Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

KUNJUNGAN INDUSTRI PDAM KESUGIHAN

Oleh:
Niken Sri Wahyuningsih
NIM A1H014028
Hani Sukowati
NIM A1HO14030
Eko Saputro
NIM A1H014031

KEMENTERIAN RISET DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wijaya kabupaten Cilacap pada kondisi saat
ini jumlah kapasitas total yang tersedia 450 liter/ detik. Kapasitas produksi tersebut masih terlalu
kecil jika dibandingkan dengan kapasitas air baku yang disediakan oleh BPSDA melalui saluran
irigasi tersier yaitu 1.300 l/dt. Dengan kapasitas produksi sebesar ini PDAM Cilacap memiliki
permasalahan dan tantangan di masa depan diantaranya adalah kontinuitas kesediaan air baku
dan potensi menurunnya kualitas air baku yang dapat berpengaruh terhadap pembiayaan proses
produksi dan kontaminasi produk air minum oleh non degradable matter lainnya.
Pengelolaan sumber daya air sangat penting, supaya dimanfaatkan secara berkelanjutan
dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah
pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi.
Kegiatan proses pengolahan air minum pada Instalasi Pengolahan Air Minum Tirta Wijaya
PDAM Cilacap berpengaruh terhadap kondisi sekitarnya. Dari segi kualitas, pihak pengelola
telah melakukan beberapa cara baik dalam proses pengolahan air minum hingga menghasilkan
effluent yang sesuai dengan standar baku mutu air minum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dari segi kuantitas yaitu sudah mencukupi kebutuhan air minum pada masyarakat. Instansi
pengelola dan pemberi layanan air minum di kabupaten Cilacap dikelola oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) kabupaten Cilacap. Pada kondisi yang telah ada jumlah kapasitas total yang
tersedia 450 liter/ detik. Dalam kapasitas air baku yang melimpah perlu adanya penambahan
kapasitas produksi unttuk memaksimalkan pelayanan.

B. Tujuan

1. Mengetahui industri Instalasi Pengolahan Air Bersih Kesugihan PDAM Tirta Wijaya Cilacap.

2. Mengetahui teknologi yang digunakan dalam Instalasi Pengolahan Air Bersih Kesugihan
PDAM Tirta Wijaya Cilacap.
3. Mengetahui pengaplikasian teknolgi dalam Instalasi Pengolahan Air Bersih Kesugihan PDAM
Tirta Wijaya Cilacap dalam bidang pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air


yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan
pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
(bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air
yang digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber air baku yang
dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air permukaan (air sungai, air
danau/rawa), air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam, mata air) (Hartomo, 1994; JICA,
1974; Linsley, 1989; Martin D, 2001; Sutrisno, 2002). Standar kualitas air bersih yang ada di
Indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan
Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum. Dalam pengolahan air bersih diperlukan unit sebagai berikut :
1. Intake
Beberapa lokasi intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau dan waduk, dan intake
air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake crib, intake pipe atau
conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam (Kawamura, 1991).
2. Aerasi
Aerasi digunakan untuk menyisihkan gas yang terlarut di air permukaan atau untuk menambah
oksigen ke air untuk mengubah substansi yang di permukaan menjadi suatu oksida. Dalam
keadaan teroksidasi, besi dan mangan terlarut di air. Ada empat tipe aerator yang sering
digunakan, yaitu gravity aerator, spray aerator, air diffuser, dan mechanical aerator. Fungsi dari
proses aerasi adalah menyisihkan methana (CH4), menyisihkan karbon dioksida (CO2),
menyisihkan H2S, menyisihkan bau dan rasa, menyisihkan gas-gas lain (Fair, 1968).
3. Koagulasi
Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat hingga merata.
Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada pada air baku. Koloid yang

sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga
cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Faktor yang menentukan keberhasilan
suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan koagulan, dan
pengadukan dari bahan kimia (Martin D, 2001; Sutrisno, 2002).
4. Flokulasi
Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari suspended solids, pH,
alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya pengadukan (Sutrisno, 2002). GxTd yang
disyaratkan untuk flokulasi adalah 10.000-100.000 (Martin D, 2001). Beberapa tipe flokulator
adalah channel floculator (buffle channel horizontal, buffle channel vertikal, buffle channel
vertikal dengan diputar, melalui plat berlubang, dalam Cone, dan dengan pulsator), pengadukan
secara mekanik, pengadukan melalui media, pengadukan secara pneumatik (dengan udara).
5. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Pengendapan kandungan zat padat di
dalam air dapat digolongkan menjadi pengendapan diskrit (kelas 1), pengendapan flokulen (kelas
2), pengendapan zone, pengendapan kompresi/tertekan (Martin D, 2001; Peavy, 1985; Reynolds,
1977). Jenis bak pengendap adalah bak pengendap aliran batch dan bak pengendap dengan aliran
kontinu. Uniformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh.
6. Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalui media pasir. Proses
yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan (straining), flokulasi antar butir, sedimentasi
antar butir, dan proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan
menjadi saringan pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat
(Martin D, 2001). Setelah filter digunakan beberapa saat, filter akan mengalami penyumbatan.
Untuk itu perlu pembersihan, yang dapat dilakukan dengan pencucian dengan udara dan
pencucian dengan air (pencucian permukaan filter dengan penyemprotan dan pencucian dengan
backwash). Sedangkan tenaga untuk pencucian dapat dilakukan dengan cara pompa (memompa
air yang ada di reservoir penampung ke dasar filter), menggelontor air yang ada di reservoir atas
(elevated tank) secara gravitasi ke dasar filter, dan menggelontor air yang ada di filter sebelahnya
ke filter yang sudah jenuh (interfilter). Hal yang dipertimbangkan dalam mendesain proses
filtrasi adalah media filter dan hidrolika filtrasi.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Xxxxx
(Sebutkanalatdanbahan
yang
gunakanpadasaatkunjungantermasukobjekalatataumesin yang dikaji)

kalian

B. Prosedur Kerja

Xxxxxx
(jelaskanlangkah-langkah
lakukanpadasaatmengunjungiindutritersebut)

yang

kalian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut adalah teknis sistem penyediaan air bersih di Instalasi Kesugihan :


1. Unit pengambilan air baku

Gambar 1. Fasilitas Intake 3


Air baku intake 3 diambil dari saluran tersier irigasi Bendung Gerak Serayu desa
Gambarsari Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Intake 3 merupakan sumber utama air
baku pada IPA 400 maupun 50 l/dt.
2. Proses Penjernihan Air

Gambar 2. Unit Clearator


Unit proses penjernih terdiri dari tiga kompartemen pengolahan yaitu diffuser, flokulator,
dan settler. Diffuser untuk mendiffusikan bahan kimia kedalam air baku agar koagulasi dapat
berjalan secara homogen. Flokulator adalah tempat flok-flok air yang mengandung lumpur terdestabilisasi oleh koagulant. Settler merupakan tempat dimana air yang mengandung flok akan
mengalami pengendapan secara kontinyu hingga diperoleh air yang bebas flok.
3. Unit Operasi Filtrasi

Gambar 3. Unit Filter Cepat


Operasi filtrasi merupakan operasi penyaringan air clarifier hasil pengendapan dsengan
menggunakan media filter untuk menghilangkan sisa flok dalam bentuk float yang halus untuk
mendapatkan kualitas air yang lebih jernih. Perbedaan kejernihan air diukur menggunakan
turbidimeter. Secara periodik filter harus dicuci balik (back wash) menggunakan air BWS supaya
akumulasi lumpur pada media filter dibuang, sehingga filter dapat beroperasi normal. Filter cepat
yang digunakan di PDAM Cilacap adalah jenis Rapit Sand Filter yang berjumlah 8 unit dengan
susunan media Gravel 15 cm, Silika 30 cm, dan Antrasit 60 cm. Dengan kapasitas 6 x 41,6 dan 2
x 50 l/dt.
4. Unit Operasi Pompa Transmisi

