutuhan rumah
tangga, tetapi juga berpengaruh pada berbagai macam sektor yaitu; sektor sosial,
ekonomi dan fasilitas umum (Tangkudung dkk, 2019; Kalumata dkk, 2019). Oleh karena
itu di anggap penting untuk merencanakan sistem penyediaan air bersih guna memenuhi
kebutuhan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan air bersih ?


2. Bagaimana proses pengolahan air bersih ?
3. Bagaimana sistem penyediaan air bersih ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian air bersih


2. Mengetahui proses pengolahan air bersih
3. Mengetahui sistem penyediaan air bersih
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air Bersih

Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk
hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang
digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.
Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin
lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak
disengaja.
Air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering
ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan
penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan masalah
tersebut, maka perlu diketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia
tanpa menyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagi
manusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusia mampu
hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

2.2 Proses Pengolahan Air Bersih

Air bersih adalah kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Dalam


keseharian, air bersih digunakan untuk berbagai keperluan, dari minum, mandi, cuci,
masak dan lainnya. Hasil dari aktivitas masyarakat tersebut adalah air buangan/air
limbah. Selain dari rumah tangga, air buangan juga dapat berasal dari industri maupun
kotapraja. Lalu bagaimana air buangan tersebut diolah menjadi air bersih?
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3 aspek, yakni pengolahan secara
fisika, kimia dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara
mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan,
filtrasi, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan
bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya bahan ini digunakan untuk
menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Sedangkan pada pengolahan
secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini
terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda
yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.

b. Bak Prasedimentasi (optional)


Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya tinggi
(kekeruhan yang menyebabkan air berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak
sederhana, fungsinya untuk pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti
pasir, dll. Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih yakni
WTP.
c. WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini
beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
 Koagulasi
Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan
proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air
kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang
terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan air
dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya seperti memisahkan
air pada susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat)
agar koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat
pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan
hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau mekanis (menggunakan batang
pengaduk).
 Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk
membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini
dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada pengadukan
lambat (slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan
efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat
flok-flok tersebut.
 Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid
yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan
prinsip berat jenis. Berat jenis partikel kolid (biasanya berupa lumpur) akan
lebih besar daripada berat jenis air. Pada masa kini, unit koagulasi, flokulasi
dan sedimentasi telah ada yang dibuat tergabung yang disebut unit aselator.
 Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan media
butiran. Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica dan
kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan dengan metode
gravitasi.
 Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman dan
bakteri yang hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat
mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,
pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni
reservoir.
d. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi di
Indonesia menggunakan konsep gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan di
tempat dengan posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran
distribusi, bisa diatas bukit atau gunung.

2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih

Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus diperhatikan persyaratan
utamanya yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah dalam
proses pengambilan sampai pada proses pengolahannya.
 Sistem perpipaan
Sistem ini menggunakan pipa sebagai sarana pendistribusian air. Unit pelayanannya
dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman dan Sambungan
Umum. Untuk mendistribusikan air bersih dengan perpipaan terdapat beberapa sistem
pengaliran yang tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
keadaan topografi, lokasi sumber air baku, dan elevasi daerah layanan. Sistem
pengaliran tersebut antara lain:
1. Pengaliran gravitasi
Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan dengan memanfaatkan
tekanan akibat beda elevasi muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan
terletak lebih rendah dari sumber air. Diperlukan beda elevasi antara sumber
dan daerah layanan yang cukup besar sehingga tekanan yang diperlukan dapat
dipertahankan.
2. Pengaliran pemompaan
Sistem pengaliran dengan pemompaan digunakan di daerah yang relative
datar dan tidak memiliki beda elevasi yang cukup besar. Distribusi air ke
daerah layanan dengan mengandalkan tekanan dari pompa. Pada sistem ini
tekanan sistem yang optimal perlou diperhitungkan sehingga tidak terjadi
kelebihan atau kekurangan tekanan yang dapat mengganggu sistem
pengaliran.
3. Sistem kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaan. Pada sistem ini, air sebelum didistribusikan terlebih dahulu
ditampung di reservoir. Pendistribusian air dapat dilakukan melalui sistem
gravitasi maupun sistem pemompaan.

Rangkaian dari beberapa pipa dalam distribusi air bersih/ minum disebut
jaringan pipa. Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan
yang ada dan jalan rencana. Selain itu juga bergantung pada topografi, pola
perkembangan daerah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan. Pada
dasarnya ada dua pola sistem jaringan distribusi yaitu sistem cabang dan
sistem loop.
1. Sistem cabang
Sistem cabang adalah sistem pendistribusi air bersih yang bersifat
terputus membentuk cabang-cabang sesuai dengan daerah layan. Pada
sistem ini air mengalir dalam satu arah dan area layan disuplai melalui
satu jalur pipa utama.
2. Sistem loop
Sistem loop terdiri dari pipa-pipa utama dan sekunder yang saling
berhubungan satu sama lain dan membentuk loop (melingkar).

 Sistem non perpipaan


Sistem distribusi ini tidak menggunakan pipa. Unit pelayanannya adalah Sumur
Umum, Hidran Umum (HU) serta terminal air (kendaraan dengan tangki air/water
tank). Sumur umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal
pada kelompok masyarakat yang umumnya tiap satu sumur umum dipakai untuk
melayani kurang lebih 20 orang. Hidran umum adalah pelayanan air bersih yang
digunakan secara komunal pada suatu daerah tertentu untuk melayani 100 orang
dalam setiap hidran umum. Sedangkan terminal air adalah distribusi air melalui
tangki-tangki air yang diberikan pada daerah-daerah terpencil atau daerah yang rawan
air bersih.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Secara umum,
pengolahan air bersih terdiri dari 3 aspek, yakni pengolahan secara fisika, kimia dan
biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya
penambahan bahan kimia. Sedangkan pada pengolahan secara biologis, biasanya
memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
Adapun skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terbagi atas
bangunan intake (bangunan pengumpul air), bak prasedimentasi (optional), WTP (Water
Treatment Plant) dan reservoir. Sedangkan sistem penyediaan air bersih terdiri atas
sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem perpipaan menggunakan pipa sebagai
sarana pendistribusian air. Unit pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah
(SR), Sambungan Halaman dan Sambungan Umum. Sedangkan sistem non perpipaan
tidak menggunakan pipa. Unit pelayanannya adalah Sumur Umum, Hidran Umum (HU)
serta terminal air (kendaraan dengan tangki air/water tank).

Anda mungkin juga menyukai