Anda di halaman 1dari 25

ANTISIPASI BAHAYA DAN RISIKO KECELAKAAN KERJA SERTA

DAMPAK LINGKUNGAN
A. Pembuatan Rencana/Langkah Mengantisipasi Adanya Potensi Bahaya
Dan Kecelakaan Kerja

Hasil identifikasi potensi kecelakaan kerja akan menjadi acuan bagi para pekerja pekerjaan sipil dan
arsitektural juga para mekanik dan para pekerja instalasi listrik untuk pembuatan rencana mengantisipasi
terjadinya kecelakaan kerja, di mana pada setiap tahapan kegiatan telah teridentifikasi potensi kecelakaan
yang mungkin terjadi.

Hasil identifikasi tersebut dituangkan ke dalam form daftar simak potensi kecelakaan kerja dan dengan
adanya pemindahan data ke dalam laporan, akan menjadikan suatu bentuk perhatian bagi para pekerja
pekerjaan sipil dan arsitektural juga para mekanik dan para pekerja instalasi listrik dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja selama melakukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung.

1. Siapkan catatan hasil identifikasi dan daftar simak potensi kecelakaan kerja;
2. Interpretasikan potensi kecelakaan kerja hasil identifikasi dan yang tercantum dalam daftar simak ke dalam
rencana/langkah mengantisipasi adanya potensi bahaya dan kecelakaan kerja.
3. Pendeteksian potensi kecelakaan kerja dan selanjutnya dijadikan bahan dalam pembuatan rencana
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja, akan menghasilkan suatu kondisi kerja tanpa kecelakaan kerja
atau zero accident.

B. Penyusunan Kebutuhan Peralatan/Perlengkapan K3

Suatu rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja harus ditindak lanjuti dengan penyediaan
perlengkapan K3 yang meliputi Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK).

Penyusunan kebutuhan perlengkapan K3 dibuat secara lengkap sesuai kondisi kerja, sehingga pada saat
akan mulai melaksanakan pekerjaan, perlengkapan K3 tersebut dapat diperiksa dan dipakai atau digunakan
sesuai dengan prosedur.
1. Buat daftar kebutuhan APD sesuai dengan kondisi kerja, antara lain:
a. Pelindung tubuh (baju kerja/ protective overall);
b. Pelindung kaki (sepatu keselamatan/safety shoes);
c. Pelindung kepala (helm keseselamatan/safety helmet);
d. Pelindung mata (kaca mata keselamatan/safety glasses);
e. Pelindung tangan (sarung tangan/safety gloves);
f. Pelindung pernafasan (masker/dust mask);
g. Pelindung telinga (tutup telinga/ear protection atau ear plug).

2. Buat kebutuhan alat pengaman kerja (APK) sesuai dengan kondisi kerja, antara lain:
a. Alat pemadam kebakaran ringan (APAR);
b. Rambu-rambu kerja;
c. Obat P3K.

Gambar-gambar APD :
a) Gambar pelindung tubuh (baju kerja/ protective overall);

Gambar 4. Pelindung Tubuh


b) Gambar pelindung kaki (sepatu keselamatan/safety shoes);

Gambar 5. Pelindung Kaki


c) Gambar pelindung kepala (helm keseselamatan/safety helmet);

Gambar 6. Pelindung Kepala

d) Gambar pelindung mata (kaca mata keselamatan/safety glasses);

Gambar 7. Pelindung Mata


Gambar 8. Helm untuk las dan pelindung pekerjaan gerinda

e) Gambar pelindung tangan (sarung tangan/safety gloves);

Gambar 9. Pelindung tangan

f) Gambar pelindung pernafasan (masker/dust mask);

Gambar 10. Masker pelindung pernapasan terhadap debu


g) Gambar pelindung telinga (tutup telinga/ear protection atau ear plug).

