FLOKULASI
OLEH:
DOSEN:
DEWI FITRIA, PhD
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti
pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan
dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan,
tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya air
sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan bertindak secara bijak
dalam menggunakan air dengan segala permasalahan yang mengitarinya. Malah ironisnya,
suatu kelompok masyarakat begitu sulit mendapatkan air bersih, sedangkan segelintir
kelompok masyarakat lainnya dengan mudahnya menghambur-hamburkan air. Kebutuhan
akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk melestarikan air, sehingga
banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Ketidakbertanggung
jawaban mereka membuat air menjadi kotor, seperti membuang sampah ke tepian sungai
sehingga aliran sungai menjadi mampet dan akhirnya timbul banjir jika hujan turun,
membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan-
bahan berbahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang telah
tercemar hingga layak digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Pemanfaatan air sebagai air bersih dan air minum, tidak dapat dilakukan secara langsung,
akan tetapi membutuhkan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan agar air
tersebut dapat memenuhi standar sebagai air bersih maupun air minum. Factor kualitas air
baku sangat menentukan efisiensi pengolahan. Faktor-faktor kualitas air baku dapat meliputi
warna, kekeruhan, pH, kandungan logam, kandungan zat-zat kimia, dan lain-lainnya. Untuk
melakukan proses pengolahan tersebut dibutuhkan suatu instalasi yang sesuai dengan
kuantitas dan kualitas yang diinginkan.
Koagulasi dan flokulasi merupakan salah satu cara pengolahan air untuk menghilangkan zat-
zat yang berbahaya dalam air untuk menghasilkan air bersih yang bisa digunakan manusia.
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang ada di dalam air
sehingga membentuk flok dengan melakukan penambahan bahan kimia (koagulan) dan proses
pengadukan cepat. Proses koagulasi ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel kecil
yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Sedangkan flokulasi adalah proses
penggabungan flok-flok yang dihasilkan dari proses koagulasi menjadi flok yang lebih besar
sehingga membuat partikel-partikel tersebut dapat mengendap. Penggabungan flok-flok
tersebut disebabkan karena proses pengadukan lambat. Karena itu koagulasi dan flokulasi
adalah proses yang terjadi berurutan dan tidak dapat dipisahkan.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, sehingga sangat flesibel digunakan oleh
makhluk hidup sebagai media transportasi makanan di dalam tubuhnya. Fungsi air bagi
kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Badan manusia terdiri dari sekitar
65% air, kehilangan cukup banyak air dari badan akan mengakibatkan banyak masalah dan
mungkin dapat menyebabkan kematian. Air ini digunakan manusia selain untuk minum juga
untuk kebutuhan sehari-hari lainnya seperti mandi, cuci, dan juga digunakan untuk pertanian,
perikanan, perindustrian, dan lain-lain.
Penyediaan air bersih untuk kebutuhan manusia harus memenuhi empat konsep dasar yaitu
dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan ekonomis. Dari segi kuantitas; air harus cukup
untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, dari segi kualitas; air harus memenuhi
persyaratan kesehatan terutama untuk air minum., dari segi kontinuitas; air tersebut selalu ada
berputar pada siklusnya dan tidak pernah hilang, dan dari segi ekonomis; harga jual air
tersebut harus dapat terjangkau oleh segala kalangan masyarakat mengingat air sangat
dibutuhkan oleh semua golongan tanpa terkecuali.
2.2 Flokulasi
flok sangat penting dan sangat dipengaruhi oleh bentuk flok yang ada, misalnya untuk
melakukan flotasi diperlukan bentuk flok yang lain berbeda dengan flok untuk sedimentasi.
Jika dipakai sedimentasi diperlukan flok dengan berat jenis dan diameter yang besar. Pada
proses flotasi dibutuhkan flok yang lebih kecil dan mempunya berat jenis yang lebih ringan
tetapi mempunyai sifat untuk bergabung dengan gelembung udara. Untuk filtrasi dibutuhkan
flok yang kompak yang cukup homogen dengan struktur yang kuat terhadap abrasi dan
dengan sifat mudah melekat diatas partikel media penyaring (filter) untuk menjamin
pemisahan yang efisien dan operasional penyaringan yang ekonomis.
Untuk efek penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup apakah flok bisa dipisahkan dari
air secara efektif, karena belum dapat menjamin dengan pasti apakah kualitas air yang
diinginkan bisa tercapai hanya dengan kondisi ini saja. Selain itu dibutuhkan bahwa semua zat
yang akan dihilangkan dari air juga melekat pada flok.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat
atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit
dibutuhkan untuk memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor utama yang
mempengaruhi koagulasi dan flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi,
temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi
selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu.
Pemilihan koagulan dan kadarnya membutuhkan studi laboratorium atau pilot plant
(menggunakan jar test apparatus) untuk mendapatkan kondisi optimum.
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka
perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida
Tabel 2.1 Beberapa Jenis Koagulan dalam praktek pengolahan
2.3.1.1. Pengadukan
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Berdasarkan
kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradien kecepatan (G),
yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
a. Pengadukan mekanis
Merupakan metoda pengadukan menggunakan alat pengaduk berupa impeller
yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan mekanis
terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller), lihat
Gambar 2.4. Pengadukan lambat secara mekanis umumnya memerlukan tiga
kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di
kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil.
