AS ESMEN
PASIEN GAWAT DARURAT
2022
KATA PEN GANTAR
Terlrna Kc!sih
KATA SAMBUTAN DIREKTUR
Direktur
dr. Tegar
BAB I
DEF ENIS
I
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat
dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak per1u. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Adapun urutan asesmen ini diterapkan pada seluruh pasien tanpa kecuali.
Asesmen ini terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1
• Asesmen terfokus-kasus trauma: dilakukan terhadap pasien yang tidak mengalami
cedera signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang dapat mengancam
nyawa. Berfokus pada keluhan utama pasien.
• Asesmen terfokus-kasus medis: dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki orientasi baik,
dan tidak mempunyai kondisi yang mengancam nyawa. Berfokus pada keluhan utama
pasien.
• Asesmen secara mendetail: hanya dilakukan jika terdapat jeda waktu di tempat kejadian saat
menunggu ambulans tiba atau pada saat transfer ke rumah sakit. Pemeriksaan dilakukan dari
kepala-kaki untuk mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam nyawa yang dimiliki oleh
pasien.
• Asesmen berkelanjutan: dilakukan selama transfer terhadap semua pasien, untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa perburukan/perbaikan
kondisi.
2
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba - tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya Iuka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian:
• Kecelakaan lalu lintas
• Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
• Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
• Kecelakaan di sekolah
• Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain - lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling I transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain - lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat I dialami sebagai akibat kecelakaan.
12.Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
3
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system I organ di bawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System I organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma I cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
Hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 - 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan a.
Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
4
BAB II
RUANG
LINGKUP
ASESMEN AWAL
a) Keadaan umum:
i. identifikasi keluhan utama I mekanisme cedera
ii. tentukan status kesadaran (dengan Glasgow Coma Scale-GCS) dan
orientasi
iii. temukan dan atasi kondisi yang mengancam nyawa
b) Jalan napas:
i. pastikan patensi jalan napas (head tilt dan chin-lift pada pasien kasus
5
medik, dan jaw thrust pada pasien trauma).
ii. fiksasi leher dan tulang belakang pada pasien dengan risiko cedera spinal
iii. identifikasi adanya tanda sumbatan jalan napas (muntah, perdarahan, gigi
patah/hilang, trauma wajah)
iv. gunakan oropharyngeal airway (OPA) I nasopharyngeal airway (NPA) jika
perlu.
c) Pernapasan:
i. lihat (look), dengar (listen), rasakan (feel); nilai ventilasi dan oksigenasi
ii. buka baju dan observasi pergerakan dinding dada; nilai kecepatan dan
kedalaman napas
iii. nilai ulang status kesadaran
iv. berikan intervensi jika ventilasi dan atau oksigenasi tidak adekuat (pemapasan
< 12x/menit), berupa: oksigen tambahan, kantung pemapasan (bag-valve
mask), intubasi setelah ventilasi inisial Uika perlu). Jangan menunda defibrilasi
Oika diperlukan).
v. ldentifikasi dan atasi masalah pemapasan lainnya yang mengancam nyawa
d) Sirkulasi:
i. Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-Paru (RJP) jika diperlukan
1. Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis
2. Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan
arteri karotis
3. Untuk pasien usia s 1 tahun, nilai arteri brakialis3
ii. Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan
langsung (direct pressure) dengan kassa bersih.
iii. Palpasi arteri radialis: nilai kualitas (lemah/kuat), kecepatan denyut
(lambat, normal, cepat). teratur atau tidak.
iv. ldentifikasi tanda hipoperfusi I hipoksia (capillary refill, wama kulit, nilai
ulang status kesadaran). Atasi hipoperfusi yang terjadi."
e) ldentifikasi prioritas pasien: kritis, tidak stabil, berpotensi tidak stabil, stabil.
i. Pada pasien trauma yang mempunyai mekanisme cedera signifikan,
lakukan asesmen segera-kasus trauma dan imobilisasi spinal.
ii. Pada pasien medis yang tidak sadar, lakukan asesmen segera-kasus
medis
ii. Trauma
1. Dilakukan pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar, yang
mengalami mekanisme cedera signifikan untuk mengidentifikasi
cedera yang mengancam nyawa.