Gambar 11. Pelindung telinga

Gambar 13. Tutup Telinga


Gambar 12. Pelindung telinga

(model lain)
h) Gambar sabuk pengaman

Gambar 14. Sabuk pengaman

Gambar 15. Cara pemakaian sabuk pengaman

Gambar-gambar APK :
a) Alat pemadam kebakaran ringan (APAR);

Gambar 16. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


b) Rambu-rambu kerja;

Gambar 17. Rambu–rambu jalan (cone)

Gambar 18. Pita penghalang (barricade tape)


c) Lampu peringatan untuk pengaman di jalan;
Gambar 19. Lampu peringatan di jalan

d) Obat P3K.
Obat yang tersedia dalam kotak P3K terbatas pada obat yang
diperlukan dalam kondisi mendesak untuk pertolongan pertama.

Gambar 20. Perlengkapan Kotak P3K

Gambar 21. Obat Luar untuk Anti Infeksi Pada Luka–Luka Tidak Dalam
Gambar 23. Larutan Rivanol
Gambar 22. Sulfanilamide Powder sebagai Anti Septik (Anti Infeksi)
sebagai Anti Septik (Anti Infeksi)
untuk Luka-Luka Dalam
A. Prosedur Penanggulangan Kecelakaan Kerja, Kebakaran
dan Bahaya Lainnya

1. Pengidentifikasian Prosedur Penanggulangan Bahaya, Kecelakaan Kerja


dan Bahaya Kebakaran
Pada setiap bangunan gedung harus memberikan informasi tentang
prosedur untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja. Sebagai misal,
a. Pada pintu kaca harus diberi tulisan “AWAS KACA”
b. “Kotak hydrant” berwarna merah dan harus tampak dengan jelas
c. “Gambar penjelasan jalan evakuasi” ditempel pada dinding dan harus
tampak jelas
d. “Gambar penjelasan jalan ke pintu darurat” ditempel pada dinding dan
harus tampak jelas
e. Tanda “Awas ada tegangan listrik” ditempel pada dinding dan harus
tampak jelas
Pada dasarnya informasi ini merupakan prosedur untuk penghuni
gedung atau pihak lain, agar aman dan untuk menghindari terhadap
kecelakaan yang mungkin terjadi. Sedangkan untuk petugas
pemeliharaan dan perawatan gedung yang bertugas, di mana
termasuk perawatan pekerjaan mekanikal dan elektrikal, misalnya:
1) Memasang pita penghalang (barricade tape) agar semua petugas tidak
melewati daerah yang larangan misalnya,
a) Ada galian yang dalam
b) Ada konstruksi yang membahayakan
c) Ada alat berat sedang beroperasi
d) Ada tegangan listrik
2) Meletakan label peringatan “Jangan dioperasikan” (“Do Not Operate”)
atau tanda peringatan sejenis pada saklar induk atau tuas kendali
sebelum melakukan pemeliharaan atau perawatan, misalnya
a) Pada mesin genset untuk gedung
b) Pada mesin transportasu vertikal
c) Pada mesin AC
3) Hati--hati terhadap jaringan listrik tegangan tinggi dan kabel arus listrik
bawah tanah
4) Jangan memakai pakaian kerja yang longgar, dapat terlilit komponen
yang bergerak/ berputar;
5) Selalu memakai topi keselamatan, kaca mata pelindung, dan alat
pelindung diri lainnya sesuai kebutuhan;
6) Harus diperiksa dan merasa yakin bahwa semua pelindung komponen
yang berputar (protective guard) telah terpasang dengan baik pada
tempatnya;
7) Buang kotoran, minyak pelumas, dan material lainnya serta jauhkan tools
tempat lewat petugas dan dari tempat pijakan (anak tangga);
8) Jangan mengijinkan orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam
ruang operator.
2. Pengidentifikasian bahaya dan kecelakaan kerja
Pada pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan yang aman dimulai
dengan Pengidentifikasian potensi bahaya kebakaran
1) Identifikasi kegiatan atau material yang berpotensi menimbulkan
kebakaran.
Kondisi aman pada kegiatan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung salah satu dasarnya adalah bila telah
teridentifikasi potensi bahaya kebakaran pada kegiatan atau
terdapat material yang berpotensi menimbulkan kebakaran bila
tidak ditangani dengan benar.
a) Pekerjaan las pada pipa penyaluran atau tangki penampungan cairan
yang mudah terbakar, dapat mengakibatkan kebakaran;
b) Pengisian bahan bakar yang dilakukan kurang hati-hati, misalnya
masih ada orang yang merokok di sekitar areal tersebut, dapat
mengakibatkan kebakaran;
c) Bahan bakar, pelumas, kertas-kertas dan sisa-sisa potongan kayu
sangat mudah terbakar;
d) Cairan yang mudah terbakar bila bocor atau mengalir ke permukaan
yang panas atau ke komponen listrik dapat menyebabkan kebakaran,
dan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada orang atau kerusakan
peralatan dan fasilitas lainnya.
2) Identifikasi penanggulangan bahaya kebakaran
a) Bersihkan semua material yang mudah terbakar seperti bahan bakar,
minyak pelumas, gemuk dan kotoran sisa-sisa bahan bangunan,
kertas-kertas.
b) Simpan bahan bakar dan bahan pelumas dalam penampungan yang
telah ditentukan;
c) Simpan kain lap/majun yang mengandung minyak pelumas dan
material yang mudah terbakar pada tempat khusus yang terlindung;
d) Jangan merokok di tempat penyimpanan material yang mudah
terbakar;
e) Jangan mengelas saluran/pipa atau tangki cairan yang mudah
terbakar, sebelum dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cairan
pelarut yang tidak mudah terbakar;
f) Perlu perhatian khusus pada saat mengisi bahan bakar:
Jangan ada perokok yang merokok selama pengisian bahan bakar
(1)
Jangan mengisi bahan bakar dekat sumber api;
(2)
Pengisian bahan bakar harus di tempat terbuka;
(3)
Jangan membiarkan pengisian bahan bakar sampai meluap dan
(4)
tercecer di luar tangki penampung.
g) Penyediaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
h) Untuk menanggulangi bahaya kebakaran di lokasi pekerjaan, maka
harus disediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan), yaitu jenis alat
pemadam api yang mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api saat awal terjadi kebakaran dan beratnya tidak
melebihi 16 kg.
(1) Periksa alat pemadam kebakaran secara berkala, apakah masih
belum kadaluarsa;
(2) Ikuti petunjuk yang tercantum pada label yang melekat pada alat
pemadam kebakaran;
(3) Harus dapat menggunakan alat pemadam kebakaran dengan
cara yang benar sesuai prosedur.

