Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN

PENELITAN DAN RENCANA


PEDOMAN
RENCANA
PENGEMB
PEMULANGAN PASIEN
PEMULANGAN PASIEN

1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUNGUS
NOMOR : 445 / 526 / 102.6 / 2021

TENTANG
PEDOMAN RENCANA PEMULANGAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUNGUS

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUNGUS


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan pelayanan paripurna dan
menyeluruh terhadap rencana pemulangan pasien di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dungus , perlu
menyusun Pedoman Rencana Pemulangan Pasien;
b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas, telah disusun
Pedoman Rencana Pemulangan Pasien;
c. Bahwa sehubungan dengan huruf b tersebut di atas, perlu
ditetapkan dengan peraturan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Dungus .
Mengingat : a. Undang-undang republik indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan.
b. Undang-undang republik indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit.
c. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek
kedokteran.
d. Manual persetujuan tindakan kedokteran konsil kedokteran
Indonesia tahun 2006
e. Peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan.
f. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia No. 269/
MENKES/III/2008 tentang Rekam medis.
g. Peraturan menteri kesehatan rebuplik indonesia No.290 /
MENKES / PER / III/ 2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran.

2
MEMUTUSKAN

Menetapkan, : -

KESATU : PEDOMAN RENCANA PEMULANGAN PASIEN RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH DUNGUS

KEDUA : Pedoman rencana pemulangan pasien Rumah Sakit Umum


Daerah Dungus tercantum dalam lampiran peraturan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

KEEMPAT : Apabila terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan ditinjau


kembali.

Ditetapkan di : MADIUN
pada tanggal : 01 Maret 2021
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUNGUS

dr. ASMAUL HUSNAH, M.P.H


Pembina
NIP. 19670509 199703 2 001

Tembusan :

1. Kepala Subbag Tata Usaha / Ka Instalasi/ Ka


Ruang di lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Dungus
2. Komite Medis Sakit Umum Daerah Dungus
3. Komite Keperawatan Sakit Umum Daerah Dungus

3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas
rahmat dan inayahNya sehingga penyusunan Pedoman Rencana Pemulangan
Pasien di RSUD Dungus dapat terselesaikan. Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit Pasal 29 menyebutkan bahwa Rumah Sakit berkewajiban
untuk memenuhi hak pasien dan mengedepankan kepuasan pasien. Oleh sebab itu
disusunlah Pedoman Rencana Pemulangan Pasien di RSUD Dungus. Pedoman ini
disusun dengan beberapa instalasi terkait dan perwakilan Pokja AKP yang
merupakan bagian dari panitia Akreditasi RSUD Dungus.
Akhir kata semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga
medis dalam memberikan pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan
pasien. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
sehingga akan menambah kesempurnaan penyusunan panduan dimasa mendatang.

Madiun,
Tim Penyusun

4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... 4
DAFTAR ISI ................................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 6
BAB II STANDAR KETENAGAAN................................................................. 10
BAB III STANDAR FASILITAS...................................................................... 12
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.......................................................... 16
BAB V LOGISTIK…………………………………………………………………… 25
BAB VI KESELAMATAN PASIEN………………………………………………… 27
BAB VII KESELAMATAN KERJA………………………………………………… 29
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU……………………………………………….. 30
BAB IX PENUTUP………………………………………………………………….. 32

5
LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD DUNGUS
NOMOR : 445 / 526 / 102.6 / 2021
TENTANG : PEDOMAN RENCANA PEMULANGAN
PASIEN DI RSUD DUNGUS

PEDOMAN RENCANA PEMULANGAN PASIEN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
serta bermutu dan berkelanjutan di Rumah Sakit Umum Daerah Dungus
maka perlu dilakukan discharge planning / rencana pemulangan terhadap
semua pasien yang akan menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Dungus. Keluarga dan pasien harus segera mendapatkan informasi dan
memahami yang terkait dengan perawatan yang akan dilakukan terhadap
pasien dan keluarga baik selama perawatan dan setelah menjalani perawatan
serta tindak lanjut perawatan di rumah.
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah
hubungan yang terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang.
Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan
di rumah. Namun sampai saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang
dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran perawat
terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi
kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan kesehatan di
rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan
komunitas tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan
sebelum pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan
masalah minor, dan sering kali diterima kembali dalam waktu 24 jam sampai
48 jam dan kemudian pulang kembali. Discharge planning keperawatan
merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentan
keperawatan sering pula disebut dengan perawatan berkelanjutan yang
artinya perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada.
Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan
pulang akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan

6
disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik
terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk
proses perawatan di rumah.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum :
Meningkatkan pelayanan rencana pemulangan pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Dungus .
2. Tujuan Khusus :
a. Menurunkan lama rawat dirumah sakit
b. Mengurangi risiko readmisi
c. Meningkatan kepuasan kesehatan bagi pasien dan profesional.
d. Sedikit bukti bahwa perencanaan pulang mengurangi biaya untuk
pelayanan kesehatan.

