Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

DisusunOleh :
Kelompok Pembimbing Akademik Prof. Dr. RifdaNaufalin, S.P., M.P

Adi Harmony
Laila Sausan El Islmi
Nabila Ayu Sekarini
Niti
Siti Mutoharoh

A1F016054
A1F016070
A1F016038
A1F016022
A1F016006

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

Proses Pengolahan Air Pada PT PDAM Tirta Wijaya

Disusunoleh :
Kelompok
Adi Harmony
Laila Sausan El Islmi
Nabila Ayu Sekarini
Niti
Siti Mutoharoh

A1F016054
A1F016070
A1F016038
A1F016070
A1F016070

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air pada awal mulanya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui.
Namun, pada masa sekarang ini banyak permasalahan yang muncul karena
keterbatasan air dari segi kuantitas maupun kualitas air sebagai air bersih. Hal itu
dikarenakan sumber daya alam yang jumlahnya tidak bertambah namun
penggunaannya yang semakin bertambah banyak. Indonesia merupakan salah satu
negara yang sedang menghadapi krisis air bersih. Sejumlah kota besar di
Indonesia menghadapi krisis air baku atau air bersih dalam beberapa tahun
mendatang. Kota-kota besar itu diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Medan, Makassar, dan Balikpapan. Swastanisasi dan
perubahan cara pandang masyarakat terhadap air, dianggap sebuah upaya untuk
melestarikan air dan memperpanjang daya gunanya.
Krisis air bersih di perkotaan umumnya berbentuk tercemarnya sungaisungai oleh limbah rumah tangga dan industri. Padahal air sungai itu dijadikan
bahan baku pengolahan air kotor oleh Perusahaan Air Minum (PAM) menjadi air
bersih. Dalam hal ini, peran dari PDAM sangatlah penting karena pemenuhan
akan kebutuhan air bersih masyarakat sangt bergantung pada kinerja dari PDAM.
Semakin tercemar air baku yang ada, semakin mahal biaya pengolahannya.
Di antara banyak hal yang harus dibiayai oleh PDAM dalam kegiatan proses
produksi dan distribusi air kepada para pelanggan, proses pengolahan air paling
banyak membutuhkan biaya operasional. Situasi ini memaksa masyarakat
membayar lebih mahal air bersih yang mereka gunakan. Seiring kemajuan dan
kemampuan mengoperasionalkan peralatan dan mesin mutakhir, PDAM dalam
melakukan proses pengolahan air menggunakan teknik pengolahan lengkap yang
secara garis besar terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan
klorinasi. Pengolahan lengkap tersebut diberlakukan pada air baku yang berasal
dari air permukaan atau sungai.
B. Tujuan

Untuk mengetahui proses pengolahan air bersih di PDAM Tirta Wijaya.


II.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/2000


adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah
dimasak. Sedangkan pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang
digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber air
baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air
permukaan (air sungai, air danau/rawa), air tanah (air tanah dangkal, air tanah
dalam, mata air) (Hartomo, 2004; JICA, 2004; Linsley, 2004; Martin D, 2001;
Sutrisno, 2002). Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini
menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/2000 tentang Syarat
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar
kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Dalam pengolahan
air bersih diperlukan unit sebagai berikut :
1. Intake
Beberapa lokasi intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau dan
waduk, dan intake air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake,
intake crib, intake pipe atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan
sumur dalam (Kawamura, 2001).
2. Aerasi
Aerasi digunakan untuk menyisihkan gas yang terlarut di air permukaan atau
untuk menambah oksigen ke air untuk mengubah substansi yang di permukaan
menjadi suatu oksida. Dalam keadaan teroksidasi, besi dan mangan terlarut di air.
Ada empat tipe aerator yang sering digunakan, yaitu gravity aerator, spray
aerator, air diffuser, dan mechanical aerator. Fungsi dari proses aerasi adalah