B. Rencana Penerapan K3 dan Pengendalian Bahaya

1. Prosedur pengidentifikasian rencana penerapan K3 dan pengendalian bahaya


Secara individu setiap petugas akan mengusahakan agar penerapan
K3 untuk dirinya selalu terpenuhi karena akan menyangkut
keselamatannya, sedangkan yang menyangkut kewajiban anggota
kelompok kerja atau pejabat lain, maka sebagai wujud kepedulian
terhadap keselamatan kerja di tempat kerja, petugas tersebut dapat
mengingatkan tentang kewajiban orang lain.
Dalam penerapan pengendalian bahaya, para pekerja pekerjaan sipil
dan arsitektural juga para mekanik dan para pekerja instalasi listrik,
melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan fasilitas dan sarana
penanggulangan bahaya dan kecelakaan kerja, seperti APD, APK,
pelindung (guard) komponen yang berputar, misalnya mesin
transportasi vertikal, genset dan fasilitas lainnya.
2. Pengidentifikasian penerapan K3 pada kegiatan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung secara harian
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung secara
harian adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pekerja pekerjaan
sipil dan arsitektural juga para mekanik dan para pekerja instalasi listrik
yang harus menerapkan ketentuan K3 dengan benar.
1) Memakai APD sesuai dengan kondisi lapangan (safety shoes, safety
helmet, safety gloves, safety glasses, safety belt, dan masker);
2) Memeriksa kondisi lingkungan dari kemungkinan adanya petugas lain
atau rintangan di areal pekerjaan;
3) Memeriksa kondisi lingkungan dari bahan-bahan yang kemungkinan
dapat mengakibatkan kecelakaan atau kebakaran didalam gedung.