1.3 Ruang lingkup pelayanan


Dalam memberikan pelayanan kepada pasien termasuk salah satunya
merencanakan kepulangan pasien maka harus diberlakukan panduan
perencanaan pemulangan pasien untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan
pasien dengan pelayanan yang tersedia. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit maka perlu pelayanan yang terkoordinir yang
melibatkan semua bagian yang terkait salah satunya merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya. Dalam memberikan pelayanan yang
efisien kepada pasien, termasuk memberikan informasi kepada pasien maka
keluarga pasien juga perlu dilibatkan dari awal pasien masuk sampai
perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.

1.4 Batasan Operasional.


1. Perencanaan pulang (discharge Planning) keperawatan
merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentang
keperawatan disebut juga perawatan berkelanjutan yang artinya
perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimana pun pasien berada.
Discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau
penyakitnya (Rondhianto, 2008).

7
2. Pasien
Pasien adalah orang yang sakit. Pasien jalan / luar / rawat jalan yaitu
pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan, biasanya pasien
yang sudah sembuh tapi masih dalam pengobatan.
3. Keluarga pasien
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga terdekat adalah suami
istri, ayah dan ibu kandung, ank-anak kandung, saudara-saudara kandung
atau pengampunya.
a. Ayah
 Ayah kandung
 Termasuk ayah adalah ayah angkat yang di tetapkan berdasarkan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
b. Ibu
 Ibu kandung
 Termasuk ibu adalah ibu angkat yang di tetapkan berdasarkan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
c. Suami
Seorang laki-laki dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Istri
Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. -
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebuh dari satu istri
persetujuan atau penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari
mereka.
e. Wali
Orang yang menurut hukum menggantikan orang yang belum dewasa
untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau orang
yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
f. Induk semang
Orang yang berkewajiban unutk mengawasi serta ikut bertanggung
jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak
perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.
4. Rumah sakit
Adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan
kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan dan memberikan

8
layanan, pengobatan dan perawatan bagi penderita berbagai penyakit
yang di lengkapi dengan perlengkapan medis yang lengkap dengan dokter
dan perawatnya (kamus besar bahasa indonesia).
5. Rekam Medis
Pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dungus akan
diberikan nomor rekam medis dan berkas rekam medis pasien, dan yang
sudah selesai berobat disimpan di filling rekam medis serta bila pasien
berobat kembali, status medis pasien diminta kembali ke bagian rekam
medis oleh petugas
6. Dokter
Adalah dokter, dokter spesialis, dan dokter gigi lulusan pendidikan
kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri yang di akui oleh
pemerintah republik indonesia sesuai dengan peraturan
perundangundangan.

1.5 Landasan Hukum


1. Undang-undang republik indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-undang republik indonesia No. 44 Tahun 23009 tentang rumah
sakit.
3. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran.
4. Manual persetujuan tindakan kedokteran konsil kedokteran Indonesia
tahun 2006
5. Peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia No. 269/
MENKES/III/2008 tentang Rekam medis.
7. Peraturan menteri kesehatan rebuplik indonesia No.290 / MENKES / PER
/ III/ 2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran.

9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi sumber daya manusia yang ada dalam Rencana


Pemulangan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Dungus :

NO JABATAN KRITERIA

KEPALA -Minimal berijazah S1 Keperawatan


1
RUANG - Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD

-Minimal berijazah D3 Keperawatan


2 PERAWAT
- Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD

DOKTER -Minimal berijazah S1 Kedokteran


3
UMUM - Bersertifikat ATLS/ACLS

DOKTER
4 -Minimal berijazah Dokter Spesialis
SPESIALIS

2.2. Distribusi Ketenagaan


Pola pengaturan ketenagaan yaitu :
1. Ruang Rawat Inap :
a. Dinas Pagi :
Ruang Anggrek : 7 perawat
Ruang Mawar : 7 perawat
Ruang Melati : 5 perawat
Ruang Tulip : 5 perawat
Ruang Bougenvile : 5 perawat
dengan standar minimal bersertifikat BLS Kategori : 1 orang Ka Ru dan
6 orang Pelaksana.
b. Dinas Sore :
Ruang Anggrek : 3 perawat
Ruang Mawar : 3 perawat
Ruang Melati : 3 perawat
Ruang Tulip : 3 perawat
Ruang Bougenvile : 3 perawat
dengan standar minimal bersertifikat BLS Kategori : 1 orang
Penanggung Jawab Shift dan 2 orang Pelaksana.

