Anda di halaman 1dari 26

KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I. Defenisi
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai hedaruratan

II. Sistem Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk
mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki
kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan
pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

III. Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat


Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien
yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat
derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan
prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-
sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang
dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip
triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:

- Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan


- Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
- Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
- Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
- Keterampilan pengkajian yang tepat, dll

IV. Sistem Triase


Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam
waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci
Nurse Association) meliputi:
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Dissability of Neurity)
E ( Ekspose)
F (Full-set of Vital sign)
Pulse Oximetry
Trise two-tier
Sistenm ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas
mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol
penanganan:
1. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemberian obat
4. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)

Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat
yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

V. KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS


61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna
hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non
Urgen), hitam (Expectant)

VI. Merah (Emergent)


Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam
kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal masif

Terimakasih atas kunjungannya, semoga berkenan Untuk Iklandan Donasinya ke Link ini

VII. Kuning (Urgent)


Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara.
Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan
sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh
Fraktur multiple
Fraktur femur/pelvis
Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran/trauma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.

VIII. Hijau (Non urgent)


Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
di tunda. Penyakit atau cidera minor
Contoh
- Fektur minor
- Luka minor
- Luka bakar minor

IX. Hitam (Expectant)


Korban yang meninggal bunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia
- 6% memakai sistem empat kelas yaitu
1. Kelas1: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera)
2. Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
3. Kelas iii: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
4. Kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
- 10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu
Tingkat contoh
1 Kritis Segera Henti jantung
2 Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
3 Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
4 Stabil 1-2 jam Sinusitis
5 Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan

Ns Fredy Akbar K, S.Kep


PRINSIP DASAR KEGAWATDARURATAN
1. Prinsip Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus dilakukan
segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para
medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi mata kuliah
Gadar:2005):

a. Gawat darurat

Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan
penurunan kesadaran

b. Gawat tidak darurat

Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut

c. Darurat tidak gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa atau anggota
badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.

d. Tidak gawat tidak darurat

Pasien poliklinik yang datang ke UGD

2. Triage Dalam Gawat Darurat


Triage adalah suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan medis. Tujuan triage ini adalah agar pasien mendapatkan prioritas
pelayanan sesuai dengan tingkat kegawatannya.
Pemberian label dalam triage meliputi :

a. Merah : Untuk kasus-kasus gawat darurat

b. Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat

c. Hijau : Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan

d. Hitam : Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).

3. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat Sesuai Aspek Legal


Perawat yang membantu korban dalam situasi emergensi harus menyadari konsekuensi hukum
yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka berikan. Banyak negara-negara yang
telah memberlakukan undang-undang untuk melindungi personal kesehatan yang menolong
korban-korban kecelakaan. Undang-undang ini bervariasi diberbagai negara, salah satu
diantaranya memberlakukan undang-undang Good Samaritan yang berfungsi untuk
mengidentifikasikan bahasa/ istilah hukum orang-orang atau situasi yang memberikan kekebalan
tanggung jawab tertentu, banyak diantaranya ditimbulkan oleh adanya undang-undang yang
umum.

Perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan diberikan oleh perawat pada tempat kecelakaan
biasanya dinilai sebagai perawatan yang diberikan oleh perawatan serupa lainnya dalam kondisi-
kondisi umum yang berlaku. Maka perawatan yang diberikan tidaklah dianggap sama dengan
perawatan yang diberikan diruangan emergensi.

Perawat-perawat yang bekerja di emergensi suatu rumah sakit harus menyadari implikasi hukum
dari perawatan yang diberikan seperti memberikan persetujuan dan tindakan-tindakan yang
mungkin dilakukan dalam membantu kondisi mencari bukti-bukti.

4. Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat


a. Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat

b. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat

c. Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat darurat

5. Tindakan tindakan yang Berhubungan dengan bantuan hidup dasar dan bantuan
hidup lanjut.
Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal ancaman kematian yang
disebabkan oleh adanya gangguan jalan nafas, gangguan fungsi pernafasan/ventilasi dan
gangguan sirkulais darah dalam tubuh kita.