3. Pengidentifikasian penerapan pengendalian bahaya pada kegiatan


pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
Dalam usaha membatasi terjadinya kecelakaan kerja, para pekerja
pekerjaan sipil dan arsitektural juga para mekanik dan para pekerja
instalasi listrik harus berusaha untuk menerapkan pengendalian
bahaya yang dapat diidentifikasi melalui kegiatan di antaranya:
1) Memeriksa kelengkapan dan kelaikan pakai APD yang akan digunakan
setiap hari;
2) Memeriksa kelengkapan dan kondisi dan kelaikan pakai APK yang
disiapkan setiap hari;
3) Membersihkan tempat atau ruang di mana para pekerja pekerjaan sipil
dan arsitektural juga para mekanik dan para pekerja instalasi listrik
melaksanakan pemeliharaan dan/atau perawatan, dari material yang
mudah terbakar;
4) Membersihkan anak tangga (tempat pijakan) dan pegangan tangga
(tempat pegangan) agar tidak licin, pada mesin genset dan mesin-mesin
lainnya;
5) Memelihara, memperhatikan dan mengikuti petunjuk K3 yang terdapat
pada label peringatan yang terpasang pada ruang/dinding bangunan
gedung dan mesin-mesin
C. Analisis Bahaya Risiko Kecelakaan Kerja Dan Pencemaran Lingkungan