10
c. Dinas Malam :
Ruang Anggrek : 3 perawat
Ruang Mawar : 3 perawat
Ruang Melati : 3 perawat
Ruang Tulip : 3 perawat
Ruang Bougenvile : 3 perawat
dengan standar minimal bersertifikat BLS Kategori : 1 orang
Penanggung Jawab shift dan 2 orang Pelaksana.
2. Instalasi Gawat Darurat :
a. Dinas Pagi :
8 orang dengan 1 Kepala Ruang, 2 Dokter Umum, 4 Perawat, dan 1 bidan.
b. Dinas Sore :
6 orang dengan 2 dokter, 3 perawat, dan 1 bidan.
Penunjang (radiologi dan laboratorium) masing-masing 2 orang.
Apoteker 1 orang.
c. Dinas Malam :
6 orang dengan 2 dokter, 3 perawat, dan 1 bidan.
Penunjang (radiologi dan laboratorium) masing-masing 2 orang.
Apoteker 1 orang.
3. Poliklinik Rawat Jalan :
Setiap poliklinik terdiri dari 1 perawat.

11
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Standar Fasilitas.


Ruangan yang digunakan juga mempengaruhi pelayanan disebuah
Rumah Sakit, oleh karena itu fisik bangunan dan denah tata ruang harus
menunjang dalam melakukan tindakan pelayanan medik.
1. Persyaratan Instalasi Gawat Darurat :
A. Fisik bangunan :
a) Luas IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/bencana
b) Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau
oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar
rumah sakit
c) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu
utama
d) Ambulans / kendaraan yang membawa pasien dapat sampai didepan
pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan( untuk lantai IGD
yang tidaksama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp)
e) Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brangkar
f) Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari
dua ambulans (sesuai dengan beban)
g) Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinggaarus pasien dapat
lancar dan tidak ada cross infection
h) Dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan RS
i) Mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol oleh perawat kepala jaga
j) Area dekontaminasi ditempatkan didepan/diluar IGD atau terpisah
dengan IGD
k) Ruang triase harus dapat memuat minimal 2(dua) brankar
l) Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien
m) Apotik 24 jam tersedia dekat IGD
n) Memiliki ruang untuk istirahat (petugas dokter dan perawat)
B. Standar ruangan dan peralatan :
Menurut buku pedoman pelayanan gawat darurat, Depkes RI luas minimal
yang dibutuhkan instalasi gawat darurat rumah sakit kelas D adalah
400m2, menurut putsep 1000m2 per 100 pasien per hari, menurut rex
8600 nsf/60000 kunjungan/tahun. Pembagian ruang menurut depkes
sebagai berikut:

12
a) Ruang tunggu
b) Ruang administrasi
c) Ruang triase
d) Ruang tindakan
e) Ruang pemeriksaan
f) Ruang observasi
g) Ruang infeksi
h) Gudang
Fasilitas kelengkapan ruangan seperti peralatan medis dan obat juga
mempengaruhi kepuasan pelayanan di suatu rumah sakit , adapun
standar peralatan di Rumah sakit sebagai berikut :
a) Peralatan emergency
b) Alat dan obat untuk resusitasi
c) Alat dan obat untuk “life support”
d) Alat dan obat untuk diagnostic
e) Alat keamanan (misalnya: pemadam kebakaran)
f) Monitor jantung
g) EKG
h) Suction
i) Peralatan Bedah
j) Bedah set
k) Lampu penerangan
l) Obat dan alat untuk anastesi
m) Benang jahit
n) Seterilisator
2. Persyaratan Rawat jalan :
A. Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari pintu masuk utama
rumah sakit dan memiliki akses yang mudah ke ruang rekam medis, ruang
farmasi, ruang radiologi, dan ruang laboratorium.
B. Ruang rawat jalan harus memiliki ruang tunggu dengan kapasitas yang
memadai dan sesuai kajian kebutuhan pelayanan.
C. Desain ruangan pemeriksaan pada ruang rawat jalan harus dapat
menjamin privasi pasien.
D. Dalam hal terdapat ruangan pemeriksaan untuk pasien menular pada
ruang rawat jalan, letak dan desain ruangan pemeriksaan untuk pasien
menular harus dapat mengontrol penyebaran infeksi.

13
NO. NAMA PERSYARATAN KETERANGAN
RUANGAN RUANGAN
Ruangan RS Kelas D dan C
1. Administrasi • Luas ruangan fungsi Informasi,
(Informasi, disesuaikan dengan registrasi,
Registrasi, jumlah petugas, dengan pembayaran dapat
Pembayaran) perhitungan 3-5 m2/ digabungkan pada
petugas. satu ruangan,
• Ruangan harus dijamin Sementara untuk RS
terjadinya pertukaran Kelas A dan B fungsi-
udara baik alami maupun fungsi tersebut
mekanik. Untuk ventilasi dilaksanakan pada
mekanik minimal total ruangan terpisah.
pertukaran udara 6 kali
per jam .
• Intensitas cahaya
minimal 100 lux.