Gambar 2.4
Gambar 2.5
b. Pengadukan hidrolis
Merupakan pengadukan yang memanfaatkan gerakan air sebagai tenaga
pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik yang
dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi
gesek, energy potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu
aliran. Beberapa contoh pengadukan hidrolis adalah terjunan (Gambar 2.6),
loncatan hidrolis, parshall 68 flume, baffle basin (baffle channel, Gambar 2.7),
perforated wall, gravel bed dan sebagainya.
Gambar 2.6
Gambar 2.7
c. Pengadukan pneumatis
Merupakan pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk gelembung
yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan gerakan pengadukan
pada air (Gambar 2.8). Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air
akan menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan
air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan
makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.
Gambar 2.8
2.4. Kelebihan Flokulasi
Lebih cepat, efektif dan efisien menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk
koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan
saling menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995), serta
memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal
di dalam air menjadi agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk
flok, sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi
menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air. Flokulasi terjadi setelah koagulasi
dan berupa pengadukan pelan pada air limbah. Dengan mengendapnya koloid,
diharapkan laju fouling yang terjadi pada membran akan berkurang, sehingga
penggunaan mikrofiltrasi dalam proses pengolahan air bersih menjadi layak untuk
dilakukan. Dengan aplikasi teknologi koagulasi-flokulasi zat yang berbentuk suspensi
atau koloid dirubah bentuknya menjadi zat yang dapat dipisahkan dari air. Agregasi
sebagai akibat dari pemakaian koagulan/flokulan adalah tahap awal dimana selanjutnya
dilakukan pemisahan flok dari air misalnya dengan proses sedimentasi, filtrasi atau
flotasi. Proses koagulasi-flokulasi selain untuk menurunkan tingkat kekeruhan untuk
memperoleh air yang bening, juga ada efek samping yaitu fraksi zat tersuspensi dalam air
yang seringkali menyebabkan pencemaran. Dengan koagulasi-flokulasi zat suspensi
tersebut yang juga sebagai pencemar, bisa dihilangkan dari air.
Tabel 2.2 Ringkasan Proses Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi Flokulasi
✓ Destabilisasi partikel koloid ✓ Pembentukan dan pembesaran flok
✓ Pembubuhan bahan kimia: ✓ Dilakukan pengadukan lambat
koagulan, misal koagulan, misal: (slow mixing):
tawas ➢ Pneumatis
✓ Dilakukan pengadukan cepat ➢ Mekanis
(rapid mixing): ➢ Hidrolis
➢ Hidrolis: terjunan atau hidrolik ➢ Waktu operasi: 15 – 30 menit
jump
➢ Mekanis: menggunakan batang
pengaduk
➢ Lamanya proses: 30 – 90 detik
Pentingnya koagulasi-flokulasi di IPA terhadap air baku air permukaan dan air tanah yang
sudah mengalami pengolahan pendahuluan, seringkali terdapat zat padat dalam bentuk
atau ukuran yang tidak memungkinkan mengendap pada proses sedimentasi saja atau
dengan proses lain di dalam waktu dentensi yang efisien.
Zat tersuspensi yang mempunyai ukuranlebih dari 5 – 10 μm dapat dihilangkan agak
mudah dengan filtrasi atau sedimentasi dan filtrasi. Sedangkan penghilangan koloid yang
tidak tercemar berat dapat menggunakan Saringan pasir lambat. Timbul kesulitan
bilamana kualitas air baku tidak baik sehingga tidak semua zat koloid dan kotoran lainnya
dapat dihilangkan dengan saringan pasir cepat atau saringan pasir lambat. Untuk
mengatasi hal ini maka proses koagulasi dengan menggunakan bahan kimia dilakukan.
Selain itu juga penting bagi proses desinfeksi dengan adanya pemisahan zat padat
sebelum desinfeksi dilakukan, karena sering kali mikroorgamisme terdapat di dalam zat
padat, yang tidak dapat dimusnahkan oleh proses oksidasi reduksi, karena oksidan akan
tereduksi oleh zat organik didalam flok sebelum bisa menembus mikroorganisme untuk
dimusnahkan.
Proses koagulasi-flokulasi bisa juga menghilangkan sebagian atau seluruh zat terlarut,
sehingga hal ini yang menjadi fungsi utama dari koagulasi-flokulasi. Teknologi
koagulasi-flokulasi bisa juga dipadukan dengan proses pengendapan secara kimiawi
(bukan proses pengendapan flok secara fisik), akan tetapi reaksi kimia antara
koagulan/flokulan dan zat terlarut didalam air yang menghasilkan senyawa kimia yang
tidak larut.
Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan
pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi
koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
4. Pentingnya koagulasi-flokulasi di IPA terhadap air baku air permukaan dan air tanah yang
sudah mengalami pengolahan pendahuluan, seringkali terdapat zat padat dalam bentuk
atau ukuran yang tidak memungkinkan mengendap pada proses sedimentasi saja atau
dengan proses lain di dalam waktu dentensi yang efisien.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang dibuat, ddisarankan agar:
1. Dalam pengolahan air minum harus memenuhi criteria baku mutu yang telah ditetapkan;
2. Pengolahan koagulasi-flokulasi berjalan secara berurutan sehingga dihasilkan olahan yang
dapat dilanjutkan ke unit pengolahan selanjutnya;
3. Dalam proses flokulasi harus mengikuti proses yang sesuai dengan unit pengolahan
tersebut sehingga dihasilkan air bersih yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Layla , M. Anis, Shamin Ahmad and E.Joe Middebrooks. 1980. Water Supply Engineering Design.
Arm Arbon Science.
Droste, R.L. , “Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment “, John Wiley & Sons, Inc,
Singapore, 1997
Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. New York:
John Wiley & Sons, INC.