menyisihkan methana (CH4), menyisihkan karbon dioksida (CO2), menyisihkan


H2S, menyisihkan bau dan rasa, menyisihkan gas-gas lain (Fair, 2001).
3. Koagulasi
Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat
hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada
pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi
mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan
yang lebih besar. Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi
yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis pembubuhan koagulan, dan
pengadukan dari bahan kimia (Martin D, 2001; Sutrisno, 2002).
4. Flokulasi
Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor
yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari
suspended solids, pH, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya
pengadukan (Sutrisno, 2002). GxTd yang disyaratkan untuk flokulasi adalah
10.000-100.000 (Martin D, 2001). Beberapa tipe flokulator adalah channel
floculator (buffle channel horizontal, buffle channel vertikal, buffle channel
vertikal dengan diputar, melalui plat berlubang, dalam Cone, dan dengan
pulsator), pengadukan secara mekanik, pengadukan melalui media, pengadukan
secara pneumatik (dengan udara).
5. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Pengendapan kandungan
zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi pengendapan diskrit (kelas 1),
pengendapan

flokulen

(kelas

2),

pengendapan

zone,

pengendapan

kompresi/tertekan (Martin D, 2001; Peavy, 2005; Reynolds, 2004). Jenis bak


pengendap adalah bak pengendap aliran batch dan bak pengendap dengan aliran
kontinu. Uniformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat
berpengaruh.
6. Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalui
media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan

(straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat (Martin
D, 2001). Setelah filter digunakan beberapa saat, filter akan mengalami
penyumbatan. Untuk itu perlu pembersihan, yang dapat dilakukan dengan
pencucian dengan udara dan pencucian dengan air (pencucian permukaan filter
dengan penyemprotan dan pencucian dengan backwash). Sedangkan tenaga untuk
pencucian dapat dilakukan dengan cara pompa (memompa air yang ada di
reservoir penampung ke dasar filter), menggelontor air yang ada di reservoir atas
(elevated tank) secara gravitasi ke dasar filter, dan menggelontor air yang ada di
filter

sebelahnya

ke

filter

yang

sudah

jenuh

(interfilter).

Hal

yang

dipertimbangkan dalam mendesain proses filtrasi adalah media filter dan hidrolika
filtrasi.
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Air adalah
materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun mahluk hidup yang berada
di planet bumi ini, yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup, baik pada
tumbuh tumbuhan ataupun pada hewan ( termasuk di dalam nya manusia ) akan
terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75 % kandungan sel tumbuh tumbuhan
atau lebih dari 67 % kandungan sel hewan terdiri dari air. Jika kandungan tersebut
kurang, misalnya dehidrasi pada manusia yang di akibatkan muntaber, kalau tidak
cepat di tanggulangi akan mengakibatkan kematian, tanaman yang lupa tidak di
siram pun akan layu dan kalau di biarkan akan mati. ( Suriawiria, 2005 ).
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira kira 60 70 % dari berat
badan nya. Untuk kelangsungan hidup manusia, tubuh manusia memerlukan air
yang jumlah nya antara lain tergantung berat badan nya. Untuk orang dewasa
kira kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh
manusia antara lain untuk proses pencernaan, kebersihan, mengatur keseimbangan
suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila kekurangan
banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. ( Sutrisno, 2004 ).

III.
A. Tempat Pelaksanaan

METODE PRAKTIKUM

Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian dilaksanakan dengan melakukan


kunjungan ke PDAM di Kesugihan Kabupaten Cilacap.
B.

Waktu pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada Hari Kamis, 24 November 2016. Lama
waktu praktikum dimulai pada pukul 11.45 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB
C. Metode pelaksanaan
1. Wawancara
Wawancara yang di lakukan di sini berupa tanya jawab dengan pihak terkait
untuk memperoleh informasi yang lengkap dan efektif
2. Observasi
Observasi di lakukan secara langsung pada obyek kunjungan industri yaitu
PDAM Tirta Kesugihan ,Cilacap.
D. Alat danBahan
Alat
-

Pompa air
Pengaduk
Bak penampungan
Penyaring

Bahan
-

Air sungai
Larutan kapur tohor
Gas chloor
Kaporit
Tawas

E. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum pengantar teknologi pertanian dilaksanakan di PDAM Tirta
Wijaya Cilacap. Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah dengan
melakukan obeservasi, yaitu semua anggota kelompok turun langsung kelapangan
melakukan pengamatan, wawancara dan dokumentasi berupa pengambilan foto
atau gambar untuk mengumpulan bahan bahan yang dibutuhkan untuk
melengkapi

laporan

yang

ada

dibuat

ini.

