Anda di halaman 1dari 11

TANGGAP DARURAT PERTOLONGAN PERTAMA INDUSTRI

SIMULASI BENCANA DI RUMAH SAKIT


“RSUD DR. ZUBIR MAHMUD, ACEH TIMUR”

Dosen Pengampu :
dr. Baju Widjasena, M. Erg.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Agnes Tiara Simanullang 25000119120027
Auliya Muqita R. 25000119130218
Ayu Rahmadianti 25000119140251
Made Diah Damayanti 25000119130168
Muhammad Sidiq P. 25000119120051
Nabila Maharani W. 25000119140201
Nadhira Aghnia I. 25000119130198
Ruli Bremanta Ginting 25000119120035
Sarah Salsabilla 25000119130170
Kelas : K3 - 2022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Simulasi Bencana di Rumah Sakit
“RSUD dr. Zubir Mahmud, Aceh Timur”

Link Video : https://youtu.be/xKsojaCIJew

A. Potensi Bahaya Rumah Sakit


RSUD dr. Zubir Mahmud merupakan salah satu rumah sakit di Kabupaten Aceh
Timur yang ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C pada tahun 2008 berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Rumah sakit ini juga merupakan pusat untuk rujukan
di Kabupaten Aceh Timur seperti rujukan pelayanan medis, rujukan pengetahuan, hingga
keterampilan medis maupun non medis. Tenaga medis yang tergabung dalam RSUD ini
berjumlah 780 orang dengan penyediaan tempat tidur untuk pasien berjumlah 153 buah.
Pelayanan di rumah sakit ini juga terlihat lengkap untuk standar RS kelas C dengan
banyaknya layanan yang disediakan, seperti beragamnya poliklinik spesialis, fasilitas
penunjang medis, ruangan intensif termasuk IGD, hingga instalasi bedah sentral.
Canggihnya berbagai pelayanan di RSUD ini sebagai pendukung fasilitas
kesehatan publik bagi masyarakat Aceh Timur sejatinya juga berbanding lurus dengan
banyaknya potensi bahaya yang ada, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan sistem kelistrikan di rumah sakit
Banyaknya peralatan medis yang digunakan di rumah sakit ini tentunya tidak
terlepas dengan bantuan sistem kelistrikan yang digunakan. Misalnya untuk
peralatan operasi, peralatan pendukung kesehatan pasien, peralatan administrasi,
hingga sistem pelengkap rumah sakit seperti untuk penerangan. Akan tetapi,
penggunaan peralatan listrik dalam jumlah yang besar juga menjadi bahaya
tersendiri jika tidak dilakukan secara benar, salah satunya berpotensi kebakaran
akibat adanya arus pendek listrik.
2. Radiasi yang dihasilkan peralatan rumah sakit
Peralatan penghasil radiasi (seperti yang digunakan pada bagian radiologi) memiliki
potensi bahaya tersendiri yang dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja RS
maupun pasien. Pengaruh dari radiasi (misalnya sinar X dari X-Ray) dapat
mengakibatkan kelainan pada darah seperti anemia, leukemia, hingga menurunnya
jumlah leukosit dalam darah.
3. Penggunaan bahan golongan B3
Sebagai fasilitas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, rumah sakit
menggunakan banyak bahan-bahan yang tergolong dalam Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3). Misalnya seperti bahan kimia obat-obatan, disinfektan, peralatan
infeksius seperti jarum suntik, hingga gas medis maupun gas non medis. Bahan
bahan ini tentunya menjadi sumber bahaya jika tidak digunakan secara benar. Selain
itu, limbah yang dihasilkan juga menjadi bahaya tersendiri dan berpotensi
mempengaruhi kesehatan orang-orang yang berada di rumah sakit jika tidak diolah
dengan cara yang benar.
4. Virus dan bakteri penyebab penyakit
Rumah sakit tentunya identik dengan virus dan bakteri yang menjadi penyebab
berbagai penyakit. Hal ini menjadi salah satu potensi bahaya terbesar yang identik
dengan keberadaan rumah sakit, terutama untuk tenaga kesehatan serta tenaga
pendukung rumah sakit lainnya. Kondisi ini menyebabkan ancaman terjadinya
wabah penyakit yang dapat berkembang menjadi epidemi bahkan pandemi.
5. Bahaya bencana alam (gempa bumi, badai, dsb)
Selain bahaya yang telah disebutkan sebelumnya, keberadaan bencana alam yang
seringkali tidak dapat diprediksi juga menjadi salah satu potensi bahaya untuk rumah
sakit. Sebut saja seperti gempa bumi karena adanya perubahan struktur tanah hingga
badai akibat cuaca yang tidak menentu. Bencana-bencana ini dapat menyebabkan
kerusakan secara struktural, kerugian secara material, hingga kerugian manusia
berupa cedera dan meninggal dunia yang mengancam tenaga kerja rumah sakit
hingga pasien.

