Anda di halaman 1dari 4

Kegiatan Refleksi dalam Pembelajaran

Pertemuan ke- : 1
Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2019
Jam : 08:00 – 17:10

1) Apa hal paling bermafaat yang telah Saudara pelajari? Mengapa hal tersebut bermanfaat?
Hal yang paling bermanfaat yang saya pelajari adalah saya mengetahui konsep dasar keperawatan
gawat darurat dan mengapa hal tersebut bermanfaat karna dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang gawat darurat
2) Apakah Saudara ingin mempelajarinya lebih lanjut? Berikan alasan Saudara!
Ya, karna dengan mempelajarinya lebih lanjut kita dapat memahami lebih banyak tentang
keperawatan gawat darurat.
3) Tugas-tugas atau hal apa yang Saudara nikmati dan senangi? Mengapa demikian? Berikan alasan
Saudara!
Tugas yang saya senangi adalah mengisi modul, karna mengisi modul itu hanya ringkasannya saja
yang diisi
4) Ceritakan tugas-tugas atau kegiatan apa yang terlalu sulit atau menantang bagi Saudara! Jelaskan
mengapa tugas itu tersulit dan apa yang Saudara rencanakan untuk mengatasi hal tersebut!
Tugas yang terlalu sulit yaitu membuat nya di aplikasi edmodo, karna tidak semua mahasiswa
memahami cara penggunaanya.
5) Strategi apa yang Saudara gunakan untuk belajar? Ceritakan kapan dan apa sumber yang paling
membantu Saudara dalam belajar!
Strateginya dengan cara membaca buku dan memperbanyak referensi dari berbagai sumber-sumber
dan mendiskusikannya bersama teman teman dan dosen.
6) Jelaskan sejauhmana keterlibatan Saudara dalam proses pembelajaran?
Keterlibatan saya, sangat aktif dalam proses pembelajaran
7) Apakah ada peningkatan kemampuan dan pengetahuan Saudara setelah mempelajari bahan
kajian ini? Berikan penjelasan dibagian atau hal apa yang meningkat (jika ada)
Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang
komprehensif diberikan kepada pasien dengan injury akut atau sakit yang mengancam kehidupan

A. Pengertian Keperawatan Gawat Darurat


Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang
komprehensif diberikan kepada pasien dengan injury akut atau sakit yang mengancam kehidupan.
Sebagai seorang spesialis, perawat gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan
untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan mulisistem,
keracunan dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya.
a). Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat hingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat.
2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
3. Penanggulangan korban bencana.

Untuk dapat mencegah kematian, petugas harus tahu penyebab kematian yaitu :
1. Meninggal dalam waktu singkat (4-6 menit)
a. Kegagalan sistem otak
b. Kegagalan sistem pernafasan
c. Kegagalan sistem kardiovaskuler
2. Meninggal dalam waktu lebih lama (perlahan-lahan)
a. Kegagalan sistem hati
b. Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)
c. Kegagalan sistem pankreas (endokrin)
B. Pengertian Triage
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/kegawatdaruratannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter
mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
a). Tujuan Triage
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya
adalah untuk menetapkan tingkat atau drajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien.
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan.
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan
gawat darurat.
Sistem Triage dipengaruhi oleh :
1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
Alur dalam proses Triage
1. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD
2. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar
ruang triase (di depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :
a. Segera – Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax,
distress pernafasan (RR<30x/menit), perdarahan internal, dsb
b. Tunda – Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada
ekstremitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c. Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial.
d. Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan
organ vital, dsb.
e. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning,
hijau, hitam.
f. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang
tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat
dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase
merah selesai ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk
pulang.
i. Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah
(Rowles, 2007)
C. Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera
terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey
adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam
kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
1. Airway maintenance dengan cervical spine protection
2. Breathing dan oxygenation
3. Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
4. Disability pemeriksaan neurologis singkat
5. Exposure dengan kontrol lingkungan

Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009) :
Secondary Assessment
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to toe/
kepala sampai dengan kaki,daridepan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah
kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai
membaik.
Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang merupakan bagian
penting dari pengkajian pasien.
Riwayat pasien meliputi
- keluhan utama
- riwayat masalah kesehatan sekarang
- riwayat medis
- riwayat keluarga
Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan
dengan bahasa, budaya, usia, dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan
anggota keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
Anamnesis harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga
A : Alergi
M: Medikasi/obat-obatan
P : Pertinent medical history
L : Last meal
E : Event
Universal Precaution
Kewaspadaan Universal merupakan (Universal Precaution) adalah kewaspadaan terhadap darah dan
cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada
diagnosis penyakitnya .
Kewaspadaan universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di sarana pelayanan
kesehatan. Merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik
dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.
Dasar Kewaspadaan Universal ini meliputi pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan guna mencegah
infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
serta pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003).

Dalam menggunakan Kewaspadaan Universal petugas kesehatan memberlakukan semua pasien


sama, tanpa memandang penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa risiko atau infeksi
berbahaya. Dalam semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek dokter
gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau penggunaan alat
medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit tersebut pada petugas layanan
kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan
terjadi. Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus ditekankan bahwa pedoman
tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV, tetapi yang tidak kalah
penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih mudah menular.

Anda mungkin juga menyukai