Gambar 4. Unit Pompa Transmisi

Gambar 5. Panel Energi listrik Berkapasitas 750 kw


Unit bangunan transmisi terdiri dari Clear Water Storage 1 dan 2 (CWS) serta Unit
Pompa Transmisi 1, 2, dan 3. Bangunan CWS berfungsi sebagai penyimpan sementara produk
air jernih dan sebagai reaktor pada proses chlorinasi. Unit transmisi merupakan bangunan yang
menggunakan energi paling besar dibanding unit lain karena semua kegiatan pengaliran air ke
konsumen menggunakan pompa berdaya tinggi.
B. Pembahasan
A. Sejarah Singkat Berdirinya Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kesugihan
Sistem penyediaan air bersih di Kesugihan direncanakan, dirancang, dibangun, dan
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan bantuan keuangan dan teknik dari
Pemerintah Australia. Pelaksanaan kontruksi dimulai tahun 1981. Proyek Penyediaan
Sarana Air Bersih (PPSAB) Cilacap Insatalasi Kesugihan selesai tahun 1985 dan secara
resmi dibuka tanggal 15 Oktober 1985. Setelah mengalami beberapa pengelolaan, Instalasi
Pengolahan Air Kesugihan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten melalui BUMD yaitu
PDAM Kabupaten Cilacap dan sekarang menjadi PDAM Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap.
B. Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih di Instalasi Kesugihan
Sistem penyediaan air bersih terdiri dari Unit Proses dan Unit Operasi. Unit Proses
adalah peristiwa perpindahan massa disertai perubahan wujud dan sifat zat. Unit Operasi
adalah peristiwa perpindahan massa tidak disertai perubahan wujud dan sifat zat, dalam hal
ini adalah zat cair. Sistem penyediaan air bersih Kesugihan saat ini berkapasitas alir 450
liter/detik dan Water Treatmen Plan I (WTPI) berkapasitas 400 liter/detik dan WTP II
dengan kapasitas 50 liter/detik. Spesifikasi Unit Operasi dan prosesnya sebagai berikut :
1. Unit Pengambilan Air Baku
Air baru diambil dari dua sumber air dengan dibangun tiga intake yaitu
intake 1 air diambil dari sungai Serayu melalui saluran penghubung dari sungai
menuju sebuah sumur. Bangunan intake 2 menggunakan air baku langsung dari

sungai Serayu menggunakan pompa submersible. Bangunan intake 3


diambildari saluran tersier irigasi Bendung Gerak Serayu (BGS) desa
Gambarsari, kecamatan Kebasen, kabupaten Banyumas. Kapasitas air baku
yang disediakan oleh BPSDA sebesar 1300 liter/detik. Dialokasikan ke WTP
Kesugihan baru termanfaatkan 450 liter/detik. Saat ini hanya ada satu intake
yang beroperasi secara kontinyu yaitu intake 3 sebagai sumber air baku pada
IPA 400 maupun 50 liter/detik.
2. Unit Proses Penjernihan Air
Unit proses penjernihan terdiri dari tiga kompartemen pengolahan yaitu,
diffuser, floculator, dan settler. Diffuser untuk mendifusikan bahan kimia
kedalam air baku agar koagulasi dapat berjalan secara homogen. Flokulator
sebagai tempat pembentukan flok-flok air yang mengandung lumpur terdestabilisasi oleh koagulon. Pada zona settler air yang mengandung flok
mengendap secara kontinyu hingga didapat air yang bebasflok. Flok-flok akan
menendap kebawah dan sisanya berupa air yang lebih jernih menuju ke arah
vertikal dan masuk ke clarifier.
3. Unit Operasi Filtrasi
Operasi filtrasi adalah operasi penyaringan air clarifier hasil pengendapan
menggunakan media filter untuk menghilangkan sisa flok dalam bentuk
floatyang halus untuk mendapatkan kulaitas air yang lebih jernih. Perbedaan
kejernihan air diukur menggunakan Turbidimeter. Secara periodik filter harus
dicuci balik menggunakan air bus supaya akumulasi lumpur pada media filter
dibuang sehingga filter beroperasai normal. Filter berjumlah 8 unit jenis Rapid
Sand Filter yang mempunyai susunan media Gravel 15 cm, Silika 30 cm, dan
Antrasit 60 cm dengan kapasitas 6 x 41,6 dan 2 x 50 liter/detik.
4. Unit Operasi Transmisi
Unit bangunan transmisi terdiri dari Clen Water Storage 1 dan 2 (CWS)
serta unit Pompa Transmisi 1, 2, dan 3. CWS ini berfungsi sebagai penyimpan
sementara produk air jernih dan sebagai reaktor pada proses chlorinasi. Unit
transmisi merupakan bangunan yang menggunakan pompa berdaya tinggi. Unit
transmisi 1 dengan kapasitas 320 liter/detik dioperasikan untuk mensuplai
sebagian besar wilayah kota Cilacap, kecamatan Jeruk Legi, dan sebagian
wilayah kecamtan Kesugihan are seltan dan barat. Unit transmisi 2 dengan
kapasitas 60 liter/detik dioperasikan untuk mensuplai ke wilayah keamata
Maos, Kroya, Adilpala, dan Sampang. Untuk kapasitas 36 lier/detik untuk
wilayah Kesuguhan induk. Unit transmisi 3 untuk mensuport transmisi 1. Debit
optimal yang dihasilkan mencapai 160 liter/detik untuk tambahan suplai ke
Cilacap kota dan Jeruk Legi.