B. Simulasi Bencana Sesuai Potensi Bahaya


Saat kebakaran terjadi di rumah sakit tahapan yang harus dilakukan adalah :
1. Petugas yang pertama kali melihat kebakaran melaporkan kepada orang-orang
sekitar.
2. Jangan panik dan patuhi prosedur penyelamatan kebakaran.
3. Petugas yang berada di area kebakaran menghubungi pihak security untuk
meminta bantuan dengan memberitahu lokasi kejadian kebakaran.
4. Security segera menghubungi dan melapor kejadian kebakaran kepada atasan/Tim
HSE/ Tim tanggap darurat yang ada.
5. Security memberitahukan kepada pihak operator untuk memberikan
pemberitahuan keadaan darurat kebakaran.
6. Security lalu menyalakan alarm kebakaran.
7. Petugas/tim tanggap darurat melakukan sesuai dengan prosedur standar evakuasi.
8. Petugas/ tim tanggap darurat menggunakan APD lalu membagi tugas kepada
setiap petugas dalam tim.
9. Ada petugas yang melakukan evakuasi pasien menggunakan peralatan yang telah
ditentukan seperti kursi roda/bed jalan/ dan lain sebagainya terutama bagi pasien
yang tidak dapat berjalan sendiri.
10. Security segera mencari peralatan untuk memadamkan api seperti APAR.
11. Petugas lain yang ditunjuk, ada yang bertugas untuk mematikan aliran listrik.
12. Petugas lainnya juga melakukan evakuasi terhadap peralatan-peralatan vital
rumah sakit seperti dokumen dan arsip-arsipnya, tabung oksigen, dan lain
sebagainya.
13. Security dan petugas tanggap darurat lainnya segera menuju ke titik api untuk
mematikan api menggunakan peralatan yang ada seperti APAR yang telah
dibawa. (Pembawaan APAR ke lokasi harus sesuai dengan prosedur)
14. Pasien serta keluarga dan alat vital medis diarahkan ke titik aman area kumpul
evakuasi.
15. Terdapat petugas yang mengarahkan pasien dan keluarganya ke titik evakuasi.
16. Sebagai upaya antisipatif kebakaran yang lebih besar, pihak rumah sakit juga
harus menghubungi pemadam kebakaran setempat.
17. Security menginformasikan kepada atasan bahwa kondisi sudah aman dan api
telah berhasil dipadamkan.

C. Teknik Evakuasi Pasien


Teknik yang dilakukan oleh perawat untuk memberikan perawatan kepada
klien/pasien imobilisasi. Imobilisasi adalah keadaan di mana seseorang mengalami
keterbatasan gerak sebagai akibat adanya gangguan pada organ tubuh. Teknik ini
membutuhkan mekanika tubuh yang sesuai sehingga memungkinkan perawat untuk
menggerakan, mengangkat atau memindahkan klien/pasien dengan aman dan juga
melindungi perawat dari cedera sistem muskuloskeletal.
Teknik pemindahan pada klien/pasien termasuk dalam transport klien/pasien,
seperti pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat
transportasi seperti ambulance, dan brankar yang berguna sebagai pengangkut
klien/pasien gawat darurat. Beberapa diantaranya seperti :
1. Pemindahan klien/pasien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan
bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau kain
yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar. Brankar dan
tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan
cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada klien
membutuhkan tiga orang pengangkat.
2. Pemindahan klien/pasien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum pemindahan.
Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan
bagian kepala tempat tidur. Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama, ketika
memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan
mekanika tubuh yang tepat. Beberapa alat pemindahan pasien seperti (1) Long Spine
board, (2) Tandu Sekop, (3) Tandu Lipat.