Dalam praktikum ini kami melakukan pengamatan mengenai alat-alat yang berada
di

PDAM

kemudian

memperhatikan

lingkungan

yang

ada

disekitarnya, mengamati alat-alat yang terdapat di PDAM Tirta Wijaya dan


mengetahui fungsi cara kerja alat-alat tersebut serta mengamati proses
prngolahan air kotor menjadi air bersih. Dalam pengamatan kami ini, kami
Dibimbing oleh asisten praktikum kami kami yaitu mas Dejan , dalam prosedur
pengamatan ini kami ditemani oleh bapak yang menjelaskan semuanya mengenai
alat-alat yang berada di PDAM ini tentang cara pengoperasiannya dan
kegunaanya serta pengolahan air kotor menjadi air bersih.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pre sedimentasi (pre sedimentation operation)

koagulasi

flokulasi

desinfeksi

filtrasi

pengendapan

Unit proses dan operasi pada sistem pengolahan air minum pada umumnya adalah
sebagai berikut :
1

Pre sedimentasi (pre sedimentation operation)

Pre-sedimentasi adalah operasi awal pengendapan padatan tersuspensi pada air


baku di dalam kolam arus lambat. Operasi unit tersebut bertujuan menurunkan
partikel-partikel diskret dalam air. Partikel diskret merupakan partikel yang secara
alamiah dapat mengendap tanpa mengalami suatu perlakuan proses kimiawi
(koagulasi/flokulasi).

Unit

operasi

pre-sedimentasi

bermanfaat

menekan/mengurangi pemakaian bahan kimia koagulan, karena sebagian partikel


lumpur sebelum proses koagulasi sudah mengendap terlebih dahulu.
Pre-sedimentasi dapat dilakukan secara batch maupun continue. Pada sistem batch
akumulasi padatan berlangsung yang terus menerus, kolam pre-sedimentasi harus
dilakukan pengurasan secara periodik supaya pendangkalan tidak mengganggu
kegiatan pengambilan air baku. Sedangkan pada sistem continue laju akumulasi
lumpur dapat dikurangi setiap saat melalui katup pembuangan lumpur.
2

Proses Koagulasi (coagulation process)

Tahapan awal dari proses penjernihan air adalah proses koagulasi. Proses
koagulasi adalah peristiwa pengikatan partikel koloid dalam air menjadi flokulan
dengan menggunakan bahan kimia koagulan. Partikel flokulan memiliki bobot
jenis yang lebih berat daripada air. Bahan kimia yang digunakan pada umumnya

berupa tawas (Al2(SO4)3+ 18H2O) atau Polly Alluminium Chloride (PAC,


Aln(OH)mCl6m-n) dengan dosis variable. Dosis bahan kimia koagulan dipengaruhi
oleh tingkat kekeruhan air baku. Fakta empiris memperlihatkan, semakin tinggi
tingkat kekeruhan air baku semakin tinggi pula dosis koagulan yang dibutuhkan
meskipun tidak selalu linier. Jika dosis koagulan telah ditentukan, maka operator
akan mengoperasikan pompa dosing bahan kimia sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan. Proses koagulasi berlangsung sengat cepat dan berada pada kondisi air
yang turbulen (renould number > 4000). Tujuannya adalah agar bahan kimia
koagulan mendiffusi tumbukan kimia koagulan dengan partikel koloid
berlangsung secara sempurna. Parameter proses pada koagulasi adalah gradien
kecepatan dan waktu tinggal. Untuk menghasilkan gradien kecepatan dan wkatu
tinggal optimal diperlukan pengadukan mekanis seperti halnya simulasi Jar Test.
3

Proses Flokulasi (flokulation process)

Hasil dari proses koagulasi adalah terbentuknya partikel flokulan pembentukan


flok secara sempurna terjadi pada aliran sedikit laminar untuk menjaga agar
keberadaan flok tidak pecah kembali. Partikel flokulan secara visual dapat diamati
pada tangki flokulator, namun demikian optimalisasi proses tetap harus dilakukan
evaluasi yaitu dengan jar test, alkalinitas serta pengukuran pH.
4

