Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang
Kegawatdaruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah suatu situasi
yang mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan, kesejahteraan atau
lingkungan. Suatu insiden dapat menjadi suatu kegawatdaruratan apabila
merupakan suatu insiden dan mendesak atau mengancam nyawa, kesehatan,
kesejahteran ataupun lingkungan; insiden yang sebelumnya menyebabkan
hilangnya nyawa seseorang, kecacatan, merusak kesejahteraan, ataupun merusak
lingkungan; atau insiden yang memiliki probabilitas yang tinggi untuk
menyebabkan bahaya langsung ke kehidupan, kesehatan, kesejahteraan ataupun
lingkungan (Scribd 2015). Kegawadaruratan medis adalah insiden cedera atau
sakit yang akut dan menimbulkan resiko langsung terhadap kehidupan atau
kesehatan jangka panjang seseorang (Caroline, 2013).
Keadaan darurat tersebut memerlukan bantuan orang lain yang idealnya memiliki
kualisifikasi dalam melakukan pertolongan, hal ini membutuhkan keterlibatan dari
berbagai pelayanan multilevel, baik dari pemberi pertolongan pertama, teknisi
sampai kelayanan kesehatan gawat darurat. Kegawatdaruratan medis merupakan
keadaan harus mendapat intervensi segera. Dalam merespon kegawatdaruratan
telah dibentuk emergency medikal service (EMS) atau di sebut pula layanan
kegawatdaruratan medis. Tujuan utama dari layanan ini adalah memberikan
pengobatan kepada pasien yang membutuhkan perawatan medis mendesak, dan
tujuan menstabilkan kondisi saat itu, dan menyediakan transpor efisien dan efektif
bagi pasien menuju layanan pengobatan definitif. Layanan kegawatdaruratan
medis di tiap-tiap negara dan daerah menyediakan layanan yang beragam dengan
metode yang beragam pula, hal ini ditentukan oleh kebijakan  pemerintah negara
masing-masing dengan metode pendekatan yang berbeda pula tergantung dari
kondisi dari negara tersebut. Secara umum, semua layanan kegawatdaruratn medis
menyediakan layanan bantuan hidup dasar

B. Tujuan Keperawatan Gawat Darurat

Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatdaruratan, dapat dijadikan sebagai


aspek legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
gawat darurat yang tujuannya antara lain :
a. Memeberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan gawat darurat yang diberikaan.
b. Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan kepeerawatan gawat
darurat yang diberikan dan tanggung jawab secara professional
c. Memlihara kualitas mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
d. Menjamin adanya perlindungan hokum bagi perawat
e. Memotivasi pengembangan profesi
f. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
Tujuan kegawatdaruratan adalah :
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat
darurat hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya
b. Menanggulangi korban bencana
C. Keperawatan Gawat darurat
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44
tahun 2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan
segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak
mendapatkan pertolongan semacam itu meka korban akan mati atau cacat/
kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup. (Saanin, 2012). Keadaan darurat
adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu/ kapan saja terjadi
dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu kecelakaan,
suatu proses medic atau perjalanan suatu penyakit (Saanin, 2012). Pelayanan gawat
darurat tidak hanya memberikkan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan
yang di alami  pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi
kecemasan pasien dan keluarga. Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan
professional keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan
kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang
tidak
urgent , sehingga filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas,
kedaruratan yaitu apapun yang dialami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai kedaruratan (Hati, 2011 dalam Saanin, 2012). System
pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi
dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepada pasien (Saanin, 2012). Pasien
yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota  badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya . biasanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya
AMI
(Acut Miocard Infark).
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Biasanya dilambangkan dengan label biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium
akhir.
a. Prinsip Keperawatan Gawat darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta
harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui
(orang awam,  perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah
sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang
mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada
ortopnea), lindungi korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk
menenangkan dan yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat atau memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika
hanya ada kondisi yang membahayakan.
7. Jangan di beri minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan
tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai
dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (kumpulan materi
mata kuliah Gadar: 2010):
1. Gawat darurat Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan  pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung,
kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran.
2. Gawat tidak darurat Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat
tetapi tidak memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium
lanjut
3. Darurat tidak gawat Pasien akibat musibah yang datang tibatiba tetapi tidak
mengancam nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat Pasien poliklinik yang datang ke UGD