Dalam usaha untuk mengatasi ketiga gangguan tersebut harus dilakukan upaya pertolongan
pertama yang termasuk dalambantuan hidup dasar yang meliputi :

a. Pengelolaan jalan nafas (airway)


b. Pengelolaan fungsi pernafasan/ventilasi (breathing management)

c. Pengelolaan gangguan fungsi sirkulasi (circulation management)

Setelah bantuan hidup dasar terpenuhi dilanjutkan pertolongan lanjutan ataubantuan hidup lanjut
yang meliputi :

d. Penggunaan obat-obatan (drugs)

e. Dilakukan pemeriksaan irama/gelombang jantung (EKG)

f. Penanganan dalam kasus fibrilasi jantung (fibrilasi)

Khusus untuk kasus-kasus kelainan jantung pengetahuan tentang ACLS (Advanced Cardiac Life
Sipport) setelah tindakan ABC dilakukan tindakan D (differential diagnosis), untuk kasus-kasus ATLS
(Advanced Trauma Life Support) setelah ABC dilanjutkan dengan D (disability) serta E (exposure)

Tentang iklan-iklan ini

X. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat


Penghajian (PQRST)
- Provokes (pemicu)
- Quality (kualitas)
- Radiation (penyebaran)
- Severity (intensitas)
- Time (waktu)
- Treatment (penanganan)
Ditambah dengan riwayat alergi, obat-obatan terahir, imunisasi, haid terahir,setekah itu baru
diklasifikasikan.
Tipsord-Klinkhammer dan Adreoni menganjurkan OLD CART
- Onset of system (awitan gejala)
- Location of Problem (lokasi masalah)
- Duration of Symptoms (karakteristik gejala yang di rasakan)
- Aggraviting Factor (faktor yang memperberat)
- Relieving Factors (faktor yang meringankan)
- Treatment ( penanganan sebekumnya)
XI. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Triase
Menurut standart ENA (1999)
- Kebutuhan fisik
- Tumbuh kembang
- Psikososial
- Akses klien dalam institusi pelayanan kes
- Alur pasien dalam kedaruratan

XII. Alur Pasien UGD


- Pastikan keluhan klien (cocokkan apa yang perawat lihat)
- Kaji segera yang penting (HR,jika ada luka dep dengan segera)
- Kaji berdasarkan ABCD
- Kaji awitan yang baru timbul
- Pantau: setiap gejala cendrung berulang atau intensitas meningkat
- Setiap gejala yang di sertai pebahan pasti lainnya
- Kemunduran secara progresif
- Usia
- Awitan
- Misteri
- Kaharusak pasien berbaring
- Kontrol yang ketat

XIII. Diagnosa
Diagnosa keperawatan gawat darurat adalah masakah potensial dan aktual. Tetapi perawat
tetap harus mengkaji pasien secara berkala karena kondisi pasien dapat berubah terus-
menerus. Diagnosa keperawatan bisa berubah atau bertambah setiap waktu.

XIV. Intervensi/ Implementasi


Intervensi yang di lakukan sesuai dengan pengkajian dan di agnosa yang sesuai dengan
keadaan pasien dan harus di laksanakan berdasarkan skal prioritas. Prioritas di tegakkan
sesuai dengan tujuan umum dari penata laksanaan kedaruratan yaitu untuk mempertahankan
hidup, mencegah keadaan yang memburuk sebelum penanganan yang pasti. Prioritas di
tentukan oleh ancaman terhadap kehidupan pasien. Kondisi yang mengganggu fungsi
fisiologis vitallebih di utamakan dari pada kondisi luar pasien. Luka di wajah, leher dan dada
yang mengganggupertnapasan biasanya merupakan prioritas tinggi.
XV. Prinsip Penatalaksanaan Keperawartan Gawat Darurat
Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan resusitasi pada
saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan nafas.
Kontrol pendarahan dan konsekuensinya.
Evaluasi dan pemulihan curah jantung
Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
Mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus menerus, keadaan cedera atau penyakit yang
serius dari pasien tidak statis
Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi, ukuran dan aktivitas pupil
dan respon motoriknya.
Mulai pantau EKG, jika diperlukan
Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal dengan cedera kepala
Melindungi luka dengan balutan steril
Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas mengenai alergi dan
masalah kesehatan lain.
Mulai mengisi alur tanda vital, TD dan status neurologik untuk mendapatkan petunjuk
dalam mengambil keputusan,