Operasi pengendapan (settling/sedimentation operation)

Pada operasi settling, partikel flokulan mengendap sampai dengan kekeruhan


akhir sesuai dengan yang dikehendaki. Beberapa IPA memiliki kemampuan unjuk
kerja yang ebrbeda-beda dalam menurunkan kekeruhan air di clarifier. Pada
umumnya kekeruhan akhir <6 NTU sudah cukup baik untuk dilakukan filtrasi.
Kekeruhan akhir yang terlalu rendah akan mempengaruhi konsumsi bahan kimia
yang digunakan. Hal ini dihindari karena menghambat upaya penghematan bahan
kimia proses. Hasil akhir dari operasi settling ada 2, berupa air clarifier beserta
float dan lumpur endapan atau bottom product (sludge). Air clarifier diolah ke
tahap berikutnya ke unit filtrasi, sedangkan lumpur endapan dibuang dan
dikeluarkan sebagai limbah produksi.

Operasi filtrasi (filtration operation)

Air clarifier hasil pengendapan selanjutnya disaring melewati beberapa media


filter cepat. Kekeruhan air hasil filtrasi dipersyaratkan < 1.0 NTU karena pada
kekeruhan tersebut sangat efektif untuk dilakukan proses desinfeksi. Efektifitas
kekeruhan hasil filtrasi harus dipertahankan > 85%. Untuk mempertahankan
efektifitas penyaringan dilakukan langkah-langkah operasional yaitu backwashing
atau cuci balik. Backwach adalah pencucian balik media filter dengan aliran
terbalik untuk mengangkat akumulasi lumpur yang terjadi selama penyaringan
berlangsung. Sedangkan langkah pemeliharaan filter berupa pengurasan media
filter dan jika diperlukan dilakukan regenerasi filter secara berkala.
6

Proses chlornasi/desinfeksi (chlorination process)

Tahapan akhir dari proses produksi air minum adalah proses desinfeksi.proses
desinfeksi adalah proses pemusnahan bakteri secara kimiawi dengan dosis yang
telah ditentukan. Bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi pada umumnya
menggunakan chlorine. Proses chlorinasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :

Pre-chlorinasi
Pre-chorinasi adalah pembubuhan chlorin yang dilakukan sebelum air baku
mengalami pengolahan koagulasi. Tujuannya antara lain adalah menurunkan
sebagian senyawa organik dalam air baku, mengoksidasi logam-logam terlarut
juga mengontrol pertumbukan algae dan lumut dalam tangki-tangki pengolah air.
Dengan penerapkan pre-chlorinasi maka proses koagulasi dapat berjalan optimal.
Dosis chlor untuk prechlorinasi dioperasikan pada kisaran 0.2 0.4 mg/l.

Post chlorinasi
Post chlorinasi adalah proses pembubuhan senyawa chlor pada akhir proses
produksi didalam CWS. Untuk membasmi kandungan mokroorganisme pathogen
dalam air dilakukan proses disinfeksi senyawa chlor. Efektifitas desinfeksi
bergantung pada beberapa variable diantaranya : jenis desinfektan, pH air, waktu

kontak, temperatur dan tipe mikroorganisme. Dosis chlorinasi optimal berkisar


antara 0.5-1.0 mg/l di zona reservoir. Untuk mengetahui dosis chlor dengan tepat
perlu dilakukan uji daya pengikat chlor.