2. lmobilisasi spinal dengan collar-neck
3. Nilai status kesadaran dengan GCS
4. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan
punggung belakang; menggunakan DCAP-BTLS:
a. D = deformitas
b. C = contusions - kontusio I krepitasi
c. A= abrasi
d. P = penetrasi I gerakan paradoks
e. B = bums - Iuka bakar
f. T = tenderness - nyeri
g. L= laserasi
h. S = swelling - bengkak
7
5. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama.
6. Nilai SAMPLE
7. lnisiasi intervensi yang sesuai
8. Transfer sesegera mungkin
9. Lakukan asesmen berkelanjutan
b) Asesmen terfokus: dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien yang
tidak mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan
utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait.
i. Kasus Medis
1. Asesmen berfokus pada keluhan utama
2. telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu,
kualitas, penjalaran nyeri, derajat keparahan, durasi)
3. nilai SAMPLE
4. nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama.
5. lnisiasi intervensi yang sesuai
6. Transfer sesegera mungkin
7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
8. Lakukan asesmen berkelanjutan
ii. Trauma
1. Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami
cedera dengan menggunakan DCAP-BTLS
2. nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama.
3. nilai SAMPLE
4. lnisiasi intervensi yang sesuai
5. Transfer sesegera mungkin
6. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
7. Lakukan asesmen berkelanjutan
C. ASESMEN SECARA
MENDETAIL
Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh dan sistematis untuk mengidentifikasi
masalah yang tidak mengancam nyawa pada pasien tetapi dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
D. ASESMEN
BERKELANJUTAN
a) Dilakukan pada semua pasien saat transfer ke rumah sakit b)
Tujuan:
i. menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin
membutuhkan intervensi tambahan
ii. mengevaluasi efektifrtas intervensi sebelumnya iii.
menilai ulang temuan klinis sebelumnya
c) Pada pasien stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit
d) Pada pasien tidak stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit i.
Nilai ulang status kesadaran
ii. Pertahankan patensi jalan napas
iii. Pantau kecepatan dan kualitas pemapasan
iv. Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi v.
Pantau wama dan suhu kulit
vi. Nilai ulang dan catat tanda vital
e) Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien
f) Periksa intervensi:
i. Pastikan pemberian oksigen adekuat ii.
Manajemen perdarahan
iii. Pastikan intervensi lainnya adekuat
2. Pengkajian Lanjutan ( Re Assesmen).Merupakan pengkajian yang bertujuan
untuk memonitor /mengevaluasi hasil dari pelaksanaan rencana pelayanan
/pengobatan dan membuat rencana pelayanan/pengobatan selanjutnya.
Bisa dilakukan dalam interval menit hingga hari, tergantung kondisi pasien
saat pengkajian awal
E. lsi minimal asesmen awal gawat darurat dilaksanakan oleh PPA ( Profesional pemberi
asuhan ) : perawat dan deleter
1. Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi:
a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan
riwayat penyakit;
b. riwayat alergi;
c. pemeriksaan fisik;
10
d. diagnosis;
e. rencana asuhan
f. kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat dan rencana tindak
Ianjut;
d. risiko jatuh
e. risiko nutrisional
f. masalah keperawatan
g. rencana asuhan
11
7. Asesmen pasien dilaksanakan di instalasi gawat darurat dengan 3 proses utama
dengan metode IAR .
