Anda di halaman 1dari 11

Muhammad Sidiq Pamungkas

25000119120051
K3
Permenkes Nomor 48 Tahun 2016 → k3 Perkantoran

Pimpinan kantor dan/atau pengelola gedung (penyelenggara k3 perkantoran) →


a. Membentuk dan mengembangkan smk3 perkantoran
b. Menerapkan standar k3 perkantoran

Smk3 perkantoran
a. Penetapan kebijakan k3 perkantoran;
b. Perencanaan k3 perkantoran;
c. Pelaksanaan rencana k3 perkantoran;
d. Pemantauan dan evaluasi k3 perkantoran; dan
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja smk3 perkantoran.

Manajemen tanggap darurat gedung manajemen tanggap darurat gedung


pada prinsipnya dilakukan sama untuk kebakaran, gempa, huru-hara, banjir, dan
ancaman bom.

Kewaspadaan bencana perkantoran meliputi:


a. Manajemen tanggap darurat gedung;
1. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana;
2. Penilaian analisis risiko kerentanan bencana;
3. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana;
4. Pengendalian kondisi darurat atau bencana;
5. Simulasi kondisi darurat atau bencana; dan
6. Mengatasi dampak yang berkaitan dengan kejadian setelah
bencana.
b. Manajemen keselamatan dan kebakaran gedung;
1. Sarana penyelamatan gedung → tangga darurat dan pintu darurat
2. Peralatan sistem perlindungan/pengamanan bangunan gedung dari
kebakaran yang dipasang pada bangunan gedung.
a. Alat pemadam api ringan (apar);
b. Alat pemadam api berat (apab) yang menggunakan roda;
c. Sistem alarm kebakaran;
d. Hydrant halaman;
e. Pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media
pemadaman air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa
dan selang;
f. Sistem sprinkler otomatis; dan
g. Sistem pengendalian asap.
c. Persyaratan dan tata cara evakuasi → rute dan pelaksanaan evakuasi
d. Penggunaan mekanik dan elektrik → sesuai peraturan perundang
undangan
e. Pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k) → persyaratan pelaksanaan
dan sumber daya yang diperlukan dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan.

Setiap manajemen gedung perkantoran wajib membuat pencatatan dan


pelaporan terhadap pelaksanaan k3 perkantoran secara berkala setiap 3 (tiga)
bulan → kejadian atau kasus k3
a. Kejadian hampir celaka;
b. Kejadian kecelakaan kerja;
c. Penyakit akibat kerja;
d. Kehilangan hari kerja; dan
e. Kematian akibat kerja

Pengendalian kondisi darurat atau bencana antara lain meliputi:


a. Tim tanggap darurat atau bencana; dan
b. Prosedur tanggap darurat atau bencana
Pengelola gedung harus memiliki rencana dan prosedur untuk mencegah
dan melakukan tindakan dalam keadaan darurat. Rencana keadaan darurat
memuat hal hal berikut:
a. Jasa dan personil yang bertanggung jawab untuk setiap kejadian darurat
b. Tindakan aksi untuk keadaan darurat yang berbeda-beda
c. Data dan informasi tentang bahan-bahan berbahaya
d. Langkah yang harus dilakukan bila terjadi kecelakaan
e. Rencana pelatihan darurat

Ada tiga komponen utama yang menentukan tanggap darurat dapat dilaksanakan
dengan cepat, yaitu:
a. Alokasi sumber daya yang diperlukan pada tempat dan waktu yang tepat.
b. Melaksanakan sistem pemantauan efektif yang memberikan peringatan
dini bila terjadi suatu kejadian darurat.
c. Melaksanakan uji coba keadaan darurat secara realistik, artinya uji coba
dilaksanakan tanpa pemberitahuan.

Tindakan awal dalam rencana tanggap darurat


a. Merencanakan suatu titik kumpul (assembly point) yang merupakan suatu
denah evakuasi yang menunjukkan kemana pekerja berkumpul bila terjadi
kondisi darurat dan diperintahkan untuk evakuasi.
b. Mengadakan simulasi kebakaran dan bencana yang melibatkan dinas
kebakaran setempat dan kalau perlu dengan mengikutsertakan dinas atau
instansi terkait lainnya.
c. Menyiapkan sirene-sirene dan alarm tanda bahaya.
d. Menyiapkan rambu-rambu arah ke tempat titik kumpul, lokasi tabung
pemadam kebakaran dan lain-lain.
e. Menyiapkan prosedur tanggap darurat.

Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori


1) Keadaan darurat tingkat i (tier i)
Berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset), yang
secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik
dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu
adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan darurat tingkat ii (tier ii)
Kecelakaan besar dimana semua pekerja yang bertugas dibantu dengan
peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak
mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan b3 yang kuat, semburan liar sumur
minyak/gas dan lain¬lain, yang mengancam nyawa manusia atau
lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya
atas karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih
berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.
3) Keadaan darurat tingkat iii (tier iii)
Malapetaka/ bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan tier ii, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional.

Persyaratan rencana tanggap darurat kebakaran antara lain: 1)


pembentukan tim pemadam kebakaran 2) pembentukan tim evakuasi 3)
pembentukan tim p3k 4) penentuan satuan pengamanan 5) penentuan tempat
berhimpun 6) penyelamatan orang yang perlu dibantu (orang tua, orang sakit,
orang cacat dan anak – anak).

Evakuasi
1) Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu
kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
2) Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara
dari bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat
harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat,
menjangkau pintu keluar (exit).
3) Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan mempunyai
lebar untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m.
4) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung
dari sumber utama.
5) Arah menuju pintu keluar(exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
6) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.

Pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k)


a. Semua kantor harus memiliki karyawan yang terlatih p3k dan mempunyai
sertifikat p3k yang bertaraf nasional.
b. Fasilitas p3k harus ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
c. Tempat kerja yang besar harus mempunyai pusat p3k dengan persyaratan:
1) memiliki peralatan yang memadai, mudah diidentifikasikan,
kebersihan yang selalu terjaga, dan tercatat dengan baik.
2) penerangan dan ventilasi yang mencukupi.
3) penyediaan sediaan medis yang cukup untuk pengobatan, bidai, tandu
dan obat-obatan harus disediakan.
4) mempunyai air mengalir yang bersih.
5) mempunyai kelengkapan seperti tandu/usungan, dan telepon.
d. Ada spo rujukan kasus penyakit ataupun kecelakaan.
e. Alat-alat p3k dan kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat
untuk kompres, perban, gauze yang steril, antiseptik, plester, torniquet,
gunting, splint, dan perlengkapan gigitan ular.
f. Isi dari kotak obat-obatan dan alat p3k harus diperiksa secara teratur dan
harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
g. Alat-alat p3k dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan/instruksi yang
mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
SKK MIGAS
Nomor: ptk-005/skkma0000/2018/s0 tentang pengelolaan kesehatan,
keselamatan kerja dan lindungan lingkungan di kegiatan usaha hulu minyak
dan gas bumi

Kontraktor kontrak kerja sama (kkks) harus memiliki rencana tanggap


darurat dan manajemen krisis yang telah diverifikasi oleh skk migas, termasuk
prosedur penanggulangan, pembersihan, dan asuransi.
a. Rencana tanggap darurat (emergency response plan - erp) termasuk
medical emergency response plan (merp), dan oil spill contingency plan
(oscp).
b. Rencana manajemen krisis (crisis management plan - cmp).
c. Rencana keberlanjutan bisnis (business continuity plan - bcp)
d. Organisasi tanggap darurat yang memadai dan kompeten (termasuk
program pelatihan sesuai dengan rencana tanggap darurat dan/atau
manajemen krisis serta peraturan perundang undangan yang berlaku).
e. Fasilitas dan peralatan tanggap darurat dalam kondisi siap pakai dan
jumlah yang memadai sesuai dengan rencana tanggap darurat dan/atau
manajemen krisis serta peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dokumen rencana tanggap darurat, rencana manajemen krisis, dan rencana


keberlanjutan bisnis
a. Potensi keadaan darurat, krisis dan interupsi keberlanjutan bisnis yang
dapat terjadi dalam kegiatan operasi
b. Struktur organisasi
c. Peran dan tanggung jawab
d. Kepemimpinan
e. Kemampuan dan kompetensi
f. Prosedur aktivasi dan mobilisasi sumber daya (personel dan peralatan)
g. Alur dan sistem komunikasi (internal dan eksternal), termasuk daftar
kontak darurat dan/atau krisis.
h. Daftar peralatan dan perangkat pendukung tanggap darurat dan
manajemen krisis.