C. Uraian Proses Produksi Air Minum


Unit proses dan operasi pada sistem pengolahan air minum sebagai berikut :
1. Pre-Sedimentasi
Pre-sedimentasi adalah operasi awal pengendapan padatan tersuspensi
pada air baku di kolam arus lambat. Bermanfaat untuk menekan atau
mengurangi pemakaian bahan kimia koagulan, karena sebagai partikel lumpur
sebelum proses koagulasi sudah mengendap terlebih dahulu.
2. Proses Koagulasi
Proses Koagulasi adalah peristiwa peningkatan partikel koloid dalam air
menjadi flokulan dengan menggunakan bahan kimia koagulan. Bahan kimia
yang digunakan adalah tawas atau Polly Aluminium Chloride dengan dosis
variable.
3. Prose flokulasi
Flokulon dapat terbentuk ketika koloid mengalami destabilisasi ion
polimer koagulon sehingga ikatan ion stabil pembentuk koloid menjadi rusak
dan akhirnya pecah membentuk kelompok partikel suspensi yang disebut flok.
4. Proses pengendapan
Pada operasi settling, partikel flokulan mengendap sampai dengan
kekeruham akhir sesuai dengan yang dikehendaki. Hasil akhir dari operasi
settling 2, berupa air clarifier beserta float dan lumpur endapan atau bottom
product (sludge). Air clarifier di olah ke tahap berikutnya ke unit filtrasi,
sedangkan lumpur endapan dibuang dan di keluarkan sebagai limbah produksi.
5. Operasi filter
Air clarifier hasil pengendapan selanjutnya disaring melewati beberapa
media filter cepat. Kekeruhan air hail filtrasi dipersyaratkan kurang dari sama
dengan 1.0 NTU karena kekeruhan tersebut sangat efektif untuk dilakukan
proses desinfeksi.
6. Proses Cholrinasi/Desinfeksi
Proses desinfeksi adalah proses pemusnahan bakteri pathogen secar
kimiawi dengan dosis yang telah ditentukan. Bahan kimia yang digunakan
sebagai desinfektan adalah senyawa chlorine. Proses chlorinasi dibagi menjadi
tiga macam, yaitu pre-chlorinasi, post chlorinasi, dan super chlorinasi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Xxxxxx

B. Saran

Xxxxxxx

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad,
Agus.
2004.
UniversitasDipenogoro: Semarang.

PengantarTeknologiPengolahanHasilPertanian.

Hasan, Urip Muhammad. 2001. TeknologiPertanian Modern. PT. Soeroengan, Jakarta.

Dan seterusnya

Anda mungkin juga menyukai