IAR adalah;
I: lnformasi dikumpulkan yaitu Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lain/
12
BAB Ill
TATA
LAKSANA
Tata laksana Assesmen pasien di ruang IGD dilaksanakan sesuai dengan kebijakan antara
lain :
I. Format pengkajian yang tersedia harus diisi oleh setiap disiplin klinis untuk
setiap pasien baru yang masuk ke IGD
II. Format pengkajian (pengkajian awal) dilengkapi dalam 2 jam pertama sejak
masuk ke IGD
Ill. Dalam format pengkajian ditentukan waktu penanganan pasien untuk menilai
respon time dan triase
IV. Semua assesmen diluar RS harus dinilai ulang dan diverifikasi kembali
menggunakan teknik primary survey dan secundary survey saat masuk IGD
v. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang ber1aku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang ber1aku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang ber1aku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
13
3. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghonnati dan melindungi hak-hak pasien
4. Selain menangani kasus "true emergency" IGD juga melayani kasus ''false
emergency"
5. Pada pasien DOA ( Death Of Arrival) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas
permintaan keluarga dan harus diberi nomor lnstalasi Gawat Darurat
6. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD I ACLS dan BLS yang
masih berlaku
7. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memilliki sertifikat
PPGD I ACLS yang masih berlaku sebagai Penanggung Jawab Shift
8. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia
9. Memberikan pelayanan kesehatan pasien Gawat Darurat selama 24 jam secara terus
menerus dan berkesinambungan
VII. Tambahan
1. Kriteria pasien akut dan gawat darurat adalah :
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya
2. Penanganan pasien tidak akut dan tidak gawat yang datang ke IGD di luar jam
kerja
Bagi pasien yang tergolong tidak akut dan tidak gawat di IGD di luar jam kerja tetep
diberikan pelayanan sesuai dengan kondisinya
3. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan pelayanan yang
tepat dan sesuai dengan kondisi pasien
4. Triage di IGD dilakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat penanggung jawab shift
5. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnotic I therapy I specimen yang tidak
tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk
juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena
penyakitnya
6. Bila terjadi banyak bencana baik yang terjadi di dalam luar Rumah Sakit, IGD siap
untuk melakukan penanggulangan bencana (disaster plan)
7. Setiap petugas I staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan oleh
bagian Latbang
8. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan dokter
persetujuan pasien I penanggung jawab
9. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan
14
BAB IV
DOKUMENTAS
Untuk dokumentasi yang ada di lnstalasi Gawat Darurat merupakan acuan bagi semua
tenaga kesehatan yang ada di RSU Solok anata lain :
15
BAB I
DEFENIS
I
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat
dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Adapun urutan asesmen ini diterapkan pada seluruh pasien tanpa kecuali.
Asesmen ini terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1
• Asesmen terfokus-kasus trauma: dilakukan terhadap pasien yang tidak mengalami
cedera signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang dapat mengancam
nyawa. Berfokus pada keluhan utama pasien.
• Asesmen terfokus-kasus medis: dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki orientasi baik,
dan tidak mempunyai kondisi yang mengancam nyawa. Berfokus pada keluhan utama
pasien.
• Asesmen secara mendetail: hanya dilakukan jika terdapat jeda waktu di tempat kejadian saat
menunggu ambulans tiba atau pada saat transfer ke rumah sakit. Pemeriksaan dilakukan
dari kepala-kaki untuk mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam nyawa yang dimiliki
oleh pasien.
• Asesmen berkelanjutan: dilakukan selama transfer terhadap semua pasien, untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa perburukan/perbaikan
kondisi.
2
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba - tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya Iuka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian:
• Kecelakaan lalu lintas
• Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
• Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
• Kecelakaan di sekolah
• Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain - lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling I transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain - lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat I dialami sebagai akibat kecelakaan.
12.Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
3
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system I organ di bawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System I organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma I cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit )
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
Hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 - 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
4
BAB II
RUANG LINGKUP
ASESMEN AWAL
a) Keadaan umum:
i. identifikasi keluhan utama I mekanisme cedera
ii. tentukan status kesadaran (dengan Glasgow Coma Scale-GCS) dan
orientasi
iii. temukan dan atasi kondisi yang mengancam nyawa3
b) Jalan napas:
i. pastikan patensi jalan napas (head tilt dan chin-lift pada pasien kasus
5
medik, dan jaw thrust pada pasien trauma).
ii. fiksasi leher dan tulang belakang pada pasien dengan risiko cedera spinal
s
iii. identifikasi adanya tanda sumbatan jalan napas (muntah, perdarahan, gigi
patah/hilang, trauma wajah)
iv. gunakan oropharyngeal airway (OPA) I nasopharyngeal airway (NPA) jika
4
perlu.