Prosedur dalam pelaksanaan pemindahan pasien terbagi berdasarkan berikut :


1. Memindahkan pasien dari brankar ke tempat tidur/sebaliknya
a. Menjelaskan prosedur pemindahan.
b. Atur brankar / Tempat Tidur dalam kondisi terkunci.
c. Berdiri di sisi kanan atau kiri pasien.
d. Kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
e. Silangkan tangan pasien di atas dada.
f. Pasien diangkat oleh sekurang-kurangnya 2-3 orang perawat (sesuai kebutuhan).
g. Ketiga perawat berdiri di sisi sebelah kanan pasien:
● Perawat I (paling tinggi) dan berdiri di bagian kepala sebagai pemberi
instruksi.
● Perawat II berdiri di bagian pinggang.
● Perawat III berdiri di bagian kaki.
h. Lengan kiri perawat I berada di bawah kepala/leher dan pangkal lengan pasien,
dan lengan kanan dibawah punggung pasien.
i. Lengan kiri perawat II dibawah pinggang pasien, lengan kanan dibawah bokong
pasien.
j. Kedua lengan perawat III mengangkat seluruh tungkai pasien.
k. Setelah siap, salah seorang perawat memberi aba-aba untuk bersama-sama
mengangkat pasien.
l. Dengan langkah bersamaan, berjalan menuju ke tempat tidur/brankar yang telah
disiapkan.
m. Setelah pasien berada di atas TT/brankar, posisi pasien diatur, selimut dipasang
atau dirapikan.
2. Memindahkan pasien dengan tarikan selimut atau alas
a. Atur brankar dalam posisi terkunci pada tiap sisinya dan dekatkan serta
sejajarkan dengan tempat tidur atau brankar atau stretcher yang akan digunakan
selanjutnya.
b. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat yang lain
di samping brankar.
c. Gunakan pengalas di bawah tubuh klien untuk media mengangkat dapat berupa
selimut maupun alas brankar.
d. Silangkan tangan pasien didepan dada untuk mencegah terjepit.
e. Perawat yang berada di sisi tempat tidur siap memegang dan mendorong pasien.
f. Dua perawat lain yang berada di samping brankar memulai aba-aba secara
bersamaan dan mengangkat/ menarik pengalas di bawah tubuh pasien dan
pasien hingga mencapai tempat tidur satunya.
● Apabila pasien dalam kondisi cedera berat ataupun fraktur yang luas
maupun memiliki bobot tubuh yang sedikit berlebih anjurkan minimal
terdapat 4 perawat yang masing-masing berada pada sisi kepala, samping
kanan kiri dan kaki.
g. Jauhkan brankar.
h. Baringkan pasien ke kiri atau kanan dan tarik pengalas atau selimut.
i. Atur posisi pasien hingga merasa nyaman.
3. Memindahkan pasien ke kursi roda dan sebaliknya
❖ Pemindahan pasien dari brankar ke tempat tidur dan sebaliknya
a. Angkat pasien oleh sekurang-kurangnya tiga orang perawat sesuai dengan
kebutuhan.
b. Tiga perawat berdiri pada sisi kanan pasien dengan urutan sebagai berikut:
● Perawat satu, paling tinggi berdiri di bagian kepala.
● Perawat dua, berdiri di bagian pinggang.
● Perawat tiga, berdiri di bagian tungkai.
c. Lengan kiri perawat satu di bawah kepala pada pangkal lengan pasien dan
lengan kanan dibawah punggung pasien (bila pasien gemuk, lengan kanan
perawat satu melalui badan pasien ke bawah pinggang sehingga
berpegangan pergelangan tangan perawat dua.
d. Lengan kiri perawat dua dibawah pinggang pasien, lengan kanan dibawah
pantat.
e. Kedua lengan perawat tiga mengangkat seluruh tungkai pasien.
f. Setelah siap seorang perawat memberi aba-aba untuk bersama-sama
mengangkat pasien.
g. Dengan langkah bersama para perawat mulai berjalan menuju tempat tidur
atau brancard.
h. Setelah pasien berada di tempat tidur atau brancard, posisi diatur dan
selimut dipasang atau dirapikan.
❖ Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
a. Dorong kursi roda ke sisi tempat tidur dan roda belakangnya harus ditahan
atau direm agar kursi roda tidak terbalik.
b. Topang ketiak pasien pada sisi yang lemah atau sakit dengan kedua tangan
perawat dan pasien dianjurkan bertumpu pada sisi yang kuat.
c. Bimbing pasien untuk turun dari kursi roda dan berjalan bersama menuju
ke tempat tidur.
d. Pasien bersandar pada sisi tempat tidur kemudian bantu untuk naik ke
tempat tidur.
e. Setelah pasien berada di tempat tidur, posisinya diatur sesuai dengan
kebutuhan dan dirapikan.