Skala prioritas penanganan keadaan darurat dan keadaan krisis


a. Perlindungan dan/atau penyelamatan terhadap manusia
b. Perlindungan terhadap lingkungan
c. Perlindungan terhadap aset dan fasilitas
d. Perlindungan terhadap reputasi negara dan/atau perusahaan
e. Perlindungan terhadap keberlanjutan usaha/bisnis

Tingkatan keadaan tanggap darurat dan krisis


1. Tingkat 1: adalah keadaan darurat yang dapat ditangani oleh tim tanggap
darurat setempat (site emergency response team – ert) yang dibentuk oleh
masing-masing organisasi operasi / unit bisnis kkks
2. Tingkat 2: adalah keadaan darurat yang tidak dapat ditangani oleh tim
tanggap darurat setempat (site ert) sehingga membutuhkan dukungan /
bantuan dari tim manajemen darurat kkks yang ada di indonesia (incident
management team – imt) dan skk migas
3. Tingkat 3: adalah keadaan darurat yang tidak dapat ditangani oleh tim
manajemen darurat dari kkks dan skk migas sehingga membutuhkan
dukungan/bantuan dari tim tanggap darurat di luar manajemen kkks dan
skk migas baik berupa sumber daya nasional, regional maupun
internasional (termasuk dukungan dari kantor induk kkks)

Latihan tanggap darurat (emergency response drill) dan/atau manajemen


krisis kkks harus dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menguji kesesuaian
dan efektifitas dari rencana tanggap darurat dan manajemen krisis yang dimaksud.

Kkks wajib memastikan bahwa peralatan yang tersedia selalu dalam


keadaan baik dan siap digunakan setiap saat. Semua peralatan harus menjalani
perawatan berkala untuk memastikan peralatan tersebut siap digunakan setiap
saat. Secara berkala, tim manajemen kkks harus melakukan inspeksi dan
pengujian untuk memastikan peralatan tersebut dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, yang frekuensinya ditentukan sesuai dengan jenis peralatan, dokumen
rencana tanggap darurat (emergency response plan - erp) dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Kkks wajib membentuk dan menetapkan tim manajemen darurat dan krisis
sesuai dengan kondisi organisasi dan kegiatan operasinya, serta tingkatan keadaan
darurat/krisis yang dituliskan di dalam dokumen rencana tanggap darurat dan
manajemen krisis. Apabila diperlukan kkks dapat mengadakan kerja sama dengan
pihak lain agar penanganan keadaan darurat atau krisis dapat diimplementasikan
sesuai dengan prosedur yang ada dengan tetap melakukan koordinasi dengan skk
migas.

Kkks wajib melaporkan penanganan keadaan mendesak, darurat atau krisis


yang terjadi secara berkala sesuai petunjuk dari fungsi skk migas terkait (formulir
notifikasi keadaan darurat dan krisis, formulir laporan/deklarasi keadaan darurat
dan krisis formulir laporan status / perkembangan penanganan keadaan darurat
dan krisis, serta formulir laporan penyelesaian keadaan darurat dan krisis)

Dalam hal diperlukan penanganan informasi terkait keadaan darurat/krisis


kepada publik (melalui media massa atau pihak luar lainnya) seperti press release
atau pre statement, maka penjelasan tertulis atau lisan tentang keadaan darurat
kepada publik terutama kepada media massa, disampaikan oleh fungsi komunikasi
skk migas dan/atau disampaikan oleh kkks setelah berkonsultasi dengan fungsi
komunikasi skk migas.