4
c) Pemapasan:
i. lihat (look), dengar (listen), rasakan (feel); nilai ventilasi dan oksigenasi
ii. buka baju dan observasi pergerakan dinding dada; nilai kecepatan dan
kedalaman napas
iii. nilai ulang status kesadaran
iv. berikan intervensi jika ventilasi dan atau oksigenasi tidak adekuat (pemapasan
< 12x/menit), berupa: oksigen tambahan, kantung pemapasan (bag-valve
mask), intubasi setelah ventilasi inisial Uika perlu). Jangan menunda defibrilasi
Uika diperlukan).
v. ldentifikasi dan atasi masalah pemapasan lainnya yang mengancam nyawa
d) Sirkulasi:
i. Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-Paru (RJP) jika diperlukan
1. Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis
2. Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan
arteri karotis
3
3. Untuk pasien usia s 1 tahun, nilai arteri brakialis
ii. Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan
langsung (direct pressure) dengan kassa bersih.
iii. Palpasi arteri radialis: nilai kualitas (lemah/kuat), kecepatan denyut
(lambat, normal, cepat), teratur atau tidak.
iv. ldentifikasi tanda hipoperfusi I hipoksia (capillary refill, wama kulit, nilai
6
a) Asesmen segera: dilakukan pada pasien yang mengalami mekanisme cec:lera
signifikan atau pasien medis yang tidak sadar di tempat kejadian sambil
mempersiapkan transfer pasien.
Kasus Medis - Tidak Sadar
1. Pertahankan patensi jalan napas
2. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan tubuh
bagian belakang
3. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama
4. Nilai SAMPLE:
a. S = sign & symptoms - tanda dan gejala, keluhan utama b.
A= alergi
c. M = medikasi I obat-obatan
d. P = penelusuran riwayat penyakit terkait
e. L = last oral intake I menstrual period - asupan
makanan terkini I periode mestruasi terakhir
f. E = etiologi penyakit
5. lnisiasi intervensi yang sesuai
6. Transfer sesegera mungkin
7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
8. Lakukan asesmen berkelanjutan
ii. Trauma
1. Dilakukan pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar, yang
mengalami mekanisme cec:lera signifikan untuk mengidentifikasi
cec:lera yang mengancam nyawa.
2. lmobilisasi spinal dengan collar-neck
3. Nilai status kesadaran dengan GCS
4. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan
punggung belakang; menggunakan DCAP-BTLS:
a. D = deformitas
b. C = contusions - kontusio I krepitasi
c. A= abrasi
d. P = penetrasi I gerakan paradoks
e. B = bums - Iuka bakar
f. T = tenderness - nyeri
g. L = laserasi
h. S = swelling - bengkak
7
5. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama.
6. Nilai SAMPLE
7. lnisiasi intervensi yang sesuai
8. Transfer sesegera mungkin
9. Lakukan asesmen berkelanjutan
b) Asesmen terfokus: dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien yang
tidak mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan
utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait.
i. Kasus Medis
1. Asesmen berfokus pada keluhan utama
2. telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas,
penjalaran nyeri, derajat keparahan, durasi)
3. nilai SAMPLE
4. nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama.
5. lnisiasi intervensi yang sesuai
6. Transfer sesegera mungkin
7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
8. Lakukan asesmen berkelanjutan
ii. Trauma
1. Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami
cedera dengan menggunakan DCAP-BTLS
2. nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pemapasan, suhu, wama.
3. nilai SAMPLE
4. lnisiasi intervensi yang sesuai
5. Transfer sesegera mungkin
6. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
7. Lakukan asesmen berkelanjutan
C. ASESMEN SECARA
MENDETAIL
Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh dan sistematis untuk mengidentifikasi
masalah yang tidak mengancam nyawa pada pasien tetapi dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
0. ASESMEN
BERKELANJUTAN
a) Dilakukan pada semua pasien saat transfer ke rumah sakit b)
Tujuan:
i. menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin
membutuhkan intervensi tambahan
ii. mengevaluasi efektifrtas intervensi sebelumnya
iii. menilai ulang temuan klinis sebelumnya
c) Pada pasien stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit
d) Pada pasien tidak stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit i.