1. Pengidentifikasian komponen bangunan dan/atau komponen mesin yang


rusak dan yang berisiko kecelakaan kerja
a. Jenis kecelakaan kerja akibat adanya komponen bangunan dan/atau
komponen mesin yang rusak
Beberapa komponen bangunan dan/atau komponen mekanikal &
elektrikal yang bila mengalami kerusakan kemungkinan akan
menimbulkan kecelakaan kerja memerlukan pemeriksaan dan
perhatian dari para pekerja pekerjaan sipil dan arsitektural juga
para mekanik dan para pekerja instalasi listrik, misalnya:
a) Lapisan dinding luar dari marmer atau keramik pada lantai atas, bila
lepas dan jatuh akan mengakibatkan kecelakaan atau kerusakan
barang. Untuk menjadi perhatian bagi para perencana bangunan,
agar konstruksi penempelannya yang tahan, dengan angker yang
memadai, jadi tidak sekedar dengan plester biasa.
b) Jendela aluminium pada lantai atas yang kemungkinan engselnya
sudah patah, bila lepas dan jatuh akan mengakibatkan kecelakaan
atau kerusakan barang.
c) Plester dinding pada lantai atas yang mengelupas, bila lepas dan
jatuh akan mengakibatkan kecelakaan atau kerusakan barang.
d) Sling atau kabel baja atau steel wire rope penggantung dari sangkar
untuk transportasi vertikal bila sudah ada untaian baja yang lepas
akan mengakibatkan kecelakaan besar dengan jatuhnya sangkar
untuk transportasi vertikal. Perhatian bagi petugas pemeliharaan dan
perawatan transportasi vertikal, karena sudah beberapa kasus
jatuhnya sangkar dari lantai atas dan mengakibatkan korban.
e) Kabel listrik yang sering di makan tikus, bila kabel terbuka dan
penghantarnya telanjang, akan membahayakan dapat terjadi
hubungan pendek, dan dapat mengakibatkan kebakaran bangunan
gedung.
f) Pelindung (safety guard) dari komponen yang bergerak/berputar,
misalnya pada mesin genset, mesin gegaji kayu, mesin gerinda. Bila
pelindung (guard) ini rusak atau tidak berfungsi dengan baik maka
dapat menimbulkan kecelakaan terhadap operator atau mekanik
yang melakukan pemeriksaan
g) Baut penguat anak tangga pada mesin atau pegangan tangga yang
rusak atau tidak terpasang dengan baik, dapat menimbulkan
kecelakaan jatuh dari tempat yang tinggi.
h) Kebocoran pipa penyalur air panas, dapat menyemburkan air panas
keluar dan dapat mencelakakan petugas
i) Menumpuknya sampah pada alat plambing penangkap,
menyebabkan hal yang tidak sehat
b. Pengidentifikasian langkah antisipasi kerusakan komponen yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara periodik (harian, mingguan,
bulanan dan tiga bulanan) atau hasil pemantauan dalam
pengoperasian, bila terdapat komponen bangunan dan/atau
komponen mekanikal & elektrikal yang rusak atau tidak terpasang
dengan benar, harus segera dilaporkan untuk mendapatkan
pemeriksaan atau perbaikan segera sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Manajer Pemeliharaan dan Perawatan Gedung
mempunyai kewajiban melaporkan secara periodik kepada
Pengelola Bangunan dan kepada Pemerintah Daerah terkait
(secara periodik tergantung kepada Pemerintah Daerah terkait).
Operator mesin terkait tidak boleh mengoperasikan mesin sebelum
komponen yang dilaporkan rusak tersebut diperbaiki serta
dinyatakan baik dan siap operasi oleh mekanik yang ditugasi
memeriksa dan memperbaiki komponen tersebut.
c. Tindak lanjut sesuai dengan prosedur bila teridentifikasi adanya
komponen yang rusak dan dapat menimbulkan kecelakaan kerja
a) Prosedur tindak lanjut
(1) Setiap teridentifikasi adanya komponen yang rusak dan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja, harus dicatat dan dilaporkan
kepada atasan;
(2) Jangan melakukan tindakan pebaikan bila belum ada perintah
dari atasan atau perbaikannya diluar kewenangan operator;
(3) Melakukan kerja sama dengan petugas perbaikan (mekanik)
yang ditugaskan untuk mengatasi kelainan tersebut.
b) Tindak lanjut bila teridentifikasi adanya komponen yang rusak dan
dapat menimbulkan kecelakaan kerja
(1) Periksa komponen yang rusak dan dapat menimbulkan
kecelakaan kerja;
(2) Catat kelainan yang terdeteksi pada komponen tersebut dan
laporkan kondisi kelainan yang ditemukan secara lebih rinci;
(3) Laporkan hasil pemeriksaan dan temuan yang didapat serta
tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan kerusakan yang lebih berat;
(4) Sementara itu komponen tidak boleh dioperasikan dahulu,
menunggu hasil pemeriksaan atau perbaikan yang dilakukan oleh
mekanik khusus yang ditugaskan mengatasi kerusakan tersebut;
(5) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan perbaikan dengan
petugas yang ditunjuk (mekanik) untuk mengatasi kerusakan
tersebut.

D. Identifikasi Medan Kerja yang Berisiko Kecelakaan Kerja

1. Jenis Risiko Kecelakaan Kerja Akibat Kondisi Medan yang Tidak Memenuhi
Persyaratan Kerja
Sering ditemui terjadinya kecelakaan kerja karena kondisi medan yang
tidak memenuhi persyaratan kerja yang dapat menimpa manusia atau
alat (mesin genset, mesin potong keramic, mesin gergaji dan lain
sebagainya), misalnya:
1) Terkena sengatan arus listrik akibat drainase yang kurang baik, sehingga
banyak. genangan air, yang pada pemeriksaan atau perbaikan instalasi
listrik di luar dapat terjadi tersengat arus listrik.
2) Kecelakaan lalu lintas di lokasi kerja akibat debu tebal yang dapat
mengurangi jarak pandang atau karena tidak cukup rambu-rambu
kerja/lalu lintas yang di pasang di medan kerja;
3) Luka bakar, akibat ceceran minyak/oli atau bahan bakar yang tidak
segera dibersihkan dan menimbulkan kebakaran yang menimpa petugas
di lapangan.