XVI. Evaluasi
Setelah mendapat pertolongan adekuat, vital signdievaluasi secara berkala, setelah itu
konsulkan dengan dokteratau bagian diagnostik untuk prosedur berikutnya, jika kondisi mulai
stabil pindahkan keruangan yang sesuai.
TRIASE GAWAT DARURAT LENGKAP PPGD

Triase gawat darurat - Pernahkah anda sakit dan harus masuk


ruang IGD (Instalasi gawat darurat), dan kemudian anda tidak
langsung mendapatkan penanganan? atau pernahkah anda
merasa kenapa orang lain yang dilayani duluan?. nah jika pernah
Kemungkinan salah satu alasan anda tidak langsung
mendapatkan perawatan kesehatan karena mungkin ada pasien
lain yang mengalami penyakit yang lebih serius dan
membutuhkan pertolongan segera selain anda.

Ini merupakan salah satu prinsip Triase dan salah satu


metode perawatan gawat darurat (PPGD) yang mana mereka
mendahulukan pelayanan untuk pasien yang terancam jiwa atau
beresiko kecacatan. Mari kita pelajari pembahasan ID Medis -
Website kesehatan selengkapnya tentang apa itu triase dibawah
ini:

Triase gawat darurat, triase PPGD

Pengertian dan definisi Triase

Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien


berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan
gawat medik serta prioritas transportasi. artinya memilih
berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam


mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa
untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi
ke fasilitas kesehatan.

Tujuan Triase perawatan gawat darurat

1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera,


Ini lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan.

2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan


pembedahan
3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah
tiga alasan dan tujuan dilakukannya triase gawat darurat
PPGD

Prinsip-prinsip Triase dan Tata cara melakukan Triase

Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :

1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)

Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase


(Label Berwarna)yang dipakai oleh petugas triase untuk
mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk tindakan medis
terhadap korban.

Pengelompokan Triase berdasarkan Tag label

1. Prioritas Nol (Hitam)

Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin


untuk diselamatkan. pengelompokan label Triase

2. Prioritas Pertama (Merah)

Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan


tindakan medik atau transport segera untuk menyelamatkan
hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas, henti jantung, Luka
bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.

3. Prioritas kedua (kuning)


Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat
yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman
jiwa dalam waktu dekat. misalnya cedera abdomen tanpa shok,
Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok dan
jenis-jenis penyakit lain.

4. Prioritas Ketiga (Hijau)

Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak


membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa
dan tidak menimbulkan kecacatan. Nah mungkin anda masuk
dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-marah dan jangan
heran kenapa anda tidak langsung mendapatkan perawatan di
Ruang UGD sementara mereka harus menolong pasien lain yang
lebih parah.

Lihat juga artikel sebelumnya Kenali tanda dan gejala keracunan


makanan.

Klasifikasi Triase

Triase di tempat

Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat


penampungan, triase ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama
sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan medik lanjutan.

Triase Medic

Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik


lanjutan yang bertujuan Untuk menentukan tingkat perawatan
dan tindakan pertolongan yang di butuhkan oleh korban. atau
triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat darurat
Triase Evakuasi

Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada


rumah sakit yang telah siap menerima korban. seperti Bencana
massal contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi, atau bencana
besar lain. Next artikel Bantuan Hidup Dasar

Cukup sekian pembahasan kita tentang Triase Gawat darurat


lengkap (PPGD)semoga bermanfaat dan memudahkan anda
dalam pembuatan Askep Triase PPGD.

Istilah-istilah Gawat Darurat

Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan


seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.

Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-


waktu / kapan saja, terjadi dimana saja, dan dapat menyangkut siapa
saja sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medik atau
perjalanan suatu penyakit.

Pertolongan pertama adalah perlakuan sementara yang diberikan pada


seseorang yang mengalami kecelakaan atau sakit mendadak sebelum
pertolongan definitif oleh dokter dapat diberikan / dilakukan pencegahan
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah yang diberikan oleh orang
awam bukan dimasukkan dalam tindakan medik.

Perawatan kedaruratan meliputi pertolongan pertama, penanganan


transportasi yang diberikan kepada orang yang mengalami kondisi darurat akibat
rudapaksa, sebab medik atau perjalanan penyakit di mulai dari tempat ditemukannya korban
tersebut sampai pengobatan definitif dilakukan di tempat rujukan.
Penanggulangan korban masal

Pada korban satu persatu dapat ditanggulangi secara beruntun atau bergilir. Namun pada
korban masal yang mana jumlah korban sedemikian banyaknya sehingga tenaga atau
fasilitas kesehatan tidak berimbang maka perlu difikirkan suatu sistim penanganan yang
tepat, yaitu Sistim Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Mengacu pada
dalil bahwa pertolongan harus cermat, tepat dan cepat agar korban tidak mati atau cacat
maka harus ditangani secara bersama dan terpadu, oleh berbagai komponen penolong atau
pertolongan. Ini berarti penanganan harus dilakukan secara multi disiplin, multi profesi dan
multi sektor meliputi :

Penanganan terhadap korban banyak / penyelamatan jiwa


Dilakukan oleh penolong & pertolongan banyak
Terjalin komunikasi dan koordinasi yang terkendali
Menyangkut transportasi korban
Tempat-tampat rujukan

Penyebab kegawatan

Segala sesuatu bisa berupa penyakit maupun trauma yang menyebabkan ancaman
terhadap fungsi-fungsi vital tubuh antara lain :

Jalan nafas dan fungsi nafas


Fungsi sirkulasi
Fungsi otak dan kesadaran

Unit Gawat Darurat (UGD) adalah Unit/bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat
kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan

Pasien gawat darurat adalah seseorang atau banyak orang yang mengalami suatu
keadaan yang mengancam jiwanya yang memerlukan pertolongan secara cepat, tepat dan
cermat yang mana bila tidak ditolong maka seseorang atau banyak orang tersebut dapat
mati atau mengalami kecacatan.

Kriteria pasien gawat darurat adalah mengalami kegawatan yang menyangkut:

Terganggunya jalan nafas, antara lain sumbatan jalan nafas oleh benda asing, asma berat,
spasme laryngeal, trauma muka yang mengganggu jalan nafas dan lain-lain

Terganggunya fungsi pernafasan, antara lain trauma thorak (tension pneumotorak, masif
hematotorak, emfisema, fraktur flail chest, fraktur iga), paralisis otot pernafasan karena obat
atau penyakit dan lain-lain

Terganggunya fungsi sirkulasi antara lain syok (hipovolumik, kardiogenik, anafilaksis,


sepsis, neurogenik), tamponade jantung dan lain-lain

Terganggunya fungsi otak dan kesadaran antara lain stroke dengan penurunan kesadaran,
trauma capitis dengan penurunan kesadaran, koma diabetika, koma uremikum, koma
hepatikum, infeksi otak, kejang dan lain-lain
Pasien akut adalah pasien yang menderita sakit secara mendadak (onset waktu yang
cepat) yang membutuhkan pertolongan segera yang apabila tidak ditolong sakitnya akan
bertambah parah.