Super chlorinasi
Super chlorinasi diartikan sebagai proses pembubuhan senyawa chlor dengan
dosis lebih untuk keperluan keamanan jaringan distribusi air minum dalam pipa
yang diberlakukan secara insidentil. Proses tersebut dilakukan untuk mengatasi
penurunan sisa chlor dititik-titik terjauh selama periode jangka lebih lama. Dosis
chlor maksimal dibubuhkan berkisar antara 1 -2 mg/l selama 24 jam.
B. Pembahasan
Sistem penyediaan air bersih di Kesugihan Cilacap direncanakan, dirancang,
dibangun, serta dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan bantuan
keuangan dan teknik dari Pemerintah Australia. Rencana induk penyediaan air
bersih Cilacap yang dibiayai oleh Pemerintah Australia dimulai tahun 1975
merupakan bagian dari rencana perbaikan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang pengembangan Cilacap sebagai kota industri. Perencanaan secara
terinci dimulai pada tahun 1980/1981 dan pelaksanaan konstruksi dimulai tahun
1981. Semua bahan dan peralatan pada umumnya disediakan sebagai bantuan dari
Pemerintah Australia yaitu konstruksi dan instalasi, terkecuali peralatan proses
instalasi pengolahan dibiayai oleh pemerintah Indonesia. Proyek Penyediaan
Sarana Air Bersih (PPSAB) Cilacap Instalasi Kesugihan selesai dibangun pada
tahun 1985 dan dibuka secara resmi oleh Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Suyono
Sosrodarsono pada tanggal 15 Oktober 1985. Selanjutnya setelah mengalami
beberapa perubahan pengelolaan, Instalasi Pengolahan Air Kesugihan akhirnya
dikelola oleh pemerintah kabupaten melalui salah satu Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yaitu PDAM Cilacap dan sekarang menjadi PDAM Tirta Wijaya
Kabupaten Cilacap.

Sistem penyediaan air bersih Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kesugihan


merupakan sistem yang terdiri dari Unit Proses dan Unit Produksi. Unit proses
adalah peristiwa perpindahan massa dengan disertai perubahan wujud dan sifat
zat. Sedangkan Unit Operasi adalah peristiwa perpindahan massa dengan tidak
disertai perubahan wujud dan sifat zat, dalam hal ini adalah zat cair. Setelah
mengalami beberapa modifikasi dalam rangka menaikkan kapasitas produksi,
sistem penyediaan air bersih Kesugihan saat ini berkapasitas alir 450 l/dt terdiri
dari Water Treatment Plan I (WTP I) berkapasitas 400l/dt dan WTP II dengan
kapasitas terpasang 50 l/dt. Spesifikasi unit operasi dan proses di instalasi
pengolahan air Kesugihan diantaranya sebagai berikut :

a. Unit Pengambilan Air Baku (Water Intake Facilities)


Air baku diambil dari dua sumber air dengan tiga bangunan intake yaitu, intake 1
air diambil langsung dari Sengai Serayu melalui saluran penghubung dari sungai
menuju sebuah sumur yang dioperasikan sejak 1985. Pada mulanya intake 1
dielngkapi dengan 6 unit pompa intake ditambah 4 unit pompa emergency sebagai
pengganti jika level air sungai surut, namun saat ini keberadaan pompa emergency
dipindahkan ke intake 3. Intake 1 mulai tidak digunakan lagi sejak 2011 setelah
intake 3 dapat dioperasikan secara maksimal. Sedangkan intake emergency
difungsikan di intake 3 dengan kapasitas 2 x 50 l/dt. Bangunan intake 2
menggunakan air baku langsung dari Sungai Serayu dengan menggunakan pompa
submersible. Intake 2 dioperasikan sejak 1999 untuk menambah kapasitas alir air
baku ke WTP 2. Namun pada 2008 intake 2 tidak dioperasikan setelah beberapa
kali kondisi air sungai mengalami interusi air payau. Bangunan intake 3
dioperasikan sejak 2003 sampai sekarang. Air baku intake 3 merupakan sumber
air yang diambil dari saluran tersier irigasi Bendung Gerak Serayu (BGS) desa
Gambarsari Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Kapasitas air baku yang
disediakan oleh BPSDA sebesar 1300 l/dt. Air baku diambil dari intake menuju
pengolahan air menggunakan beberapa pompa dengan spesifikasi berikut :