2. Pengidentifikasian Kondisi Medan Kerja yang Mempunyai Risiko Kecelakaan


Kerja
Kondisi medan kerja yang perlu mendapatkan perhatian dari operator
karena dapat menimbulkan kecelakaan kerja baik kecelakaan
terhadap orang atau alatnya sendiri, di antaranya:
1) Kondisi drainase yang kurang memadai yang berdampak tidak
tersalurkannya limbah basah di dalam medan kerja. Kondisi ini dapat
mendatangkan kecelakaan kerja, bila operator genset atau mekanik
menangani instalasi listrik dan dapat tersengat arus listrik karena bekerja
di daerah genangan air (basah);
2) Kondisi jalan yang tidak terawat, dapat mengakibatkan debu terbang
yang tebal bila lalu lintas angkutan/kendaraan cukup sibuk yang dapat
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas karena berkurangnya jarak
pandang;
3) Kurang rambu kerja dan rambu K3 yang dipasang di tempat-tempat yang
memerlukan petunjuk untuk bekerja atau berlalu lintas dengan aman,
yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.
4) Jaringan listrik di luar (jaringan sementara), yang pemasangannya tidak
memenuhi persyaratan dan tidak cepat dibongkar, dapat menimbulkan
kecelakaan atau kebakaran.

3. Tindak Lanjut Sesuai Dengan Prosedur Bila Teridentifikasi Adanya Kondisi


Medan yang Mempunyai Risiko Kecelakaan Kerja
Sebenarnya untuk mengatasi masalah terkait dengan kondisi medan
kerja yang mempunyai risiko kecelakaan kerja, bukan sepenuhnya
tugas pelaksana pemeliharaan bangunan dan/atau operator genset
sehingga secara formal yang bersangkutan tidak terlibat langsung
dalam penanggulangannya.
Namun sebagai bentuk sikap peduli terhadap pelaksanaan K3 dalam
penanggulangan kecelakaan kerja, pelaksana pemeliharaan
bangunan dan/atau operator genset memberikan informasi atau
laporan kepada atasan tentang kondisi tersebut.
1) Periksa medan kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja;
2) Catat kondisi medan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
yang terdeteksi secara lebih rinci;
3) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan perbaikan medan kerja tersebut
dengan petugas yang ditunjuk.
E. Analisis Dampak Potensi Kecelakaan Kerja

1. Pengidentifikasian Dampak Dari Setiap Potensi Kecelakaan Kerja yang


Mungkin Terjadi

Dari Gambar 24 dapat dijelaskan bahwa kecelakaan kerja akan


berdampak kepada institusi dan karyawan dalam hal ini pelaksana dan
teman seprofesi pada kegiatan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung
1) Akibat kecelakaan kerja terhadap institusi
Kecelakaan kerja yang terjadi dalam pengoperasian mesin
pencampur aspal adalah dalam rangkaian proses produksi
campuran aspal panas (hot mix) dalam suatu institusi jasa
konstruksi.
a) Terjadinya kecelakaan kerja dalam salah satu unit kerja
menyebabkan terhentinya sementara proses produksi yang
berakibat menurunnya kapasitas produksi;
b) Dengan berkurangnya kapasitas produksi maka target waktu
penyelesaian pekerjaan akan mengalami kemunduran waktu;
c) Kemunduran waktu penyelesaian pekerjaan akan dikenakan sangsi
oleh pengguna jasa berupa denda keterlambatan pekerjaan sesuai
pasal-pasal dalam kontrak kerja;
d) Agar tidak terkena sangsi denda dan menurunnya reputasi kinerja
institusi maka harus dilakukan penjadwalan kembali (re-scheduling)
yang akan memerlukan biaya tambahan yang tidak sedikit yang
berdampak pada kerugian institusi yang bersangkutan.
Gambar 24 Akibat Kecelakaan Kerja