Ruangan Umum
2. Layanan
Penjaminan
Kesehatan
Ruangan
3. Tunggu • Tiap tiap Klinik harus
memiliki ruang tunggu
tersendiri dengan
kapasitas yang memadai.
• Luas ruang tunggu
menyesuaikan kebutuhan
kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5
m2/orang.
• Ruangan harus dijamin
terjadinya pertukaran
udara baik alami maupun
mekanik dengan total
pertukaran udara minimal
6 kali per jam.
•Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
• Ruang tunggu
dilengkapi dengan
fasilitas desinfeksi
tangan.
• Ruang tunggu untuk
pasien penyakit menular
harus dipisah dengan
pasien tidak menular
khususnya pasien anak
dan kebidanan.

Pos Perawat
4. (Nurse Station) • Pos perawat harus
disediakan fasilitas meja
dan kursi untuk
kebutuhan
pendokumentasian.
14
5. Ruangan Klinik Jumlah dan jenis
(Konsultasi, • Luas ruangan klinik 9- klinik menyesuaikan
Periksa/Tindak 24 m2 dengan klasifikasi rumah sakit
an) memperhatikan ruang dan kajian kebutuhan
gerak petugas, pasien pelayanan.
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan
fasilitas desinfeksi
tangan.
• Bahan bangunan yang
digunakan tidak boleh
memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Setiap ruangan
disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak dan
tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan arus.
• Ruangan harus dijamin
terjadinya pertukaran
udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi
mekanik minimal total
pertukaran udara 6 kali
per jam, untuk ventilasi
alami harus lebih dari
nilai tersebut.
•Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas
cahaya 200 lux.
• Untuk kelompok
ruangan klinik penyakit
menular harus dipisahkan
dengan klinik penyakit
tidak menular baik akses,
alur maupun ruangannya.
• Untuk ruangan klinik
yang menangani pasien
penyakit menular melalui
udara (airborne),
pertukaran udara minimal
12 kali per jam.

3. Persyaratan Ruang Rawat Inap :


A. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan nyaman.
B. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang penunjang
pelayanan lainnya.
C. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus dipisahkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit.

15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Kriteria Rencana Pemulangan Pasien


Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Umum Daerah Dungus dilakukan
kepada semua pasien yang telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Dungus . Rencana pemulangan pasien (Discharge Planning) dilakukan
oleh dokter dan perawat baik pada kondisi pasien pulang dalam kondisi sembuh,
pulang meninggal, pulang dirujuk, pulang kondisi kritis, ataupun pulang atas
permintaan sendiri.

4.2. Tahap – Tahap Rencana Pemulangan Pasien


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam
proses discharge planning agar transisi dari rumah sakit kerumah dapat
efektif, baik kepada pasien yang baru datang pertama kali di rumah sakit
maupun persiapan pasien yang akan pulang sembuh maupun kondisi kritis.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan.
b. Data pribadi.
c. Pemberi perawatan.
d. Lingkungan.
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan berdampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukanapakah
masalah tersebut aktual atau potensial, serta dapat menentukan apakah
klien dating pertama kali akan menjalani persiapan akan pulang.
3. Perencanaan : Hasil Yang Diharapkan
Menurut Luverne dan Barbara, 1998, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifkasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan perawatan selanjutnya dengan baik serta untuk
mempersiapkan pemulangan klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

16
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien sebaiknya juga memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kontinuitas perawatanya serta penentuan tanggal kapan klien akan kontrol
dan fasilitas kesehatan yang akan dituju.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa perawatan dan pengobatan di rumah
sakit dapat berjalan baik sesuai dengan kebutuhan klien, serta dapat
melanjutkan perawatan lanjutan dengan baik setelah klien pulang, yang
dilakukan klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung kerumah
untuk memberikan keterampilan perawatan, serta antisipasi terhadap klien
yang harus diketahui oleh keluarga klien, apabila kien mengalami kondisi
kegawatan.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien seharusnya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu selama
dirawat di rumah sakit serta kaluarga mengetahui kapan klien akan
menjalani kontrol, dimana dan kepada siapa klien akan menjalani kontrol.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan refferal. Seluruh
rencana pemulangan yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan
perawat dan ringkasan pulang (discharge planning). Instruksi tertulis
diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien
dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukanya
dengan alat yang akan digunakan di rumah.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan
cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi
berjalan terus – menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu

17
setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner
atau kunjungan rumah (home visite).
6. Penyerahan
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien
dan perawatanya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang
jenis pembedahan, pengibatan, status fisik dan mental klien, faktor sosial
yang penting (misalnya rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial
yang penting (misalnya kurangnya pemberian perawatan, atau tidak ada
pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi
harus tersedia pada saat ini.