D. TRIAGE
Tindakan memilah memilih korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk
memperoleh prioritas tindakan
1. Gawat darurat (merah)
Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaaan darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Gawat tidak darurat (Putih)
Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
3. Tidak gawat, darurat (kuning)
Kelompok pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya misalnya luka sayat dangkal.
4. Tidak gawat, tidak darurat (hijau)
5. Meninggal (hitam)

Penyelesaian masalah dengan menggunakan pengkajian primer


a. Airway
Mengecek jalan nafas denga tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal.
Adanya sumbatan/ obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan secret akibat
kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Mengecek pernafasan denga tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekuat. Kelemahan menelan/batuk/ melindungi jalan napas.
c. Circulation
Mengecek system sirkulasi disertai control perdarahan.
d. Disability
Mengecek status neurologi. Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar,hanya
respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar,tidak dianjurkan mengukur
GCS.
e. Eksposure
Environmental control lepaskan baju dan penutup tubuh paasien agar dapat
dicari semua cidera yang mungkin ada,jika ada kecurigaan cidera leher atau
tulang belakang maka imobilisasi in line harus dikerjakan.

E. Prinsip penanganan
1. Mampu melakukan seleksi kegawat daruratan pasien dan memberikan prioritas
pelayanan (Triage)
2. Mampu melakukan identifikasi pasien dengan ancaman kematian dan
memerlukan pertolongan segera (critically ill patient)
3. Mampu memberikan pertolongan pertama pada pasien ancaman kematian (life
threatening, resusitasi, stabilisasi)

F. Peran Perawat Gawat Darurat

- Perawat yang bekerja di departemen darurat dihadapkan dengan konflik setiap


hari. Konflik adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan ketika seseorang
bekerja di lingkungan yang serba cepat dan penuh tuntutan. Banyak konflik
yang terjadi di lingkungan UGD dimana orang-orang yang rentan terhadap
perubahan emosional, komunikasi yang buruk, beban kerja yang menuntut,
maupun insiden kritis yang tidak terduga seperti kematian pasien yang tiba –
tiba. Perawat emergency dituntut untuk memberikan pelayanan yang halus,
holistik dan cepat. Konflik interpersonal atau konflik antara individu anggota
tim perawatan kesehatan adalah sumber yang paling umum yang menimbulkan
konflik dalam UGD. Mengelola konflik adalah salah satu tantangan utama
yang dihadapi perawat darurat, dan itu adalah demi kepentingan perawat tidak
untuk menghindari konflik di gawat darurat tapi untuk lebih produktif dalam
mengelola perbedaan pendapat dengan komunikasi yang terampil.

- Penggunaan kepuasan pasien sebagai alat digunakan untuk mengukur dan


mengevaluasi bagaimana harapan rumah sakit dan tujuan akan terpenuhi
tekanan ditempatkan pada hubungan antara perawat dan pasien, perawat dan
dokter, perawat dan biaya perawat, dan perawat dan manajemen. Para perawat
darurat dalam penelitian ini dilaporkan merasa frustrasi dan berdaya karena
manajemen tidak mendengarkan untuk masalah-masalah mereka keprihatinan
mengenai harapan yang tidak realistis dari keseluruhan waktu tunggu dan
ketika pasien akan menjadi dilihat oleh dokter.
- Perawat Darurat harus proaktif untuk memastikan bahwa kontribusi mereka
untuk perawatan pasien. Untuk mencapai upaya ini, perawat dan pemimpin ED
harus terlebih dahulu menyepakati definisi operasional kepuasan pasien dan
kualitas perawatan. pengumpulan data instrumen harus mencakup indikator-
indikator perawat-sensitif yang mengukur konsep baik kepuasan pasien dan
Indikator Kualitas Perawatan. Contoh indikator potensial yang sesuai untuk
ED ini termasuk kualitas triase (penilaian dan durasi) dan aktivitas perawat
(penilaian langsung yang sedang berlangsung dan intervensi). Indikator
kualitas yang dianggap penting oleh ED perawat perlu dikembangkan dan
diuji. Menunjukkan kepedulian dan memberikan alasan untuk keputusan yang
mempengaruhi perawat staf pergi jauh untuk menyoroti pentingnya hubungan
konstruktif yang dapat mendengarkan, mengembangkan struktur untuk
memfasilitasi kolaborasi, proses penyelesaian identifikasi masalah, dan
memberikan alasan untuk keputusan yang sesuai.