D. Kekurangan Rancangan Simulasi Bencana


1. Tim tanggap darurat bencana
Tim tanggap darurat dan/atau bencana Tim tanggap darurat dan/atau bencana atau
Incident Command System harus terdiri dari sumber daya manusia yang yang
memiliki pengetahuan atau sudah terlatih, dengan jumlah anggota yang memadai dan
menunjuk seorang pemimpin/ ketua tim. Setiap satuan kerja/ unit/ instalasi
menugaskan 1 (satu) orang sebagai anggota tim tanggap darurat dan/ atau bencana.
Dalam simulasi bencana kebakaran tersebut tidak terlihat adanya peran safety officer
2. Penanda tim tanggap darurat
Penanda Tim Tanggap Darurat dan/atau Bencana Tim tanggap darurat dan/atau
bencana atau wabah/endemi menggunakan penanda yang menjelaskan tugas dan
fungsinya. Penanda dapat berupa tanda pengenal yang ditempel dan dapat dilihat
oleh karyawan, helm, jaket atau pin. Jenis penanda disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan Rumah Sakit masing-masing. Dalam simulasi tersebut penanda tim
tanggap darurat hanya helm dan tidak semua anggota tim menggunakan helm
tersebut.
3. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) berisikan informasi mengenai pengertian,
tujuan, kebijakan, prosedur dan unit terkait. SPO tidak dijelaskan dalam video
tersebut
4. Nomor penting
Dalam evakuasi tersebut tidak memperlihatkan adanya kesediaan nomor penting.
Nomor penting yang dapat dihubungi dibagi menjadi nomor internal Rumah Sakit
dan nomor eksternal Rumah Sakit. Tetapi didalam simulasi tersebut yang
menghubungi hanya pihak satpam saja baik itu ke kepala bagian, sedangkan untuk
memberitahu ke operator rumah sakit lewat teriakan saja sehingga secara umum itu
tidak efektif
5. Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda darurat sesuai dengan
standar dan pedoman teknis
Rambu-rambu keselamatan dan tanda darurat harus diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat baik oleh petugas Rumah Sakit maupun pengunjung.Dalam simulasi
tersebut rambu rambu keselamatan yang terlihat hanya titik kumpul evakuasi, tidak
terlihat adanya arah jalur evakuasi, pintu keluar
6. Alat pendeteksi kebakaran
Alat pendeteksi kebakaran di dalam simulasi ini tidak ada sehingga pekerja lah yang
dituntut untuk jeli melihat sekitar jika sewaktu waktu terjadi kebakaran. Menurut
kami itu tidaklah efektif dikarenakan adanya keterbatasan dari pekerja baik secara
waktu, tenaga maupun kemampuan untuk mendeteksi kebakaran.
7. Prosedur standar evakuasi
Dalam simulasi tersebut prosedur standar evakuasi terlihat adanya kekurangan
dimana setelah penyelamatan pasien dulu baru mematikan aliran listrik. Seharusnya
mematikan aliran listrik dulu baru evakuasi pasien yang tujuannya agar kebakaran
tidak meluas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Profil Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud. [Internet]. Tersedia di
https://rsudzm.acehtimurkab.go.id/halaman/profil . (Diakes 20 April 2022).
Ayu K. Pelaksanaan Teknik Memindahkan Pasien Trauma. Fakultas Kedokteran Udayana. 2017.
Purwanti, Alvionita Ajeng. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Rumah Sakit di RSUD Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
2018;Vol.10(3):291-8.

Anda mungkin juga menyukai