4.3. Keberhasilan Rencana Pemulangan


Keberhasilan rencana pemulangan tergantung pada 6 variabel :
1. Derajat penyakit.
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan.
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan.
4. Jenis – jenis pelayanan yang dibutuhkan.
5. Komplikasi tambahan.
6. Ketersediaan sumber – sumber.

4.4. Persiapan
1. Penampilan Petugas :
a. Petugas harus berpenampilan rapi dan menggunakan atribut seragam
lengkap
b. Petugas harus ramah dan santun dalam bertutur kata kepada pasien
2. Persiapan Alat :
a. Pasien bayi :
 1 set pakaian bayi dari orang tua ( baju, celana/ popok, diapers, bedong
k/p selimut, topi bayi)
 Ringkasan pasien pulang
 Surat keterangan pulang
 Hasil penunjang (bila ada)
 Kartu identitas bayi
 Obat-obatan pulang ( bila ada )
b. Pasien anak :
 Ringkasan pasien pulang
 Surat keterangan pulang
 Hasil penunjang (bila ada)
 Obat-obatan pulang
18
c. Pasien umum :
 Ringkasan pasien pulang
 Surat keterangan pulang
 Hasil penunjang (bila ada)
 Obat-obatan pulang

4.5. Kriteria Pasien Pulang


1. Pasien Pulang Rawat Jalan
Pasien pulang rawat jalan terdiri dari pasien dari IGD dan pasien dari
poliklinik rawat jalan. Pasien pulang rawat jalan adalah pasien yang
kondisinya stabil dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut dengan
kondisi pulih atau memungkinkan untuk pulang sesuai dengan pemeriksaan
penunjang dan saran dokter. Prosedur pasien pulang rawat jalan di RSUD
Dungus adalah:
A. Pasien Umum:
a. DPJP poliklinik/IGD memastikan bahwa kondisi pasien stabil
b. Perawat mengarahkan pasien untuk mengambil obat pada bagian
farmasi
c. Petugas farmasi mengentry total obat yang akan ditagihkan oleh
petugas kasir
d. Petugas farmasi mengarahkan pasien untuk menyelesaikan
administrasi pada bagian kasir
e. Petugas kasir mencetak kwitansi dan menyerahkan kepada pasien
f. Petugas kasir mengarahkan pasien kembali lagi ke bagian farmasi
untuk mengambil obat dengan membawa kwitansi yang telah dibayar
lunas
g. Pasien pulang
B. Pasien BPJS/Biakes Maskin/Jaminan Covid:
a. DPJP poliklinik/IGD memastikan bahwa kondisi pasien stabil
b. Perawat mengarahkan pasien untuk mengambil obat pada bagian
farmasi dengan membawa resep obat dan SEP (Surat Elegibiltas
Peserta) yang berwarna pink dan kuning
c. Jika pasien terkonfirmasi covid 19 (antibodi/antigen/PCR (+)), perawat
mengarahkan pasien ke ruang Covid Center
d. Petugas farmasi memberikan obat
e. Pasien pulang
2. Pasien Rawat Inap Pulang Atas Persetujuan Dokter
Pasien pulang rawat inap atas persetujuan dokter adalah pasien pulang dari
rumah sakit atas persetujuan DPJP yang merawat pasien tersebut. DPJP
19
memastikan bahwa pasien stabil dan bisa dilakukan perawatan di rumah.
Prosedur pasien pulang rawat inap atas persetujuan dokter di RSUD Dungus
adalah:
A. DPJP memastikan bahwa kondisi pasien stabil dan bisa dilakukan
perawatan di rumah
B. DPJP melengkapi berkas rekam medis pasien
C. DPJP membuat ringkasan pasien pulang dan surat keterangan pulang
D. Perawat menyerahkan resep obat yang akan dibawa pulang oleh pasien
ke bagian farmasi
E. Perawat mengarahkan keluarga pasien untuk menyelesaikan administrasi
ke bagian kasir
F. Petugas kasir memastikan bahwa semua tindakan selama rawat inap
sudah dientry semua
G. Jika pasien Covid-19, penanggungjawab isolasi menghubungi satgas
puskesmas setempat. Satgas puskesmas setempat mengkonfirmasi
penjemputan pasien (mandiri/dijemput puskesmas). Keluarga/penunggu
pasien tidak diarahkan untuk menyelesaikan administrasi untuk
mengurangi penyebaran.
H. Jika pasien penjamin BPJS/Biakes Maskin/JR, petugas kasir hanya
mencetak rekening pasien rawat inap rangkap 3. 1 untuk ruang rawat
inap, 1 untuk berkas rekam medis yang selanjutnya akan diklaimkan, 1
untuk kasir
I. Jika pasien umum, keluarga pasien membayar total administrasi selama
pasien dirawat. Petugas kasir mencetak kwitansi rangkap 2. Kwitansi asli
diberikan kepada pasien dan copyan kwitansi disimpan di bagian kasir
J. Keluarga pasien kembali ke ruang rawat inap
K. Petugas farmasi mengantarkan obat yang akan dibawa pulang ke ruang
rawat inap
L. Perawat menyerahkan obat yang dibawa pulang, copyan ringkasan pasien
pulang (berwarna pink), surat keterangan pulang (berwarna pink), dan
hasil penunjang. Perawat menjelaskan kapan waktu kontrol pasien
selanjutnya di poliklinik
M. Pasien pulang
N. Perawat mengantarkan pasien sesuai kebutuhan
O. Perawat menghubungi dapur via telepon atas kepulangan pasien
3. Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (APS)
Pasien pulang atas permintaan sendiri adalah pasien yang mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang dinyatakan belum sembuh atau belum
boleh pulang oleh dokter atau dokter spesialis, pulang atas permintaan