Nilai ulang status kesadaran
ii. Pertahankan patensi jalan napas
iii. Pantau kecepatan dan kualitas pemapasan
iv. Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi v.
Pantau wama dan suhu kulit
vi. Nilai ulang dan catat tanda vital
e) Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien
f) Periksa intervensi:
i. Pastikan pemberian oksigen adekuat ii.
Manajemen perdarahan
iii. Pastikan intervensi lainnya adekuat
2. Pengkajian Lanjutan ( Re Assesmen).Merupakan pengkajian yang bertujuan
untuk memonitor /mengevaluasi hasil dari pelaksanaan rencana pelayanan
/pengobatan dan membuat rencana pelayanan/pengobatan selanjutnya.
Bisa dilakukan dalam interval menit hingga hari, tergantung kondisi pasien
saat pengkajian awal
E. lsi minimal asesmen awal gawat darurat dilaksanakan oleh PPA ( Profesional pemberi
asuhan ) : perawat dan dokter
1. Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi:
a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan
riwayat penyakit;
b. riwayat alergi;
c. pemeriksaan fisik;
10
d. diagnosis;
e. rencana asuhan
f. kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat dan rencana tindak
Ianjut;
d. risiko jatuh
e. risiko nutrisional
f. masalah keperawatan
g. rencana asuhan
11
7. Asesmen pasien dilaksanakan di instalasi gawat darurat dengan 3 proses utama
dengan metode IAR .
IAR adalah;
I: lnformasi dikumpulkan yaitu Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lain/
12
BAB Ill
TATA
LAKSANA
Tata laksana Assesmen pasien di ruang IGD dilaksanakan sesuai dengan kebijakan antara
lain :
I. Format pengkajian yang tersedia harus diisi oleh setiap disiplin klinis untuk
setiap pasien baru yang masuk ke IGD
II. Format pengkajian (pengkajian awal) dilengkapi dalam 2 jam pertama sejak
masuk ke IGD
Ill. Dalam format pengkajian ditentukan waktu penanganan pasien untuk menilai
respon time dan triase
IV. Semua assesmen diluar RS harus dinilai ulang dan diverifikasi kembali
menggunakan teknik primary survey dan secundary survey saat masuk IGD
v. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang ber1aku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang ber1aku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang ber1aku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
13
3. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak pasien
4. Selain menangani kasus ''true emergency" IGD juga melayani kasus "false
emergency''
5. Pada pasien DOA ( Death Of Arrival) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas
permintaan keluarga dan harus diberi nomor lnstalasi Gawat Darurat
6. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD I ACLS dan BLS yang
masih berlaku
7. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memilliki sertifikat
PPGD I ACLS yang masih berlaku sebagai Penanggung Jawab Shift
8. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia
9. Memberikan pelayanan kesehatan pasien Gawat Darurat selama 24 jam secara terus
menerus dan berkesinambungan
VII. Tambahan
1. Kriteria pasien akut dan gawat darurat adalah :
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya
2. Penanganan pasien tidak akut dan tidak gawat yang datang ke IGD di luar jam
kerja
Bagi pasien yang tergolong tidak akut dan tidak gawat di IGD di luar jam kerja tetep
diberikan pelayanan sesuai dengan kondisinya
3. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan pelayanan
yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien
4. Triage di IGD dilakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat penanggung jawab shift
5. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnotic I therapy I specimen yang tidak
tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga
bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena
penyakitnya
6. Bila terjadi banyak bencana baik yang terjadi di dalam luar Rumah Sakit, IGD siap
untuk melakukan penanggulangan bencana (disaster plan)
7. Setiap petugas I staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan oleh
bagian Latbang
8. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan dokter
persetujuan pasien I penanggung jawab
9. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan
14
BAB IV
DOKUMENTAS
I
Untuk dokumentasi yang ada di lnstalasi Gawat Darurat merupakan acuan bagi semua
tenaga kesehatan yang ada di RSU Solok anata lain :
15