Keberadaan intake 3 terus dikembangkan hingga kapasitas pompa yang ada dapat
memenuhi kebutuhan produksi secara maksimal. Hingga saat ini hanya ada satu
intake yang beroperasi secara kontinyu yaitu intake 3 sebagai sumber utama air
baku pada IPA 400 maupun 50 l/dt.
b. Unit Proses Penjernihan Air (clearator)
Unit proses penjernihan air terdiri dari tiga kompartemen pengolahan air yaitu,
diffuser, floculator dan settler. Diffuser didesain untuk mendifusikan bahan kimia
ke dalam air baku agar koagulasi dapat berjalan secara homogen. Floculator
adalah tempat pembentukan flok-flok air yang mengandung lumpur terdestabilisasi oleh koagulant. Sedangkan pada zona settler air yang mengandung flok
akan mengalami pengendapan secara kontinyu sehingga didapat air bebas flok.
Flok-flok akan mengendap ke bawah dan sisanya adalah air yang lebih jernih
menuju ke arah vertikal dan masuk ke clarifier.
c. Unit Operasi Filtrasi (Filtration Operation)
Operasi filtrasi adalah operasi penyaringan air clarifier hasil pengendapan
dengan menggunakan media filter untuk menghilangkan sisa flok dalam bentuk
float yang halus untuk mendapatkan kualitas air yang lebih jernih. Perbedaan
kejernihan air sebelum dan sesudah filtrasi dapat diukur dengan turbidimeter.
Secara periodik filter harus dicuci balik atau backwash menggunakan air BWS
supaya akumulasi lumpur pada media filter dibuang sehingga filter dapat
beroperasi normal. Spesifikasi umum filter cepat adalah sebagai berikut :
d. Unit Operasi Pompa Transmisi
Unit bangunan transmisi terdiri dari Clear Water Storage 1 dan 2 (CWS) serta
Unit Pompa transmisi 1, 2 dan 3. Bangunan CWS berfungsi sebagai penyimpanan
sementara produk air jernih dan juga sebagai reaktor pada proses chlorinasi.
Selama proses chlorinasi sebagian dosis chlor akan berkurang akibat adanya
proses desinfeksi. Dosis chlor yang tersisa sering disebut sisa chlor bebas. Sisa
chlor bebas dalam air harus mencukupi hingga perjalanan ait ke titik pipa terjauh.

Unit transmisi merupakan bangunan yang menggunakan energi paling besar


dibanding unit lain karena semua kegiatan pengaliran air ke konsumen
menggunakan pompa berdaya tinggi. Unit Transmisi 1 dengan kapasitas 320 l/dt
dioperasikan untuk mensuplai sebagian besar wilayah kota Cilacap, Kecamatan
Jeruklegi dan sebagian wilayah Kecamatan Kesugihan area selatan dan barat.
Unit transmisi 2 dengan kapasitas 60 l/dt dioperasikan untuk mensuplai ke
wilayah Kecamatan Maos, Kroya, Adipala dan Sampang dan kapasitas 36 l/dt
untuk wilayah Kesugihan Induk.
Unit transmisi 3 disediakan untuk mensuport transmisi 1. Debit optimal yang
dihasilkan dapat mencapai debit 160 l/dt untuk tambahan suplai kebutuhan air ke
Cilacap kota dan Jeruklegi.

V.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
PDAM Tirta Wijaya sebagai penyuplai kebutuhan air masyarakat kota
Cilacap, Kecamatan Jeruklegi dan sebagian wilayah Kecamatan Kesugihan area
selatan dan barat. Kecamatan Maos, Kroya, Adipala dan Sampang pada
umumnya.
Tahapan pengolahan IPA di PDAM Tirta Wijaya adalah : pre-sedimentasi,
koagulasi, flokulasi, settling, filtrasi, dan chlorinasi.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan antara lain :
Untuk menilai kualitas dari air PDAM tersebut sudah baik atau tidak tidak dapat
dilihat secara visual saja, namun harus dilakukan analisa terhadap air bersih
sehingga air bersih layak dikonsumsi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno T., dkk, 2001. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka Cipta.
Muhammad, Agus. 2004. PengantarTeknologiPengolahanHasilPertanian.
UniversitasDipenogoro: Semarang.
Hasan, Urip Muhammad. 2001. TeknologiPertanian Modern. PT. Soeroengan,
Jakarta.
Profil instalasi pengolahan air bersih kesugihan pdam tirta wijaya kabupaten
cilacap. Bagian produksi 2013

LAMPIRAN

a.
b.
Gambar a dan b Fasilitas Intake 3

c.
Gambar c. Unit Clearator

d.
Gambar d. Unit filter cepat

e.
Gambar e.. Panel Energi listrik Berkapasitas 750 kw

Anda mungkin juga menyukai