2) Akibat kecelakaan kerja terhadap korban/karyawan


Kecelakaan kerja selain merugikan bagi institusi juga berakibat
merugikan bagi karyawan yang menjadi korbannya.
a) Apabila korban mengalami luka dan harus beristirahat
untuk penyembuhannya maka dia tidak dapat melakukan
tugas-tugasnya sehingga menurunkan kinerjanya;
b) Apabila korban mengalami cacat fungsi maka
kemampuannya akan berkurang dan produktivitasnya
menurun;
c) Apabila korban mengalami cacat tetap maka
produktivitasnya berhenti yang kemungkinannya
diberhentikan dari institusi;
d) Apabila korban sampai meninggal maka keluarga yang
ditinggalkannya akan terlantar (tidak ada tulang punggung
keluarga).
2. Penentuan Langkah Pencegahan untuk Mengurangi Dampak yang Mungkin
Terjadi
Untuk mencegah agar tidak terulang kecelakaan serupa perlu
dilakukan evaluasi atau mencari penyebab terjadinya kecelakaan
tersebut.
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh dan melibatkan para pelaku
lapangan yang mengerti secara mendalam proses pekerjaan atau
proses produksi yang merupakan bagian dari suatu rangkaian
pekerjaan institusi.
1) Menghilangkan bahaya dengan mengurangi atau meniadakan bagian
yang berpotensi menimbulkan bahaya dan kecelakaan kerja;
2) Memberi atau memperbaiki pengaman komponen yang dapat
mendatangkan kecelakaan kerja;
3) Memasang baru atau memperbaiki dan memelihara tanda-tanda
peringatan pada tempat yang berbahaya, baik yang dipasang di lokasi
pekerjaan maupun yang telah terpasang pada unit alat.

3. Penyampaian informasi tentang dampak yang dapat terjadi dari potensi


kecelakaan kerja

Agar kecelakaan tidak sampai terjadi pada pekerjaan pemeliharaan


dan perawatan gedung, maka kita harus dapat mengendalikan bahaya
dan risiko kecelakaan kerja dengan cara mencegahnya.

Pengendalian bahaya dan risiko kecelakaan kerja tersebut hanya


dapat dilaksanakan bila semua orang yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut telah diberi informasi untuk memahami adanya potensi
kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya.
1) Penyampaian informasi atau sosialisasi tentang adanya potensi
kecelakaan kerja di tempat kerja ini harus dilaksanakan oleh ketua
kelompok secara berkala;
2) Semua anggota kelompok kerja secara bersama-sama melakukan usaha
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja;
3) Pelaksana pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, baik sebagai
individu atau sebagai anggota kelompok kerja berusaha meningkatkan
kompetensi dalam pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung agar mampu mengendalikan bahaya dan kecelakaan kerja di
bidang tugasnya.
I. Analisis Dampak Potensi Pencemaran Lingkungan

1. Pengidentifikasian Dampak yang Mungkin Terjadi dari Setiap Potensi


Pencemaran Lingkungan
Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung memilki
potensi menimbulkan pencemaran lingkungan baik pencemaran
udara, limbah cair maupun pencemaran suara (bising).
Debu merupakan material yang berbahaya, karena selain berbahaya
bagi paru-paru dan mata, juga dapat menjadikan terbatasnya jarak
pandang, terutama pada saat alat angkut, atau peralatan lain
beroperasi sekitar bangunan gedung. Menurunnya kemampuan jarak
pandang merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas
didalam area bangunan gedung.
Pencemaran udara terjadi akibat debu terbang karena jalan kerja yang
rusak dan tidak terawat dengan baik.
Suara bising memiliki ancaman ganda, karena berbahaya bagi
pendengaran dan mungkin dapat mengalihkan perhatian pekerja
terhadap aktivitas peralatan dan bahaya lainnya.
Limbah cair kemungkinan terjadi dari aliran kotoran debu yang
terkumpul dalam kolam yang kurang terpelihara.