Kriteria pasien akut :

Semua pasien gawat darurat

Pasien trauma selain gawat darurat seperti luka robek ringan, luka bakar ringan, fraktur
tulang tanpa perdarahan

Pasien medis tidak gawat darurat seperti hematemesis melena tanpa syok, stroke tanpa
penurunan kesadaran, diare dengan dehidrasi ringan-sedang dan lain-lain

Pasien tidak gawat dan tidak akut : pasien diluar kriteria pasien gawat dan pasien akut

Kamis, 09 Mei 2013

KONSEP DASAR TRIAGE INSTALASI GAWAT DARURAT


KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
2. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
3. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan.
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan
label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
5. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas triage
di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat
keadaan gawat darurat.
6. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat
Cemas
cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak terkendali.
Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena
suatu kejadian atau suatu kondisi
Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di
perbuat

I. Pendekatan Pelayanan keperawatan gawat Darurat


Tepat adalah melakukan tindakan dengan betul dan benar, Cermat adalah melakukan tindakan
dengan penuh minat, perhatian, sabar, tanggap terhadap keadaan pasient, penuh ketelitian dan
berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai dengan kebutuhan sedangkan Cepat adalah
tindakan segera dalam waktu singkat dapat menerima dan menolong pasien, cekatan, tangkas
serta terampil.
Sementara itu urutan prioritas penanganan kegawatan berdasarkan pada 6-B yaitu :
B -1 = Breath system pernafasan
B -2 = Bleed system peredaran darah ( sirkulasi )
B -3 = Brain system saraf pusat
B -4 = Bladder system urogenitalis
B -5 = Bowl system pencernaan
B -6 = Bone system tulang dan persendian
Kegawatan pada system B-1, B-2, B-3, adalah prioritas utama karena kematian dapat terjadi
sangat cepat, rangkin pertolongan ini disebut Live Saving First Aid yang meliputi :
Membebaskan jalan napas dari sumbatan
Memberikan napas buatan
Pijat jantung jika jantung berhenti
Menghentikan pendarahan dengan menekan titik perdarahan dan menggunakan beban
Posisi koma dengan melakukan triple airway menuver, posisi shock dengan tubuh
horizontal, kedua tungkai dinaikan 200 untuk auto tranfusi
Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak, jangan panic
Lakukan pengkajian yang cepat terhadap masalah yang mengancam jiwa
Lakukan pengkajian yang siatematik sebelum melakukan tindakan secra menyeluruh.
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan segera sesuai dengan standar dan fasilitas yang
tersedia karena faktor waktu dan infornasi terbatas untuk mencegah kematian dan mencegah
kecacatan.
II. PENGERTIAN
A. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
B. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya
kanker stadium lanjut.
C. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mngancam nyawa dan anggota
badannya, misanya luka sayat dangkal.
D. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya.
E. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
F. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan
Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongar. dan bantuan.
III. PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)
1 Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
2 Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu
sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pankreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and
electrolit)
7.Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistem/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam perjalanan
kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit.
IV. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT
1. Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap
anggota masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu
rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
a. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
b. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih
memadai.
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan
penderita gawat darurat.
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat
dan ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
2. Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat
Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam
pasal 51 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam
UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun
secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenarnya merupakan hak setiap
orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal (pasal 4).Selanjutnya pasal 7
mengatur bahwa Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.6
Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta). Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban
untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu
persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk
meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.Dalam penanggulangan pasien
gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan
pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No.159b/ 1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan
kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per
hari. Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik. Secara umum
ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang
Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk pelayanan gawat
darurat fase pra-rumah sakit. Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan
pemerintah karena menyangkut berbagai instansi di luar sector kesehatan.
3. Masalah Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan Gawat Darurat
Hal yang perlu dikemukakan adalah pengertian tenaga kesehatan yang berkaitan dengan
lingkup kewenangan dalam penanganan keadaan gawat darurat. Pengertian tenaga kesehatan
diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:6 tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Melihat ketentuan
tersebut nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan
khusus karena tindakan yang dilakukan mengandung risiko yang tidak kecil. Pengaturan
tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan dapat dilihat dalam
pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenagakesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. 6 Ketentuan tersebut
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang
dapat merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan pasien dapat dihindari, khususnya
tindakan medis yang mengandung risiko. Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam
melakukan tindakan medik diatur dalam pasal 50 UU No.23/ 1992 tentang Kesehatan yang
merumuskan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan.6 Pengaturan di atas menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah
sakit, di mana pada dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai
tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam hal
pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus
menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) saat itu.6,10 Pelayanan
gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya tindakan pertolongan pertama dilakukan oleh
masyarakat awam baik yang tidak terlatih maupu yang terlatih di bidang medis. Dalam hal itu
ketentuan perihal kewenangan untukmelakukan tindakan medis dalam undang-undang
kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat melakukan hal itu dengan
sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga
kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di bidang kesehatan. Jika tindakan fase pra-
rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah mendapat pendidikan khusus di
bidang kedokteran gawat darurat dan yang memang tugasnya di bidang ini (misalnya petugas
118), maka tanggungjawab hukumnya tidak berbeda dengan tenaga kesehatan di rumah sakit.
Penentuan ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan membandingkan keterampilan
tindakannya dengan tenaga yang serupa.
4. Masalah Medikolegal pada Penanganan Pasien Gawat Darurat
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi hubungan
hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat. Karena
secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga
kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut The American Hospital
Association (AHA) pengertian gawat darurat adalah: An emergency is any condition that in
the opinion of the patient, his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the
patient to the hospital-require immediate medical attention. This condition continuesuntil a
determination has been made by a health care professional that the patients life or well-being
is not threatened.Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat
darurat walaupun sebenarnya tidak demikian.Sehubungan dengan hal itu perlu dibedakan
antara false emergency dengan true emergency yang pengertiannya adalah: A true emergency
is any condition clinically determined to require immediate medical care. Such conditions
range from those requiring extensive immediate care and admission to the hospital to those
that are diagnostic problems and may or may not require admission after work-up and
observation.Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah kesehatan yang
dihadapi pasien diselenggarakanlah triage. Tenaga yang menangani hal tersebut yang paling
ideal adalah dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat dikerjakan oleh perawat
melalui standing order yang disusun rumah sakit. Selain itu perlu pula dibedakan antara
penanganan kasus gawat darurat fase pra-rumah sakit dengan fase di rumah sakit.4 Pihak
yang terkait pada kedua fase tersebut dapat berbeda, di mana pada fase pra-rumah sakit selain
tenaga kesehatan akan terlibat pula orang awam, sedangkan pada fase rumah sakit umumnya
yang terlibat adalah tenaga kesehatan, khususnya tenaga medis dan perawat. Kewenangan
dan tanggungjawab tenaga kesehatan dan orang awam tersebut telah dibicarakan di atas.
Kecepatan dan ketepatan tindakan pada fase pra-rumah sakit sangat menentukan
survivabilitas pasien.
5. Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat
Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan dalam peraturan perundang-undangan
pada hampir seluruh negara bagian. Doktrin tersebut terutama diberlakukan dalam fase pra-
rumah sakit untuk melindungi pihak yang secara sukarela beritikad baik menolong seseorang
dalam keadaan gawat darurat.3,5 Dengan demikian seorang pasien dilarang menggugat
dokter atau tenaga kesehatan lain untuk kecederaan yang dialaminya. Dua syarat utama
doktrin Good Samaritan yang harus dipenuhi adalah :
1. Kesukarelaan pihak penolong. Kesukarelaan dibuktikan dengan tidak ada harapan atau
keinginan pihak penolong untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apapun. Bila pihak
penolong menarik biaya pada akhir pertolongannya, maka doktrin tersebut tidak berlaku.
2. Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan yang dilakukan
penolong. Hal yang bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan trakeostomi yang
tidak perlu untuk menambah keterampilan penolong. Dalam hal pertanggungjawaban hukum,
bila pihak pasien menggugat tenaga kesehatan karena diduga terdapatkekeliruan dalam
penegakan diagnosis atau pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa
hanya kekeliruan itulah yang menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate cause).5 Bila
tuduhan kelalaian tersebut dilakukan dalam situasi gawat darurat maka perlu
dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat peristiwa tersebut terjadi.2 Jadi, tepat atau
tidaknya tindakan tenaga kesehatan perlu dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang
berkualifikasi sama, pada pada situasi dan kondisi yang sama pula. Setiap tindakan medis
harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed consent). Hal itu telah diatur sebagai
hak pasien dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri
Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis. Dalam keadaan gawat darurat
di mana harus segera dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak
didampingi pasien, tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri
Kesehatan No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk
tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam medis.
Diposkan oleh Eyang di 09.59

Catatan Etja
December 26, 2007
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD)
Filed under: Medical, Scientific Tags: Emergency, Gawat Darurat, PPGD etja @ 6:03 am

Latar Belakang
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat
Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam
atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui
oleh masyarakat Indonesia.
Melalui artikel ini, saya ingin sedikit memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.

Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat
darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah Time Saving is Life Saving, dalam artian
bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa
dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway
Breathing Circulation Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat

Algortima Dasar PPGD


1.Ada pasien tidak sadar
2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4.Cek kesadaran pasien
a.Lakukan dengan metode AVPU
b.A > Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
c. V > Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P
d.P > Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
e.U > Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
(118) dengan memberitahukan :
a.Jumlah korban
b.Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
d.Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6.Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar
dada terlihat
7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar
dengan bahu pasien
8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a.Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher
9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang
belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini
tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a.Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.
http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt.jpg

Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras)
ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti
figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.

b.Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha,
usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust
http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt2.gif

Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing
(Pernapasan) pasien.

11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel


http://z.about.com/f/p/440/graphics/images/en/18158.jpg

Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa
timbul karena ada hambatan sebagian)

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a.Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda
padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka
mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari
mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang
menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
http://home.utah.edu/~mda9899/Image25b.gif

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg:
darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
http://home.utah.edu/~mda9899/Image25a.gif

c.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk
pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :

a.Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang
scapula di punggung

b.Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang
atas.
http://home.utah.edu/~mda9899/Image23.gif
c.Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar
lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
http://home.utah.edu/~mda9899/Image24.gif

Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?

12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit
(Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)

13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel

14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah)

15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)

16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (ceklah
dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai
terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.
http://home.utah.edu/~mda9899/Image15.gif

17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F pada bayi), diikuti
dengan nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri
dengan pijat jantung
http://blogs.edweek.org/edweek/thisweekineducation/upload/2007/07/does_the_pulse_need_cpr/

no%20pulse.jpg

18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and
Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.

19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika


a.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c.Bantuan sudah datang
d.Teraba denyut nadi karotis

20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a.Denyut nadi >100 kali per menit
b.Telapak tangan basah dingin dan pucat
c.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku
pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah
lagi)
21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45
derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung
http://www.medtrng.com/cls2000a/fig11-1.gif

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang

23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat
luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)

24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena
pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di
bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas
spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :

1. Posisikan diri di samping pasien

2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut
anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit2

3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung
pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).

4. Mata memperhatikan dada pasien

5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong


http://home.utah.edu/~mda9899/Image13.gif

6.Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada pasien mengembang)

7.Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar
(ekspirasi)

8.Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal

Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang
mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )

Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung
dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas
buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)

Prosedur pijat jantung :


1. Posisikan diri di samping pasien

2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)
http://home.utah.edu/~mda9899/Image19a.gif

3. Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar


http://home.utah.edu/~mda9899/Image19b.gif

4.Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)

5.Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)


http://home.utah.edu/~mda9899/Image18.gif

6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)

7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung
dengan cara menghitung sebagai berikut :

Satu Dua Tiga EmpatSATU


Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM

8. Prinsip pijat jantung adalah :

a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

Perlindungan Diri Penolong


Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan
keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang
disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
1.Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2.Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin
digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat
ditularkan oleh korban
3.Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang
sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

Penutup
Sekian tulisan ini penulis buat, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran
dapat di alamatkan keemail.etja@gmail.com Semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan terutama
untuk penulis sendiri

Acknowledgements

Gambar-gambar yang digunakan pada tulisan ini didapat dari situs :


http://home.utah.edu/~mda9899/cprpics.html

Anda mungkin juga menyukai