Rencana tanggap darurat


a. Mitra kerja harus mempunyai prosedur rencana tanggap darurat yang
melingkupi seluruh potensi-potensi keadaan darurat yang dapat timbul dari
kegiatan operasional yang dilakukan, termasuk di dalamnya rencana
proses evakuasi medis
b. Mitra kerja memastikan prosedur ini tersedia di lapangan dan
disosialisasikan kepada seluruh pekerja yang terlibat dalam kegiatan
operasi, tidak terkecuali bagi pengunjung yang datang ke lokasi kerja
c. Mitra kerja memastikan seluruh anggota tim tanggap darurat yang
dibentuk telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan
d. Peralatan penanggulangan keadaan darurat dan evakuasi medis tersedia di
lokasi kerja dan dipelihara secara teratur
e. Untuk memastikan seluruh pekerja memahami prosedur ini dengan baik,
latihan latihan tanggap darurat dilakukan secara reguler dan dievaluasi
pelaksanaannya.
f. Catatan pemeliharaan berkala dan catatan latihan tanggap darurat
didokumentasikan

Kkks mengadakan pelayanan kesehatan dengan menyediakan pelayanan


pertolongan kedaruratan medis, termasuk proses perencanaan, penyelenggaraan,
evaluasi & rencana tanggap darurat medis (medical emergency response plan)
serta evakuasi medis.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1979
Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan
Gas Bumi

Semua bangunan dan instalasi dalam tempat pemurnian dan pengolahan


harus memenuhi syarat-syarat teknis dan keselamatan kerja yang sesuai dengan
sifat-sifat khusus dari proses dan lokasi yang bersangkutan. Jalan dalam tempat
pemurnian dan pengolahan harus baik dan cukup lebar, sehingga setiap tempat
dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh orang maupun kendaraan serta harus
dipelihara dengan baik, diberi penerangan yang cukup dan dimana perlu
dilengkapi dengan rambu-rambu lalu-lintas.
Ruangan kerja harus dapat dicapai dan ditinggalkan dengan mudah dan
aman melalui pintu-pintu tertentu (termasuk pintu darurat) dan harus terpelihara
dengan baik. Di tempat-tempat tertentu untuk keadaan darurat harus tersedia alat-
alat penyelamat yang sesuai dengan kebutuhan. Penerangan lampu dalam instalasi
dan di seluruh tempat pemurnian dan pengolahan harus baik. Pada tempat dan
instalasi tertentu harus disediakan alat penerangan lampu darurat yang aman yang
setiap waktu siap digunakan.

Pemadaman kebakaran
Alat pemadam kebakaran beserta perlengkapan penyelamat harus
memenuhi syarat- syarat. Pengusaha wajib menyediakan alat pemadam kebakaran
beserta perlengkapan penyelamat yang baik yang setiap saat siap untuk
digunakan, termasuk instalasi air yang permanen dengan tekanan yang diperlukan
lengkap dengan hydrant secukupnya, mobil pemadam kebakaran dengan air dan
bahan kimia dalam jumlah yang cukup dan apabila diperlukan, instalasi permanen
untuk pemadam kebakaran dengan bahan kimia. Sistim pemompaan utama harus
dilengkapi pula dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada
jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan.
Tempat tertentu harus disediakan alat pemadam kebakaran yang portabel
dalam jumlah yang cukup yang jenisnya disesuaikan dengan sifat kebakaran. -
tempat tertentu harus dipasang alat komunikasi yang dapat berhubungan langsung
dengan stasiun pemadam kebakaran. Tempat tertentu juga harus dipasang sistem
alarm.
Kepala teknik wajib :
a. Membentuk regu pemadam kebakaran yang tetap dan terlatih
dengan baik serta selalu berada dalam keadaan siap.
b. Wajib menunjuk seorang petugas yang bertanggungjawab dalam
hal penanggulangan kebakaran, petugas tersebut harus dicatat oleh
kepala teknik dalam buku pemurnian dan pengolahan.
c. Wajib memeriksa secara berkala kondisi semua alat pemadam
kebakaran beserta perlengkapan penyelamat.

Pertolongan pertama pada kecelakaan


Pada tempat yang ditentukan harus tersedia petugas dan tempat yang
memenuhi syarat untuk keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan,
dilengkapi dengan obat dan peralatan yang cukup (termasuk alat utk mengangkut
korban) termasuk mobil ambulans yang berada dalam keadaan siap digunakan.
Kepala teknik diwajibkan memberikan pengetahuan pertolongan pertama pada
kecelakaan kepada sebanyak mungkin pekerja bawahannya, sehingga para pekerja
tersebut mampu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Tempat
tertentu harus dipasang petunjuk-petunjuk yang singkat dan jelas tentang tindakan
pertama yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai