Ringkasan Singkat
Ringkasan Singkat
Adanya pelayanan kesehatan bagi kelompok rentan, khususnya lansia (lanjut usia) diharapkan
dapat membantu para lansia maupun keluarga atau caregiver utuk dapat menikmati fasilitas
kesehatan secara cepat, tepat, akurat, dan ramah. Selama ini lamanya waktu tunggu
pelayanan kesehatan mengakibatkan lansia maupun keluarga atau caregiver yang menemani
lansia cenderung tidak sabar dan akhirnya malas jika harus mengantar lagi. Tidak tersedianya
ruang periksa khusus lansia maupun alat bantu fisik bagi lansia di Puskesmas Gamping I.
Adanya keluhan pelanggan dari keluarga pasien yang meminta pelayanan kesehatan prioritas
bagi lansia. Juga, belum adanya wadah kegiatan kegiatan para lansia di wilayah Puskesmas
Gamping I.
Sedangkan pelayanan luar gedung, mengadakan senam lansia rutin dan senam vitalisasi
otak, mewujudkan posyandu dan posbindu lansia, menggerakkan kader lansia,
menyelenggarakan terapi bagi lansia menderita demensia (kepikunan), serta kunjungan
rumah bagi lansia yang tidak mampu berkunjung ke Puskesmas
Inovasi ini diapresiasi oleh Puskesmas di Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan kabupaten
Sleman, Dinas Kesehatan Propinsi DIY, serta institusi kesehatan dari seluruh Indonesia yang
sudah melakukan kaji banding di Puskesmas Gamping I. Inovasi ini turut andil dalam penilaian
kinerja pelayanan publik tingkat propinsi DIY tahun 2014 di mana Puskesmas Gamping I
mendapatkan peringkat I
ANALISIS MASALAH
Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai
Analisis Masalah
Sebelum inovasi pelayanan publik dilaksanakan banyak penduduk lanjut usia (lansia) di
wilayah kerja Puskesmas Gamping I yang malas periksa kesehatan ke puskesmas disebabkan
beberapa masalah:
Sementara itu Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan bahwa
upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan kesehatan lansia yang baik
akan mendukung salah satu indicator keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu Umur
Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH).
Berdasarkan data setengah jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia. Indonesia
sebagai salah satu Negara Asia memiliki jumlah lansia dengan masalah kesehatan yang besar.
Di wilayah kerja Puskesmas Gamping I, kelompok umur pra lansia dan lansia merupakan
kelompok umur dengan jumlah tertinggi di antara total jumlah penduduk.
Pada sisi lain peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam
bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif.
Perubahan struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia)
dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran. Fenomena yang terjadi
pertumbuhan lansia pada negara berkembang cenderung lebih tinggi. Sementara yang menjadi
masalah terbesar lansia adalah penyakit degeneratif. Diperkirakan pada tahun 2.050 sekitar
75% lansia penderita penyakit degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah).
Peningkatan populasi lansia tersebut, meyebabkan pentingnya perumusan kebijakan dan
program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia sehingga dapat berperan dalam
pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat. Karena di masyarakat sering terdapat
stigma yang menganggap lansia hanya tinggal menunggu waktu menjelang kematian karena
tidak mandiri dan tidak produktif, kurangnya perhatian keluarga terhadap lansia, kader
kesehatan yang kurang paham mengenai kesehatan lansia. Selain itu, tidak ada perhatian
khusus terhadap Lansia yang berpenyakit kronis seperti hipertensi, Diabetes Mellitus,
gangguan jiwa dan penyandang cacat. Tidak ada bantuan dan pelayanan khusus agar Lansia
dapat mandiri dan produktif.
Berdasar latar belakang masalah tersebut Puskesmas Gamping I membuat inovasi pelayanan
publik yang peduli terhadap kelompok lansia dengan pelayanan khusus sebagai pelaksanaan
UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik yaitu TUA KELADI (SanTUn LansiA,
KEsehatannya LAyak DIperhatikan)
Inisiatif ini dilakukan sejak tahun 2012, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan khusus
bagi pra lansia dan lansia agar dapat menerapkan pola hidup sehat melalui upaya pencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif), tanpa mengabaikan upaya
pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif melalui pendekatan budaya lokal.
PENDEKATAN STRATEGIS
Ringkaslah tentang apa dan bagaimana inovasi pelayanan publik ini telah memecahkan
masalah
Puskesmas Gamping I kabupaten Sleman ingin memastikan fasilitas dan perlakuan khusus
bagi kelompok rentan khususnya lansia dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi, menghadapi
kesulitan dalam memperbaiki fasilitas dalam gedung dan menjangkau seluruh masyarakat
lansia yang membutuhkan perhatian. Bermula di dusun Desa Ambarketawang, berkembang ke
dusun di desa lainnya di wilayah kerja Puskesmas Gamping I, dan dengan diterapkannya pola
keuangan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), maka dalam menyusun anggaran kegiatan
bisa fleksibel menyesuaikan kebutuhan inovasi pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Strategi keberhasilan pelaksanaan dan penerapan santun lansia ini dimulai dengan membentuk
tim internal Puskesmas untuk dapat membuat inovasi pelayanan khusus lansia melalui alur
pelayanan one stop service bagi lansia dan memberikan pelayanan fasilitas khusus.
Kemudian juga menggerakkan pemangku kepentingan utama untuk mengadakan kegiatan
yang bisa membuat masyarakat menerapkan pola hidup sehat pada kelompok pra lansia dan
lansia.
Pihak-pihak yang terlibat dalam inovasi adalah :
1. Kepala Puskesmas selaku pimpinan sebagai project leader memimpin tim puskesmas
santun lansia
2. Tim Programer Lansia selaku pengendali Mutu Pelayanan sebagai promoter pelayanan
santun lansia dalam gedung
3. Penanggung Jawab pelayanan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) sebagai promoter
pelayanan santun lansia luar gedung.
4. Lintas Sektoral seperti Camat, Kepala Desa, Dukuh, Kader Kesehatan, Tokoh
Masyarakat sebagai promoter pelanggan pelayanan puskesmas santun lansia.
Jelaskan bahwa inovasi pelayanan publik yang diajukan ini bersifat unik dan mampu
menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan berbeda dari metode sebelumnya serta
berhasil diimplementasikan
1. Pelayanan kesehatan khusus bagi pasien lansia melalui system ‘one stop service’
Pelayanan khusus baik fasilitas, proses pendaftaran pasien, dan pemeriksaan oleh tenaga
medis terpadu dalam satu ruangan (ruang periksa lansia). Petugas medis dan paramedis dalam
pemeriksaan penunjang (laboratorium, obat, fisioterapi, psikologi, gizi) datang ke ruang periksa
lansia. Puskesmas dapat dikatakan “memanjakan” pasien lansia.
lansia tetap dapat melakukan komunikasi serta konseling melalui websitedan sms Gateway.
Inovasi ini menyelesaikan masalah menngenai keterbatasan jam pelayanan puskesmas yang
buka dari pukul 7.30 s/d 14.30 WIB.
Gambar tampilan E-konseling yang dapat di akses 24 jam
3. Pelayanan kunjungan ke rumah pasien oleh tim terpadu Puskesmas dan pembinaan di
permukiman penduduk.
Pelayanan kesehatan diberikan dalam rangka preventif, promotif, kegiatan rekreatif maupun
pemeriksaan melalui Pos Pelayanan Terpadu bagi lansia, Pos Pembinaan Terpadu, dan
kunjungan ke rumah pasien.
4. Partisipatif
Inovasi ini berhasil karena mendapat dukungan pejabat/tokoh masyarakat seperti Camat,
Kepala Desa, Perangkat Desa, Ketua RW, Ketua RT, PKK, dan tokoh masyarakat.
Uraikan unsur-unsur rencana aksi yang telah dikembangkan untuk melaksanakan inovasi
pelayanan publik ini, termasuk perkembangan dan langkah-langkah kunci, kegiatan-kegiatan
utama serta kronologinya
Strategi pelaksanaan inovasi Puskesmas Santun Lansia Terpadu dilaksanakan sebagai berikut :
Langkah awal rencana aksi adalah mengadakan diskusi kelompok terfokus dengan pemangku
kepentingan antara lain: Kepala Puskesmas, dokter, perawat, psikologi, apoteker, bidan desa,
tenaga relawan kesehatan (kader), kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, Camat,
perwakilan punawirawan dan pensiunan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pada
kelompok rentan khususnya lansia beserta solusinya.
Masalah utama pelayanan kesehatan lansia adalah panjangnya antrian, petugas kurang
ramah, lamanya waktu tunggu pelayanan, terbatasnya pelayanan karena jam kerja, alur
pemeriksaan yang berbelit belit, ruang tunggu yang tidak ramah lansia, tidak ada alat bantu fisik
bagi lansia, tidak ada ruang periksa khusus lansia, tidak ada register khusus lansia, tidak ada
kamar mandi khusus lansia, terdapat keluhan pelanggan keluarga pasien lansia. Masalah lain
kehidupan lansia dalam keluarga adalah keluarga pendamping yang kurang perhatian, kader
kesehatan yang kurang paham mengenai kesehatan lansia, banyak terjadi kepikunan pada
lansia, sikap masyarakat yang menganggap lansia hanya tinggal menunggu waktu menjelang
kematian karena tidak mandiri dan tidak produktif.
Hasil diskusi tersebut disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan memberikan
mendukung inovasi pelayanan khusus secara terpadu terhadap lansia.
Persiapan pelayanan lansia terpadu dibahas Tim Kendali Mutu Puskesmas antara lain
membuat standart pelayanan, maklumat pelayanan, merencanakan sarana prasarana
penunjang, menggalang komitmen pegawai puskesmas Gamping I melalui penerapan Zona
Integritas (ZI), Wilayah Bebas dari Korupsi(WBK), Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM) yang didalamnya terdapat komitmen untuk selalu membuat inovasi pelayanan publik
demi kepuasan pelanggan. Inovasi pelayanan lansia terpadu diberi nama “TUA KELADI”
Sebutkan siapa saja yang telah berkontribusi untuk desain dan/atau pelaksanaan inovasi
pelayanan publik ini
pemangku kepentingan
1. Kepala desa dan camat menjadi pendorong utama inovasi ini dengan memberikan
dukungan regulasi dan sumber daya keuangan pelayanan puskesmas santun lansia
terpadu. Dengan masukan dari dokter, perawat, bidan desa, psikolog, staf puskesmas
dinas kesehatan dan Geriatri RSUP Sardjito, kepala desa dapat menyusun dan
mengesahkan peraturan yang menjadi landasan bagi keberhasilan inovasi ini.
2. Dinas Kesehatan memfasilitasi diskusi secara teratur selama pelaksanaan inovasi
utamanya pemberdayaan tenaga relawan kesehatan dalam penanggulangan masalah
kesehatan intelegensia pada lansia akibat gangguan degenerative.
3. Para tokoh budaya dan agama memberikan dukungan sosialisasi mengenai inovasi ini
untuk memastikan agar informasi yang akurat tentang pelayanan puskesmas santun
lansia terpadu ini disampaikan kepada saluran lokal yang terpercaya, termasuk
pertemuan keagamaan dan informal masyarakat. Upaya upaya tersebut juga didukung
oleh kelompok PKK di desa.
4. Forum Kabupaten Sehat, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Sleman, terlibat aktif proses pelaksanaan
monitoring evaluasi pelayanan puskesmas santun lansia terpadu, ,seperti melakukan
kunjungan lapangan langsung bersama dinas kesehatan, menyelenggarakan kegiatan
bina keluarga lansia dengan puskesmas untuk memantau perkembangan kemitraan.
Membantu penyelesaian masalah kemitraan di tingkat desa, dengan melibatkan seluruh
unsur masyarakat. Melakukan advokasi kebutuhan pelaksanaan kemitraan kepada
puskesmas, kecamatan, dinas kesehatan, bupati.
5. Politeknik Kesehatan Kemenkes (Poltekes) Yogyakarta, memberikan pengembangan
kapasitas dan advokasi melalui kerjasama dengan tenaga relawan kesehatan lokal,
Poltekes juga mendukung pemangku kepentingan terkait untuk melaksanakan kegiatan
pemantauan dan evaluasi guna mengukur dampak dari kemitraan dan kesempatan
untuk pengembangan lebih lanjut.
SUMBER DAYA
Sebutkan biaya untuk sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang berkaitan dengan
inovasi pelayanan publik ini
Sumber daya
1. Pemerintah Kabupaten Sleman melalui dana SOP untuk rapat kader, tokoh
masyarakat lintas program Rp 4.690.000
2. Puskesmas Gamping I dengan dana BLUD untuk pembinaan dan pelatiahan kader
lansia, posyandu, gebyar lansia dan Peningkatan infrastruktur yang medukung
inovasi Rp. 95.000.000 dan Dana BOK untuk kegiatan refreshing kesehatan usia
lanjut Rp. 5.635.000, Pelatihan kader lansia Rp. 2.950.000, pedataan lansia Rp.
1.400.000, Peyuluhan Kesehatan Rp. 2.475.000 (kurang tahun 2015 )
3. Pemerintah Propinsi DIY Rp. 5.000.000 melalui dana hibah untuk membentuk Bina
Keluarga Lansia
4. Pemerintah Desa untuk Pembelian alat kesehatan untuk meningkatkan mutu layanan
posyanduLansia Rp. 8.500.000
Untuk melakukan replikasi Tua Keladi (Santun Lansia, Kesehatannya Layak Diperhatikan) di
seluruh puskesmas dalam wilayah kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas
Kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya telah mengalokasikan anggaran sebagai berikut
:
1. Desiminasi praktek pelayanan santun lansia terpadu pada tingkat kabupaten, Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman dari tahun 2014 sebesar Rp.67.500.000, tahun 2015
sebesar Rp. 71.669.900, tahun 2016 Rp. 34.457.500 dan tahun 2017 Rp. 57.607.500,
untuk program peningkatan pelayanan kesehatan lansia, kegiatan pemeliharaan
kesehatan
2. Anggaran desa untuk Pemberian Makanan Tambahan Balita/Lansia dari tahun 2014
Rp. 13.000.000, tahun 2015 Rp.43.000.000, tahun 2016 Rp.43.000.000, Tahun 2017
khusus lansia Rp. 23.000.000
Selain sumber daya anggaran di atas, juga melibatkan sumber daya yang meliputi
1. Bupati Sleman
2. Dinas Kesehatan kabupaten Sleman
3. Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Sleman
4. Forum Kabupaten Sehat
5. Forum Kecamatan Sehat
6. Dokter spesialis geriatri
7. Pemegang program Lansia di desa di 24 Puskesmas replikasi
8. Kepala Dukuh
9. Koordinator kesehatan desa
10. Dukungan teknis dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta
11. Tokoh masyarakat
12. Tokoh Ulama
13. Media
Semua sumber daya yang disebutkan di atas berperan aktif dalam mendukung dan mendorong
pelaksanaan inovasi Tua Keladi (Santun Lansia, Kesehatannya Layak Diperhatikan). Komitmen
ini ditingkatkan melalui serangkaian diskusi dalam bentuk FGD, rapat koordinasi dan lokakarya.
Diskusi yang diadakan secara terbuka dan bersifat umum ini sangat penting dalam membangu
pemahaman bersama di kalangan warga desa dan memperkuat dukungan untuk mencapai
keberhasilan program.
KELUARAN/OUTPUT
Sebutkan paling banyak lima keluaran konkret yang mendukung keberhasilan inovasi
pelayanan publik ini
Keluaran (output)
A. Pelayananan khusus bagi lansia dalam gedung Puskesmas melaui sytem 'one stop
service'
3. E-conseling http://pkmgamping1.slemankab.go.id/hubungi-kami/e-konselingmelalui
website Puskesmas Gamping I sehingga konsultasi bisa dilakukan tanpa harus datang ke
puskesmas.
4. Menyelenggarakan pelayanan
1. informasi tentang kesehatan lansia di ruang tunggu pasien berupa leaflet, banner,
video, majalah,
2. penyuluhan dan refreshing bagi caregiver / pendamping Lansia.
3. konseling kelompok bagi lansia yang menderita penyakit hipertensi, Diabetes Mellitus,
gangguan jiwa oleh psikolog puskesmas
4. tes intelegensia pada lansia di ruangan periksa khusus lansia
5. pemeriksaan rutin gula darah dan tekanan darah setiap bulan pada peserta melalui
Program Pengelolaan Penyakit Kronis
6. poli perjanjian melalui nomor telpon +6274 6499870 untuk memfasilitasi lansia dan
keluarga lansia agar efisien waktu
1. Menyediakan informasi kesehatan di desa dan kecamatan berupa leaflet dan poster.
2. Menyelenggarakan penyuluhan bagi kader kesehatan lansia
3. Membentuk:
1. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) sebagai suatu bentuk pelayanan yang
melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif untuk
mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko penyakit
tidak menular (PTM)
2. Pos Pelayanan Terpadu bagi lansia (Posyandu Lansia)
4. Menyelenggarakan:
1. senam lansia rutin setiap minggu
2. senam vitalisasi otak untuk mencegah kepikunan pada lansia
5. terapi bagi Lansia yang menderita kepikunan (Demensia) dengan melatih kader
diDesa.
6. acara Gebyar Lansia untuk memperingati hari Lansia bekerja sama dengan
Pemerintah Desa dan Kecamatan
5. Menggerakkan keluarga lansia untuk bermain aplikasi game Nusa Health yang setiap
hari berisi tips dan penyuluhan untuk dapat menerapkan pola hidup sehat.
6. Melaksanakan kunjungan rumah / Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat)
kepada lansia yang tidak bisa periksa atau control rutin ke puskesmas melibatkan
profesi dokter, perawat, bidan, ahli gizi, kesehatan lingkungan, psikolog dan fisioterapi.
7. Pemberdayaan lansia produktif melalui pelatihan dan mendampingi pembuatan tempe,
makanan ringan, sapu dan serok sampah
Uraikan bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan publik ini dipantau dan dievaluasi
Agar lebih memahami pelaksanaan inovasi untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan yang dicapai s
teratur maka Puskesmas Gamping I bersama Dinas Kesehatan melakukan evaluasi secara berjenjang mula
tingkat Dusun, Desa, puskesmas, kecamatan dan kabupaten setiap 6 bulan sekali.
Disamping hal tersebut diatas, monitoring juga akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berik
Keterangan Gambar Hasil Dari Audit Internal Yang Dilakukan Rutin Setiap 6 bulan
8. Supervisi dari Dinas Kesehatan Kab Sleman ataupun Dinas Kesehatan Propinsi
Selain itu nomor telepon (0274)6499870, website puskesmas Gamping I, kotak saran di ruang tunggu pasie
SMS Gateway, whatsapp group, e-mail tersedia untuk menerima keluhan dari masyarakat sehubungan de
pelayanan puskesmas santun lansia terpadu. Nomer Telepon, e-mail dan SMS Gateway ini digunakan
memudahkan akses dan meningkatkan daya tanggap pemerintah terhadap kebutuhan perawatan kese
masyarakat. Misalnya, lansia dan atau keluarganya telah menggunakan media komunikasi ini untuk me
pelayanan darurat seperti ambulance atau bantuan paramedis untuk kunjungan rumah.
Uraikan masalah utama yang dihadapi selama pelaksanaan inovasi pelayanan publik ini
beserta cara penanggulangan dan penyelesaiannya
1. Stigma masyarakat, bahwa penyakit lansia tidak bisa disembuhkan dan lansia itu tidak
bisa mandiri dan produktif.
2. Pandangan keluarga lansia bahwa lansia cukup beraktifitas di rumah saja, tidak perlu
memeriksakan kesehatan secara rutin,
3. Tidak adanya pendamping Lansia di rumah karena anaknya sibuk bekerja, sehingga
terganggunya aktivitas kehidupan sosial menyebabkan problem kesehatan masyarakat
dan tingginya biaya yang harus ditanggung oleh keluarga, masyarakat, pemerintah
untuk menanggulangi masalah ini dalam jangka waktu panjang.
4. Kendala bahasa dan budaya lokal dimana masyarakat lansia menggunakan bahasa
jawa yang terkadang membuat kesulitan komunikasi dengan petugas puskesmas yang
bukan suku Jawa
MANFAAT
Uraikan dampak dari inovasi pelayanan publik ini, berikan beberapa pembuktian /data yang
menunjukkan dampak/manfaat dari inovasi pelayanan publik ini
Manfaat Utama
Karena lansia tidak perlu lagi mengantri panjang, dilayani dengan petugas terlatih, sopan,
santun, cepat dan ramah, merasa nyaman dengan ruang tunggu maupun periksa tersendiri
yang terpadu dalam pelayanan ‘one stop service’, maka jumlah pasien lansia yang berkunjung
ke Puskesmas semakin meningkat.
Pelayanan secara khusus dengan fasilitas dan perlakuan yang lebih santun dan peduli
mengakibatkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas juga semakin
tinggi.
3. Pembuatan alur pelayanan one stop service yang memangkas antrian panjang dan
membuat waktu pelayanan kesehatan lansia lebih efektif dan efisien. Sehingga membuat
lansia senang dan puas melaksanakan pemeriksaan kesehatan di puskesmas.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa dengan memiliki kualitas hidup yang baik
di usia lanjut, maka para lansia dapat menghadapi dan menjalani usia lanjut dengan penuh
kebahagiaan
uraikan perbedaan sebelum dan sesudah inovasi pelayanan publik ini dilakukan
1. Antrian pasien masih jadi satu,waktu tunggu sangat lama yang sering membuat pasien
dan keluarga sering marah-marah dan tidak sabar
2. Belum adanya fasilitas khusus untuk lansia : kamar mandi, ruang tunggu, ruang periksa,
tripot,walker, pegangan/pengaman
3. Pelayanan Ruang periksa Dokter yang bersama dengan pasien lainna sehingga
menyebabkan lamanya waktu tunggu karena antrian panjang.
4. Tidak ada fasilitas penunjang khusus lansia. Sehingga kesulitan berjalan dan
menimbulkan resiko cedera di ruang tunggu dan kamar mandi
5. Tidak disediakan informasi kesehatan khusus lansia di ruang tunggu dan periksa.
6. Tidak melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap lansia penderita penyakit kronis seperti
Diabetes dan Hipertensi sehingga menyebabkan penurunan kualitas kesehatan.
7. Tidak dibuat standart pelayanan sehingga petugas puskesmas belum standar dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan
8. Komunikasi dan konsultasi hanya dilaksanakan di puskesmas selama jam kerja pegawai
saja, pukul 7.30 s/d 14.30.
1. Pelaksanaan senam bersama belum diadakan senam khusus lansia sehinga gerakan
senam terkadang membuat cedera.
2. Belum diselenggarakan senam vitalisasi otak untuk mencegah kepikunan.
3. Pelaksanaan Pos Pelayanan Terpadu masih sebatas pada balita. Sudah terbentuk
Posyandu Lansia, terbatas hanya di beberapa dusun.
4. Tidak melaksanakan kunjungan rumah dengan tim terpadu, sehingga terhambatnya akses
bagi lansia yang kesulitan secara fisik.
5. Ditemukan beberapa kasus lansia yang tersesat di jalan, lupa jalan pulang ke rumah
karena sudah mengalami kepikunan.
6. Penyuluhan kesehatan lansia belum dilaksanakan secara rutin.
7. Kurangnya perhatian dan penghargaan keberadaan lansia
8. Belum adanya lansia yang dilakukan screening gangguan intelegensia.
13. Pasien lansia yang berkunjung ke Puskesmas Gamping 1 bukan hanya masyarakat
wilayah kerja saja, tetapi banyak yang berasal dari luar wilayah kerja dengan alasan
pelayanan lansia diutamakan dan tidak perlu antri lama.
Daftar dokumen pendukung
Cover_Inovasi_Tua_Keladi_Puskesmas_Gamping_I.pdf Cover
Foto_sesudah_inovasi_Pusk_Gamping_I.pdf Sesudah
Daftar dokumen pendukung
Foto_sebelum_inovasi_Puskesmas_Gamping_I.pdf Sebelum
PEMBELAJARAN
Uraikan pengalaman umum yang diperoleh dalam melaksanakan inovasi pelayanan publik ini,
pembelajarannya, dan rekomendasi untuk masa depan
Pembelajaran
Inovasi ini berhasil berkat adanya komitmen dari pemerintah lokal dan tokoh masyarakat. Tanpa
kerjasama dari mereka, inovasi Puskesmas Gamping I yang didukung penuh oleh Dinas
Kesehatan ini tidak akan diterima oleh masyarakat atau perubahan perilaku tidak akan terjadi
begitu cepat. Pendekatan yang menekan partisipasi public untuk meningkatkan rasa memiliki
dan akuntabilitas atas hasil bukti sangat diperlukan.
Pembelajaran yang dipetik dari TUA KELADI (Santun Lansia, Kesehatannya Layak
Diperhatikan) :
1. Partisipasi publik.
Komitmen dan kerjasama yang kuat dari para pemangku kepentingan yaitu jajaran pegawai
puskesmas, Dinas Kesehatan, relawan kesehatan, dukuh, kepala desa, camat, tokoh
masyarakat, dan partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan
pelayanan santun lansia terpadu ini.
Komunikasi yang terbuka petugas dengan masyarakat dalam kunjungan ke setiap bulan dan
penggunaan teknologi informasi berupa nomor telepon, website, SMS Gateway, e counseling
yang bisa di akses 24 jam/hari membantu komunikasi dalam menyelesaikan kendala yang
timbul.
3. Penerapan Zona Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani.
Program ini yang dilaksanakan sejak tahun 2015 sangat mempengaruhi komitmen dan
kinerjapegawai di Puskesmas Gamping I dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pegawai terpacu melakukan perbaikan terus menerus, inovasi demi terwujudnya kepuasan
pelanggan. Penandatangan pakta integritas, serta menanamkan nilai pelaksanaan pelayanan
publik yang bersih dan melayani dengan hati, merupakan pendorong yang besar bagi
keberhasilan program ini.
4. Perubahan stigma masyarakat tentang masyarakat usia lanjut yang sudah lama tidak
mudah dan membutuhkan strategi dan pendekatan sesuai adat istiadat dan budaya lokal.
Peningkatan Usia Harapan Hidup yang bisa menimbulkan masalah penyakit degeneratif dan
menurunnya fungsi otak dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup sehat dengan
terlibat aktif pada pelayanan santun lansia terpadu ini dapat membuat lansia menjalani masa
tuanya dengan bahagia.
Uraikan bagaimana inovasi pelayanan publik ini sedang dilanjutkan, jelaskan apakah inovasi ini
sedang direplikasi (transfer of knowledge) atau didiseminasi untuk seluruh pelayanan publik di
tingkat instansi, daerah, nasional dan/atau internasional, dan jelaskan bagaimana inovasi
pelayanan publik ini dapat direplikasi
1. Bupati Sleman yang memberikan perhatian kepada para lansia dengan melalui
beberapa program antara lain: penanganan kesehatan lansia, pembinaan kelompok
/Posyandu usia lanjut, pelatihan kader usia lanjut di bidang kesehatan, pembinaan
senam bugar usia lanjut serta pendampingan kelompok Usaha Ekonomi Produktif Lanjut
Usia (USEP Lanjut Usia)
2. Kepala Dinas Kesehatan menetapkan Surat Keputusan Nomor 188/32b/2014 yang
mengatur bahwa seluruh puskesmas di Kabupaten Sleman memperhatikan kelompok
rentan khususnya lansia saat menyelenggarakan pelayanan publik, dan menerapkan
puskesmas santun lansia.
Peluang Replikasi : Inovasi Tua Keladi ini mendapat perhatian serius baik dari Propinsi DIY
dan dari pemerintah pusat, khususnya dari Kementerian Kesehatan dan Perguruan Tinggi
Negeri. Puskesmas Gamping I di menjadi tempat praktek lapangan “Peningkatan Kemampuan
Teknik Surveior Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama” bulan februari tahun 2016 oleh
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan. Surveior saat kunjungan langsung melihat pelaksanaan pelayanan
Lansia Terpadu di dalam gedung Puskesmas dan mengunjungi pelaksanaan pelayanan
Posyandu Lansia di rumah penduduk. Surveior memberikan apresiasi yang positif dan
mengharapkan seluruh Puskesmas di Indonesia bisa melaksanakan kegiatan inovasi ini.
Lebih dari 20 Puskesmas dan Dinas Kesehatan dari seluruh Indonesia melaksanakan study
banding ke Puskesmas Gamping I. Tahun 2014 Puskesmas Gamping I mendapat prestasi
peringkat I Penilaian Kinerja Penyelenggara Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bentuk kegiatan ini sangat mudah untuk direplikasi dan dilaksanakan di Puskesmas lain,
selama komitmen pegawai, dukungan sumber daya manusia, anggaran, sarana prasarana,
kerjasama instansi lintas sektor dan partisipasi masyarakat tersedia.