20
pasien atau keluarga pasien yang disertai dengan form APS (Atas
Permintaan Sendiri) dan sudah dijelaskan oleh dokter/dokter spesialis resiko
yang akan dihadapi yang ditanda tangani pasien atau keluarga pasien.
Prosedur pasien pulang rawat inap atas permintaan sendiri di RSUD Dungus
adalah:
A. DPJP menjelaskan kepada pasien/keluarga pasien atas resiko yang akan
dihadapi jika pasien pulang atas permintaan sendiri
B. Pasien/keluarga pasien secara sadar menandatangani surat pernyataan
pulang atas permintaan sendiri
C. DPJP melengkapi berkas rekam medis pasien
D. DPJP membuat ringkasan pasien pulang dan surat keterangan pulang
E. Perawat menyerahkan resep obat yang akan dibawa pulang oleh pasien
ke bagian farmasi
F. Perawat mengarahkan keluarga pasien untuk menyelesaikan administrasi
ke bagian kasir
G. Jika pasien Covid-19, penanggungjawab isolasi menghubungi satgas
puskesmas setempat. Satgas puskesmas setempat mengkonfirmasi
penjemputan pasien (mandiri/dijemput puskesmas). Keluarga/penunggu
pasien tidak diarahkan untuk menyelesaikan administrasi untuk
mengurangi penyebaran.
H. Jika pasien Covid-19, untuk kepulangannya secara pulang paksa
tergantung satgas kecamatan setempat. Jika satgas kecamatan setempat
tidak setuju, maka pasien tidak diperbolehkan untuk pulang paksa tetapi
jika satgas kecamatan setempat setuju, maka pasien diperbolehkan
pulang paksa dengan cara dijemput satgas kecamatan setempat.
I. Petugas kasir memastikan bahwa semua tindakan selama rawat inap
sudah dientry semua
J. Jika pasien penjamin BPJS/Biakes Maskin/JR, petugas kasir hanya
mencetak rekening pasien rawat inap rangkap 3. 1 untuk ruang rawat
inap, 1 untuk berkas rekam medis yang selanjutnya akan diklaimkan, 1
untuk kasir
K. Jika pasien umum, keluarga pasien membayar total administrasi selama
pasien dirawat. Petugas kasir mencetak kwitansi rangkap 2. Kwitansi asli
diberikan kepada pasien dan copyan kwitansi disimpan di bagian kasir
L. Keluarga pasien kembali ke ruang rawat inap
M. Petugas farmasi mengantarkan obat yang akan dibawa pulang ke ruang
rawat inap

21
N. Perawat menyerahkan obat yang dibawa pulang, copyan ringkasan pasien
pulang (berwarna pink), surat keterangan pulang (berwarna pink), dan
hasil penunjang
O. Pasien pulang
P. Perawat mengantarkan pasien sesuai kebutuhan
Q. Perawat menghubungi dapur via telepon atas kepulangan pasien
4. Pasien Pulang Rawat Inap dan dirujuk
Pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain adalah pasien yang masih
memerlukan perawatan lebih lanjut ke rumah sakit lain. Prosedur pasien
pulang rawat inap dan dirujuk di RSUD Dungus adalah:
A. DPJP menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa kondisi pasien masih
memerlukan perawatan lebih lanjut ke rumah sakit yang lebih alatnya lebih
lengkap
B. Perawat meminta persetujuan keluarga pasien untuk dirujuk ke rumah
sakit mana
C. DPJP membuatkan surat rujukan
D. Perawat menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
E. DPJP melengkapi berkas rekam medis
F. Jika pasien BPJS, petugas membuatkan SEP rujukan
G. Jika pasien umum, perawat mengarahkan keluarga pasien ke bagian kasir
untuk menyelesaikan administrasi
H. Jika pasien covid-19, petugas tidak mengarahkan keluarga pasien ke
bagian kasir untuk mengurangi penyebaran
I. Perawat menghubungi bagian sopir untuk menyiapkan ambulance rujukan
J. Pasien didampingi perawat dan dokter (bila membutuhkan) dirujuk ke
rumah sakit rujukan
K. Perawat menghubungi dapur via telepon atas kepulangan pasien
5. Pasien Pulang Meninggal
Pasien meninggal karena penyakitnya/penyakit penyerta lainnya yang
meninggal < 48 jam atau meninggal > 48 jam. Prosedur pasien pulang rawat
meninggal di RSUD Dungus adalah:
A. DPJP menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa kondisi pasien sudah
tidak bisa diselamatkan (meninggal)
B. DPJP membuat surat keterangan kematian, ringkasan pasien pulang dan
surat keterangan pulang
C. DPJP melengkapi berkas rekam medis
D. Perawat melakukan pengurusan jenazah
E. Perawat mengarahkan keluarga pasien untuk menyelesaikan administrasi
ke bagian kasir

22
F. Petugas kasir memastikan bahwa semua tindakan selama rawat inap
sudah dientry semua
G. Jika pasien penjamin BPJS/Biakes Maskin/JR, petugas kasir hanya
mencetak rekening pasien rawat inap rangkap 3. 1 untuk ruang rawat
inap, 1 untuk berkas rekam medis yang selanjutnya akan diklaimkan, 1
untuk kasir
H. Jika pasien umum, keluarga pasien membayar total administrasi selama
pasien dirawat. Petugas kasir mencetak kwitansi rangkap 2. Kwitansi asli
diberikan kepada pasien dan copyan kwitansi disimpan di bagian kasir
I. Petugas kasir menghubungi bagian ambulance jenazah
J. Keluarga pasien kembali ke ruang rawat inap
K. Perawat menyerahkan copyan surat keterangan kematian, copyan
ringkasan pasien pulang (berwarna pink), surat keterangan pulang
(berwarna pink), dan hasil penunjang
L. Jenazah bisa dibawa pulang
Alur pasien covid-19 jika dinyatakan meninggal :
A. DPJP menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa kondisi pasien sudah
tidak bisa diselamatkan (meninggal)
B. DPJP membuat surat keterangan kematian, ringkasan pasien pulang dan
surat keterangan pulang
C. DPJP melengkapi berkas rekam medis
D. Pasien dinyatakan meninggal, 2 jam baru dibawa ke bagian pemulasaran
jenazah (blackzone)
E. Penanggungjawab isolasi menghubungi penanggungjawab tim siaga covid
RSUD Dungus
F. Penanggungjawab tim siaga covid menghubungi dinas kesehatan
setempat untuk koordinasi terkait proses pemakaman pasien
G. Dinas kesehatan setempat memberikan nomor telfon satgas pendamping
pemakaman
H. Satgas pendamping pemakaman menghubungi penanggungjawab bagian
pemulasaran jenazah (blackzone) untuk kesiapan tempat pemakaman
I. Bila tempat pemakaman siap, penanggungjawab pemulasaran jenazah
(blackzone) menghubungi sopir yang bertugas untuk mengantarkan
jenazah ke tempat pemakaman umum

4.6. Pembuatan Ringkasa Pasien Pulang dan Surat Keterangan Pulang


Ringkasan Pasien Pulang dan Surat Keterangan Pulang disiapkan waktu
pasien pulang dari rumah sakit. Ringkasan Pasien Pulang dibuat rangkap 3
(tiga). Ringkasan pasien pulang dan surat keterangan pulang ditulis oleh DPJP

23
pasien tersebut. Lembar asli dan salinan ringkasan pasien pulang yang berwarna
kuning ditempatkan dalam rekam medis dan 1 lembar salinan yang berwarna
pink diberikan kepada pasien atau keluarganya. Formulir ringkasan pasien
pulang terdiri dari :
1. Identitas pasien (No RM, Nama, Tanggal Lahir, NIK, Alamat)
2. Tanggal masuk dan tanggal keluar
3. Indikasi MRS
4. Anamnesa
5. Hasil Pemeriksaan
6. Diagnosa Akhir
7. Kondisi Pasien Saat Pulang
8. Kondisi Pasien Waktu Keluar RS
9. Cara Keluar
10. Pengobatan/tindakan yang diberikan
11. Instruksi tindak lanjut
12. Tanggal, nama dan tanda tangan DPJP
13. Tanda tangan pasien/keluarga/wali
Surat keterangan pulang terdiri dari:
1. Identitas Pasien (No RM, Nama, Tanggal Lahir, NIK, Alamat)
2. Tanggal MRS dan tanggal KRS
3. Kondisi saat pulang
4. Obat yang disertakan pulang
5. Saran
6. Tanggal kontrol
7. Tanggal, nama dan tanda tangan DPJP

24
BAB V
LOGISTIK

5.1. Pendaftaran
Setiap pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dungus
selalu didaftarkan ke bagian pendaftaran, dari bagian pendaftaran disiapkan
berkas rekam medis.

5.2. Rekam Medis


Pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dungus akan
diberikan nomor rekam medis dan berkas rekam medis pasien, dan yang sudah
selesai berobat disimpan di bagian rekam medis serta bila pasien berobat
kembali, berkas rekam medis pasien diminta kembali ke bagian rekam medis
oleh petugas (prosedur permintaan dan penyerahan status ke bagian rekam
medis sesuai dengan SPO).

5.3. Ruang Rawat Inap


Pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut di rawat di ruang rawat
inap. Ruang rawat inap di RSUD Dungus terdiri dari Ruang Anggrek, Ruang
Mawar, Ruang Melati, Ruang Tulip, dan Ruang Bougenvile.

5.4. Instalasi Gawat Darurat


Pasien yang berobat ke IGD adalah pasien yang memerlukan perawatan
segera saat itu juga, seperti pasien kecelakaan dsbnya. IGD RSUD Dungus buka
24 jam.

5.5. Poliklinik Rawat Jalan


Poliklinik rawat jalan di RSUD Dungus terdiri dari :
1. Poli Anak
2. Poli Orthopedi
3. Poli Bedah Umum
4. Poli Dalam
5. Poli Syaraf
6. Poli Obgyn
7. Poli Paru
8. Poli Jantung
9. Akupuntur Medik

25
5.6. Kasir
Pasien yang telah selesai berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dungus
baik rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap akan diarahkan ke bagian kasir
oleh perawat untuk menyelesaikan administrasi.

5.7. Farmasi
Pasien yang telah selesai berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dungus
akan diberikan resep dari dokter, lalu diantar diarahkan ke bagian farmasi untuk
mengambil obat.

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

6.2. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

6.3. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
A. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Adverse Event adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah :

27
Unpreventable Adverse Event suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang
tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir.
B. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
Near Miss adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (
commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi
:
a) Karena “ keberuntungan”
b) Karena “ pencegahan ”
c) Karena “ peringanan ”
C. Kesalahan Medis
Medical Errors Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
D. Kejadian Sentinel
Sentinel Event adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (
seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.

6.4. Tata Laksana


1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
rumah sakit.

7.1. Tujuan:
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Umum Daerah
Dungus .
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.1. Tata Laksana Keselamatan Karyawan


1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan
infeksi
b. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll.
c. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.Terdapat tempat sampah infeksius dan non
infeksius.
2. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin.
b. Pencucian dengan sabun.
c. Pengeringan.
3. Menggunakan baju kerja yang bersih

29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

8.1. Pengertian Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah semua fungsi atau kegiatan yang harus
dilakukan mencapai sasaran perubahan dalam hal mutu jasa atau barang yang
di produksi. Rumah Sakit adalah salah satu bidang jasa yang bergerak dalam
pelayanan kesehatan, oleh karena itu pengendalian mutu sangat penting agar
terciptanya kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.
8.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Rumah Sakit
1. Standar tenaga kerja
2. Standar fasilitas ( bangunan dan sarana penunjang kesehatan )
3. Manajemen Rumah Sakit
4. Kebijakan yang diterapkan
Jika faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu tersebut berjalan
dengan baik, maka kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan juga akan
meningkat.
8.3. Standar Tenaga Kerja Dan Fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah Dungus
1. Tenaga kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dungus memiliki tenaga kerja
sebagai berikut:
a. Dokter umum
b. Dokter spesialis
c. Dokter gigi
d. Perawat
e. Bidan
f. Ahli Gizi
g. Radiologi
h. Laboratorium
i. Rekam medis
j. Sanitasi
k. Bagian tata usaha
l. Cleaning servis
m. Satpam
n. Tim IT dan kelistrikan

30
2. Fasilitas
Bangunan terdiri dari beberapa ruangan:
a. Ruang Rawat Inap Dewasa
b. Ruang Rawat Inap Anak
c. Ruang Operasi
d. Instalasi Gawat Darurat
e. Poliklinik
f. Farmasi
g. Ruang Radiologi
h. Ruang Laboratorium

31
BAB IX
PENUTUP

Perencanaan pulang (discharge planning) adalah suatu proses yang dinamis


dan sitematis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan klien dan keluarga selama perawatan di Rumah Sakit dan melakukan
perawatan mandiri di Rumah.
Tujuan dari discharge planning ini adalah terciptanya tertib administrasi
pemulangan pasien, pasien akan mengetahui rencana perawatan selanjutnya. Selain
itu, Pedoman akan bermanfaat bagi seluruh dokter dan perawat Rumah Sakit Umum
Daerah Dungus dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan,
perkembangan pelayanan terhadap pasien yang akan pulang.

32

Anda mungkin juga menyukai