- Perubahan dalam penyediaan layanan kesehatan, diperlukan darurat


departemen untuk mengevaluasi kembali bagaimana mereka memberikan
kepedulian pada pasien. Administrator perawatan kesehatan telah mengakui
bahwa fiskal kelangsungan hidup terkait dengan kepuasan pasien. Upaya
mereka untuk melihat pasien sebagai pelanggan telah mengubah cara perawat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan telah menciptakan
kondisi konflik yang menguntungkan. Sebagai perawat harus terus mencoba
untuk mencapai tujuan kepuasan pasien yang lebih spesifik, seperti
mengurangi waktu tunggu, sambil memberikan perawatan yang berkualitas.
Temuan dari kelompok fokus ini menunjukkan bahwa persepsi perawat
darurat, dari pentingnya kepuasan pasien dan kualitas pelayanan berbeda
dengan pasien dan dengan rumah sakit. kesenjangan ini mempengaruhi
persepsi para pemimpin dalam pendekatan mereka untuk memecahkan
masalah staf. Langkah penting pertama untuk mengembangkan indikator
kualitas perawat mendefinisikan apa kepuasan pasien dan kualitas perawatan
cukup berarti untuk perawat Emergency Departement. Kepemimpinan ED
perlu mengakui bahwa konflik prioritas bukan hanya masalah staf tetapi
organisasi juga, karena komunikasi yang buruk juga memberikan lingkungan
pekerjaan yang dapat menimbulkan konflik dan stres.
H. Kesimpulan
Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera atau sakit
akut yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau
mencegah atau mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat
darurat merupakan pasien yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan
cepat untuk mencegah terjadinya kematian atau kecacatan. Prinsip pada
penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus dilakukan
segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam,
perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena
kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja. Code blue addalah
isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya seseorang
yang menandakan mengalami seragan jantung ( Cardiac Arrest ) gagal nafas akut
(Respiratory Arrest).Code Blue merupakan stabilisasi kondisi gawat darurat medis
yang terjadi di dalam area sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan
perhatian segera. Code blue terdiri dari dokter dan paramedis untuk menangani
seseorang dengan penyakit jantung ( cardiac arrest ) atau respiratory arrest dan
membutuhkan resusitasi jantung dan paru segera. Sistem pengendalian gawat
darurat terpadu adalah mekanisme yang dirancang untuk memberikan pertolongan
pada korban bencana atau gawat darurat untuk mencegah kematian atau kerusakan
organ sehingga produktifitasnya dapat didipertahankan setara sebelum terjadinya
bencana atau peristiwa gawat darurat.

I. Saran
Kegawatdaruratan harus cepat dan tepat serta harus dilakukan segera oleh setiap
orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis,
dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi
setiap saat dan menimpa siapa saja.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fredy. 2011. Kumpulan Materi Mata Kuliah Gadar . Diakses pada tanggal 18
Januari 2018.

Boswick, John A. 2009. Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care). Jakarta : EGC
Institute For Clinical Systems Improvement. 2011. Health Care Protocol: Rapid
Response Team Diakses tanggal 17 Januari 2018.

Margaretha, Caroline. 2013. Konsep Keperawatan Gawat Darurat . Diakses pada


tanggal 18 Januari 2018.

Panduan Implementasi Kode-Kode Emergency Rumah Sakit Islam Siti Rahmah.


2014. RSI Siti Rahmah.

Panduan Penggunaan Troli Emergency. 2016. Yusrendra.

Royal Brisbane and Women’s Hospital Health Service District. 2013. Kode Biru
Manual. Diakses pada tanggal 17 Januari 2018.

Saed, MD & Amin, Mohd. 2011. Code Blue System. Diakses tanggal 17 Januari 2018.

Saanin, S. 2012. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). BSB


Dinkes Sprovinsi Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai