Anda di halaman 1dari 7

Lamp.

: Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika


Nomor : 70/SK-RSAM/I/2020
Tanggal : 30 Januari 2020

BAB I
DEFINISI

Triase merupakan proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya cedera


atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka
menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan,
atau berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan
medis segera, dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. Untuk membantu
mengambil keputusan, dikembangkan suatu sistim penilaian kondisi medis dan
klasifikasi keparahan dan kesegeraan pelayanan berdasarkan keputusan yang diambil
dalam proses triase.
Kata triase berasal dari bahasa Prancis trier yang artinya menyusun atau
memilah. Proses pemilahan didunia media pertama kali dilaksanakan sekitar tahun
1792 oleh Baron Dominique Jean Larrey, seorang dokter kepala di Angkatan perang
Napoleon. Pemilahan dilakukan pada serdadu yang terluka agar mereka mendapatkan
prioritas penanganan.
Triase menjadi komponen yang sangat penting di instalasi gawat darurat
terutama karena terjadi peningkatan drastis jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit
melalui instalasi gawat darurat. Berbagai laporan dari IGD menyatakan adanya
kepadatan menyebabkan perlu adanya metode menentukan siapa pasien yang lebih
prioritas sejak awal kedatangan. Ketepatan dalam menentukan kriteria triase dapat
memperbaiki aliran pasien yang dating ke instalasi gawat darurat, menjaga sumber
daya instalasi agar dapat focus menangani kasus yang benar-benar gawat dan
mengalihkan kasus tidak gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang sesuai.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

Sistem triase dilakukan saat menerima pasien di Instalasi Gawat Darurat, Kasus
KLB (Kejadian Luar Biasa) dan Bencana.

2
BAB III

TATA LAKSANA

3.1 Kategori Triase


Triase terdiri dari dua kategori yaitu triase konvensional dan triase modern.
Triase konvensional merupakan triase yang dikembangkan di medan perang dan
medan bencana dengan sistim pengambilan keputusan berdasarkan keadaan hidup
dasar yaitu pendekatan ABC dan focus pada kasus-kasus trauma. Setelah kriteria
triase ditentukan, maka tingkat kegawatan dibagi dengan istilah warna yaitu warna
merah, kuning, hijau dan hitam. Triase bencana bertujuan untuk mengerahkan
segala daya upaya yang ada untuk korban-korban yang masih mungkin
diselamatkan sebanyak mungkin.
Triase rumah sakit bertujuan untuk menetapkan kondisi yang paling
mengancam nyawa agar dapat mengerahkan segala upaya dan fokus untuk
melakukan pertolongan medis pada pasien sampai keluhan pasien dan semua
parameter hemodinamik terkendali. Salain tingkat kegawatan suatu kondisi medis,
triase juga harus menilai urgensi kondisi pasien. Urgensi berbeda dengan tingkat
keparahan. Pasien dapat dikategorikan memiliki kondisi tidak urgen tapi masih
tetap membutuhkan rawat inap di rumah sakit karena kondisinya. Setelah penilaian
keparahan dan urgensi, maka beberapa sistim triase menentukan batas waktu
menunggu, yaitu berapa lama pasien dapat dengan aman menunggu sampai
mendapatkan pengobatan di IGD.
Triase modern yang diterapkan di rumah sakit saat ini terbagi atas empat
kelompok dengan berbagai penyebutan. Jenis triase modern yaitu sistim triase
Emergency Severity Index (ESI), Australia Triage System (ATS), Canadian Triage
Acquity System (CTAS), dan triase Inggris dan sebagaian besar Eropa (Manchester
Triage Scale).
Metode triase membuat setiap pasien yang masuk instalasi gawat darurat akan
diterima oleh petugas triase. Petugas triase kemudian melakukan proses
pengambilan keputusan berdasarkan metode terstruktur yang ditetapkan dan
dilakukan dalam waktu singkat (2-5 menit), untuk kemudian mengarahkan pasien
ke zona pelayanan medik yang sesuai.
Setiap Rumah Sakit harus memiliki standar triase yang ditetapkan oleh
kepala/direktur Rumah Sakit. Triase merupakan proses khusus memilah Pasien
berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
penanganan/intervensi kegawatdarutan. Prinsip triase diberlakukan system
prioritas yaitu penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam

3
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal

Prosedur Triase:
a. Pasien datang diterima tenaga kesehatan di IGD Rumah Sakit
b. Diruang triase dilakukan pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan
derajat kegawatdaruratannya oleh tenaga kesehatan dengan cara:
1) Menilai tanda vital dan kondisi umum pasien
2) Menilai kebutuhan medis
3) Menilai kemungkinan bertahan hidup
4) Menilai bantuan yang memungkinkan
5) Memprioritaskan penanganan definitif
c. Namun bila jumlah pasien lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan
diluar ruang triase (didepan gedung IGD Rumah Sakit)
d. Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna:
1) Kategori merah : prioritas pertama (area resusitasi)
Pasien cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera
2) Kategori kuning : prioritas kedua (area tindakan)
Pasien memerlukan tindakan definitif tidak ada ancaman jiwa segera
3) Kategori hijau : prioritas ketiga (area observasi)
Pasien dengan cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan
4) Kategori hitam : prioritas nol
Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi
e. Pasien kategori merah dapat langsung diberikan tindakan diruang resusitasi ,
tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, pasien dapat dipindahkan
ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain
f. Pasien dengan kategori kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien
dengan kategori merah selesai ditangani
g. Pasien dengan kategori hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka pasien diperbolehkan untuk
dipulangkan
h. Pasien kategori hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah

3.2 Penilaian Awal


Penilaian awal pasien dilakukan oleh perawat triase atau dokter jaga IGD.

4
Penilaian awal ini intinya adalah :
1. Primary Survey
Survei primer dilakukan dalam waktu cepat untuk mengidentifikasi
kondisi yang mengancam nyawa pada pasien. Batasan waktu (respon time)
untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi sesegera mungkin.
Penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini di cari keadaan yang
mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi.
Tindakan resusitasi segera diberikan kepada pasien dengan kategori merah
setelah mengevaluasi potensi jalan nafas dan sirkulasi jaringan serta status
mental mental. Penanganan ABCDE dimaksud adalah :
A :Airway dengan kontrol cervical
B: Breathing danventilasi
C:Circulationdengan kontrolperdarahan
D:Disability status neurologisdannilai GCS
E: Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (folly
catheter), kateterlambung (NGT), pemasangan hearth monitor dan
pemeriksaan laboratorium atau rontgen.
Pelayanan resusitasi diruang resusitasi harus dilakukan secara kerja
sama tim dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki kompetensi tertinggi
untuk melakukan resusitasi sesuai dengan kewenangan klinis yang diberikan.
2. Secondary Survey
Dokter melukan anamnesa (auto anamnesa/hetero anamnesa) untuk
mendapatkan informasi mengenai apa yang dialami pasien pada saat
kejadian, mekanisme cedera, terpapar zat-zat berbahaya, riwayat penyakit
terdahulu dan riwayat obat yang dikonsumsi.
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung
kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukkan jari (tub
finger in every orifice).
a. Anamnesa melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital:
A:Alergi
M:Medikasi / obat – obatan
P:PastIlness / penyakit sebelumnya yang menyertai
L:Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E:Event / hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera

b. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.


Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit
(BTLS). Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh).Cek tanda-tanda vital

5
3.3. Evaluasi Visual dan Pengamatan
a. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan
pertolongan segera langsung diarahkan ke IGD
b. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera
akan di arahkan kepoliklinik
c. Jika Rumah Sakit belum mempunyai pelayanan Spesialistik tertentu, maka
pasien disarankan untuk dirujuk

3.4. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan fisik head to toe meliputi Inspeksi, auskultasi,palpasi dan
perkusi, termasuk juga pemeriksaan psikologik

3.5. Laboratorium atau Pemeriksaan Imaging ( Penunjang )


Sebelumnya pasien yang sudah membawa hasil Laboratorium atau pemeriksaan
imaging akan tetap diperiksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut
akan dikonsultasikan ke dokter spesialis sesuai penyakit. Konsultasi biasa
dilakukan melalui IGD atau diarahkan kepraktek di poliklinik

6
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 30 Januari 2020

DIREKTUR
RSU “ANWAR MEDIKA”

dr. Nungky Taniasari,M.ARS


NIK.AM 488

Anda mungkin juga menyukai