2. Langkah Pencegahan Untuk Mengurangi Dampak Pencemaran Lingkungan


Untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dilakukan dengan
menghilangkan atau setidaknya membatasi timbulnya pencemaran
pada sumber atau penyebab timbulnya pencemaran.
1) Pencegahan pencemaran pada pekerjaan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung
a) Menanggulangi semaksimal mungkin terjadinya debu yang dapat
mengakibatkan pencemaran pada udara didalam gedung, misalnya
alat potong keramik harus dialiri air, penggunaan blower, dan
sebagainya;
b) Menggunakan peralatan dengan tipe yang lebih ramah lingkungan
sehingga dapat mengurangi kebisingan;
c) Meningkatkan pemeliharaan kolam/penampungan minyak/oli
sehingga limbahnya dapat dikendalikan;
d) Pengisian bahan bakar dan oli dilakukan dengan hati-hati agar tidak
tercecer dan menimbulkan pencemaran.
2) Pencegahan pencemaran pengoperasian peralatan pekerjaan
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
a) Mengatur metode kerja dalam pelaksanaan sehingga tidak terjadi
pencemaran pengoperasian peralatan pekerjaan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung. Sebagai contoh, pencegahan debu
pemotongan keramik, pengangkutan pembuangan sisa-sisa bahan
bangunan agar tidak tercecer di jalanan, pengecatan kayu dan besi
pada ruang tertutup harus ada aliran udara.
b) Sampah sisa-sisa bahan bangunan pelaksanaan pemeliharaan dan
perawatan bangunan harus segera di bersihkan
c) Melakukan pemeliharaan jalan kerja pengangkutan

3. Penyampaian Informasi Dampak Pencemaran Lingkungan Kepada Petugas


Lain
Salah satu langkah pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan
adalah dengan memberikan informasi/ sosialisasi sejelas mungkin
kepada semua petugas yang terlibat dalam pekerjaan dengan
penekanan tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan.
1) Penyampaian informasi atau sosialisasi tentang dampak pencemaran
lingkungan ini harus dilaksanakan oleh ketua kelompok secara berkala;
2) Semua anggota kelompok kerja secara bersama-sama melakukan usaha
pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan

J. Standar Lingkungan dan Penerapan Sistem Lingkungan

1. Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai Ambang Batas adalah suatau kadar/nilai bahan dengan batasan
tertentu yang berlaku dalam udara tempat kerja merupakan pedoman
pengendalian, agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya, dengan
tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau
kenikmatan kerja dalam perkerjaan sehari-hari untuk waktu tidak boleh
lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu .
Untuk mengetahui apakah udara tempat kerja telah
membahayakan terhadap kesehatan tenaga kerja, maka
perlu dilakukan pengukuran kadar konsentrasi, suatu kondisi
sesuai dengan paparannya,
Bila konsentrasinya telah melebihi NAB yang ditentukan. ini
berarti telah rnembahayakan terhadap kesehatan tenaga
kerja untuk bekerja di ruangan tersebut. Keadaan ini harus
segera dikendalikan yaitu dengan upaya menurunkan
kadarnya sehingga dibawah .NAB atau dengan melakukan
upaya memberikan alat pelindung diri yang sesuai saat
bekerja.

2. Lingkungan Kerja (Iklim) Panas


Lingkungan kerja panas adalah suatu kondisi di tempat kerja,
di mana tenaga kerja yang selama kerja terpanjang, potensi
akan mendapatkan gangguan kesehatan karena pengaruh
panas. Problematika Iingkungan kerja panas dapat
disebabkan oleh dua hal:
• adanya sumber panas
• ventilasiyang kurangbaik
Kedua hal tersebut banyak dijumpai dalam aktivitas yang
tanpa disadari akan menimbulkan ketidak nyamanan kerja
sampai pada pengaruh yang buruk terhadap kesehatan
tenaga kerja. Tindakan yang paling baik adalah mencegah
timbulnya pengaruh lingkungan kerja panas. Dalam norma
higene ada langkah-Iangkah dalam upaya 'menciptakan
kondisi Iingkungan kerja yang maman dan nyaman, yaitu:
• identifikasi
• pengukuran
• penilaian
• pengendalian
Untuk itu pertu diberikan pengetahuan mulai dari timbulnya
problematika panas Iingkungan kerja sampai pada
pengaruhnya terhadap tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai