Anda di halaman 1dari 53

MATERI KOMPETENSI TEKNIS

RANGKUMAN MATERI

KISI-KISI BIDANG KEPERAWATAN CASN 2021

Perawat Ahli Pertama (S-1 Ners)

Kemampuan Umum

Komunikasi terapeutik dan komunikasi dengan klien


1. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah proses interaksi tatap muka yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan mental pasien. Metode ini umumnya dilakukan oleh perawat untuk memberikan
dukungan dan informasi kepada para pasiennya. Komunikasi terapeutik terdiri dari sejumlah teknik untuk
membantu para perawat dalam berkomunikasi dengan pasien.

2. Tujuan komunikasi terapeutik

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik, seorang perawat idealnya dapat lebih mudah
memahami dan berempati kepada pasien. Berikut adalah tujuan penggunaan komunikasi terapeutik.

➢ Membangun hubungan terapeutik perawat dan pasien.


➢ Mengidentifikasi kekhawatiran yang menjadi perhatian utama pasien.
➢ Menilai persepsi pasien ketika ada masalah terkait dengan kondisinya, termasuk persepsi pasien
mengenai tindakan dari orang-orang yang terlibat, serta bagaimana perasaan pasien tentang situasi,
orang lain, dan dirinya sendiri dalam kondisi tersebut.
➢ Memfasilitasi luapan emosional dari pasien.
➢ Mengajari pasien dan orang-orang terdekatnya (keluarga) tentang keterampilan perawatan diri yang
diperlukan.
➢ Mengenali kebutuhan pasien.
➢ Menerapkan intervensi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien.
➢ Membimbing pasien dalam mengidentifikasi rencana tindakan untuk menghasilkan resolusi yang
memuaskan dan dapat diterima secara sosial.

Teknik komunikasi terapeutik yang dipilih perawat bergantung pada tujuan dilakukannya komunikasi dan
kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara verbal. Perawat dapat memilih teknik yang mampu
memfasilitasi interaksi antara keduanya.
1) Penerimaan

Penting untuk membuat pasien merasa didengarkan untuk mempermudah menerima perawatan. Perlu
diingat bahwa penerimaan tidak selalu sama dengan kesepakatan. Bentuk penerimaan bisa dengan
melakukan kontak mata dan berkata, “ya, saya paham maksud Anda.”
2) Diam atau hening
Keheningan dapat memberikan waktu dan ruang bagi pasien untuk mengutarakan pikiran dan perasaan
ke dalam kalimat.

3) Menawarkan diri

Menyediakan waktu dan perhatian untuk menemani pasien tanpa diminta. Hal ini dapat
membantu meningkatkan suasana hati pasien.

4) Memberi penghargaan

Memberi penghargaan tanpa memberi pujian berlebihan. Misalnya dengan mengatakan, “Saya
perhatikan Anda selalu semangat menjalani terapi.” Hal ini akan mendorong pasien tetap melakukan
tindakan tanpa memerlukan pujian.

5) Aktif mendengarkan

Perawat yang aktif mendengarkan akan menunjukkan minat dan memberikan reaksi secara verbal atau
nonverbal yang dapat mendorong pasien membuka dirinya. Pasien dapat merasakan bahwa perawat
tertarik, mendengarkan, dan memahami pembicaraannya.

6) Membuka komunikasi

Mengawali percakapan dengan topik terbuka seperti, “Apa yang sedang Anda pikirkan?” teknik
komunikasi terapeutik ini akan memberikan kesempatan bagi pasien untuk memilih topik pembicaraan.

7) Meminta pasien mengurutkan peristiwa sesuai waktu

Bertanya mengenai urutan-urutan waktu atas peristiwa yang diceritakan, dapat membantu perawat lebih
memahami cerita lebih jelas. Selain itu, teknik ini juga membantu pasien mengingat sesuatu yang sempat
dilupakan.

8) Mengulang (restarting/repeating)

Meminta klarifikasi pasien saat mereka mengatakan sesuatu yang membingungkan atau ambigu untuk
menghindari kesalahpahaman.

9) Melakukan pengamatan

Pengamatan terhadap pasien dapat membantu mengidentifikasi masalah yang tidakdisadari sebelumnya.
Misalnya, saat pasien mengalami perubahan selera makan, bisa jadi mengarah pada penemuan gejala
baru.

10) Konfrontasi

Teknik konfrontasi pada komunikasi terapeutik dapat dilakukan setelah perawat mampu membangun
kepercayaan dengan pasien.Ini adalah tindakan verbal dari perawat yang menunjukkan ketidaksesuaian
antara perkataan dan tindakan pasien. Jika digunakan dengan benar, hal ini dapat membantu pasien
menghentikan rutinitas yang merusak dan memahami situasi mereka sendiri.

11) Mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangannya

Minta pasien untuk menjelaskan pandangannya. Teknik komunikasi terapeutik ini dapat membantu
perawat memahami perspektif pasien.

12) Membuat ringkasan

Perawat dapat membuat ringkasan di akhir percakapan sehingga pasien mengetahui bahwa perawat
mendengar dan menyimak pembicaraan. Teknik komunikasi terapeutik ini memungkinkan pasien untuk
memberikan koreksi jika perawat membuat kesimpulan yang salah.

13) Merefleksikan

Refleksi mendorong pasien untuk mengenali dan menerima perasaannya sendiri. Misalnya saat pasien
bertanya, “Apakah saya harus membicarakannya dengan dokter?” Perawat dapat merespons dengan,
“Menurut Anda, apakah Anda harus membicarakannya dengan dokter?”

14) Memberikan harapan dan humor

Memberikan harapan kepada pasien bahwa mereka dapat melalui situasi yang tengah dijalani dan
meringankan suasana dengan humor dapat membantu perawat membangun hubungan yang baik
dengan pasien. Kedua hal ini dapat membuat pikiran pasien lebih positif.

15) Mendorong pasien untuk melakukan perbandingan

Perawat dapat mendorong pasien untuk melakukan perbandingan dari beberapa pengalaman
sebelumnya. Hal ini dapat membantu pasien menemukan solusi untuk masalah mereka.

16) Mengungkapkan keraguan

Mengekspresikan ketidakpastian tentang kenyataan dalam persepsi pasien. Dengan mengungkapkan


keraguan, perawat dapat memaksa pasien untuk memeriksa asumsi mereka.

17) Fokus

Perhatikan isi percakapan dengan pasien dengan fokus. Bisa saja pasien memberikan suatu pernyataan
penting yang perlu didiskusikan lebih lanjut.
Selain itu, komunikasi terapeutik juga melibatkan komunikasi nonverbal, yaitu perilaku yang ditunjukkan
seseorang saat menyampaikan komunikasi verbal. Contoh dari komunikasi nonverbal, yakni ekspresi
wajah, bahasa tubuh, isyarat vokal, dan kontak mata.

Support kepatuhan dan fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada
dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari (Stuart, 2005), seperti kehilangan harta,
kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan. Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu
respons emosional normal dan merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu
harus diberikan kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka,
sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian
dari proses kehidupan.

Aspek penting dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa pasien memiliki kekuatan dan
keyakinan spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk
membantu pasien menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit atau menghadapi
kematian dengan tenang.

1. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah memberi kesempatan
pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara berikut.

 Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.

 Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan kehilangan pasien secara
emosional.

 Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum dan menghakimi.

 Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada individu yang mengalami kehilangan.

 Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk bahu, dan merangkul.

 Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas, dan singkat.

 Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.

2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan memberikan dorongan dan
memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan marahnya secara verbal tanpa melawan
kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi frustasi dan
ketidakberdayaan.

 Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).

 Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.

 Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.

3. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining) adalah membantu pasien
mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan takutnya.

 Amati perilaku pasien.

 Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.

 Tingkatkan harga diri pasien.

 Cegah tindakan merusak diri.


4. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi tingkat depresi, risiko
merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah.

 Observasi perilaku pasien.

 Diskusikan perasaan pasien.

 Cegah tindakan merusak diri.

 Hargai perasaan pasien.

 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.

 Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.

 Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.

5. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance) adalah membantu pasien
menerima kehilangan yang tidak dapat dihindari dengan cara berikut.

 Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.

 Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.

Konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter


Perawat dan dokter menyadari bahwa kolaborasi merupakan proses interpersonal di mana dua
orang atau lebih membuat suatu komitmen untuk berinteraksi secara konstruktif untuk menyelesaikan
masalah klien dan mencapai tujuan, target atau hasil yang ditetapkan.

Kemampuan sukarelawan dalam masalah kesehatan masyarakat


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Evaluasi tindakan keperawatan pada individu


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Pendokumentasian tindakan keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang dituliskan dalam format yang telah
disediakan dan harus disertai dengan pemberian “tanda tangan” dan nama perawat serta harus menyatu
dengan status / rekam medik pasien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, setiap
langkah dari proses keperawatan memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian,
penentuan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan harus
didokumentasikan

Petunjuk yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian implementasi antara lain:

1. Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila tulisan tidak jelas.Bila salah tidak boleh
di tipp ex tetapi dicoret saja, dan ditulis kembali diatasatau disamping.
2. Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan

3. Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping untuk mengisitempat yang tidak
digunakan.

4. Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan guna menghindari kelupaan


(lupa).

5. Gunakan kata kerja aktif, untuk menjelaskan apa yang dikerjakan.

6. Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.

7. Dokumentasikan aspek keamanan, kenyamanan dan pengawasan infeksi terhadapklien. Juga


tindakan-tindakan invasive harus dicatat.

8. Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan bagian daritindakan keperawatan.

9. Dokumentasikan persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan tindakan invasifyang mempunyai
resiko tambahan.

10. Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan kesehatan yangdiberikan.

11. Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua kalimat harus ditulis,tetapi kata-kata
kunci dan simbol-simbol / lambang-lambang sudah baku/lazimdapat digunakan.

12. Spesifik hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu tuliskan ungkapanklien untuk
memperjelas maksud.

Kemampuan Khusus

Pengkajian keperawatan dasar dan lanjutan


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Kajian keperawatan dasar pada masyarakat


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Konsultasi data keperawatan


Berikut penjelasan empat tahap kegiatan dalam pengkajian keperawatan:

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan
klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien
masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (re-assessment).
1. Karakteristik Data

➢ Lengkap : Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang
terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien
tidak mau makan — kaji secara mendalam kenapa klien tidak mau makan (tidak cocok makanannya,
kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain)
➢ Akurat dan nyata : Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan
nyata untuk membuktikan benar-tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui
pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Perawat tidak
boleh langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan.
Perawat tidak boleh langsung menuliskan : “klien tidak mau makan karena depresi berat“. Diperlukan
penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang
ditemukan pada saat pengkajian.
➢ Relevan : Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang harus
dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.

2. Informasi Yang Diperlukan

➢ Segala sesuatu tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial & spiritual


➢ Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari
➢ Masalah kesehatan dan keperawatan yang mengganggu kemampuan klien
➢ Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakuan
terhadap klien

3. Sumber Data

➢ Sumber data Primer: Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang
dapat memberikan informasi yang lengap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapinya.
➢ Sumber data Sekunder : Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang
terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat
dengan klien
➢ Sumber data lainnya : Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan riwayat
penyakit dan perawatan klien di masa lalu.

Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah :

➢ Klien sendiri sebagai sumber data utama (primer)


➢ Orang terdekat
➢ Catatan klien
➢ Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan)
➢ Konsultasi
➢ Hasil pemeriksaan diagnostik
➢ Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
➢ Perawat lain
➢ Kepustakaan
4. Jenis Data

➢ Data Objektif : Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui (berlaku), seperti : warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat
kesadaran, dll. Data-data tersebut diperoleh melalui `senses` : Sight, smell, hearing, touch dan taste.
➢ Data Subjektif : Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien,
misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dll.

5. Cara Pengumpulan Data

Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau
klasifikasi data berdasarkan indentitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis,
sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya. Cara yang biasa
digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain : wawancara (interview), pengamatan
(observasi), pemeriksaan fisik (pshysical assessment) dan studi dokumentasi.

Diagnosis keperawatan, prioritas diagnosis keperawatan dan masalah keperawatan


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Rencana tindakan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Intervensi keperawatan spesifik yang kompleks


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Perawatan luka
1. Pengertian

Perawatan luka adalah tindakan merawat luka (Membersihkan luka, mengobati luka dan menutup
kembali luka dengan tekhnik steril) dengan upaya untuk mencegah infeksi, membunuh atau
menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.

Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka antara lain dengan cara, makan makanan
bergizi, mengikuti terapi dokter, minum obat secara teratur. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat
luka. Berhenti merokok atau minum alkohol serta hindari Stress. Lakukanlah cara merawat luka dengan
benar.

Makanan yang bergizi yaitu makanan sumber protein dan vitaminC. Makanan sumber protein
terdiri dari Hewani dan nabati. Makanan sumber protein hewani seperti ikan , ayam, ikan , telur dan lain-
lain. Makanan sumber protein nabati seperti tahu, tempe, kacang-kacangan dan hasil olahannya.
Sedangkan makanan sumber vitamin C seperti Jeruk, jambu biji , tomat.
2. Tujuan Perawatan Luka

➢ Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.

➢ Memberi pengobatan pada luka.

➢ Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.

➢ Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka.

3. Standart Perawatan Luka 3 M

1) Mencuci luka

➢ Tujuan : menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan lama dan hasil autulisis
debriment.
➢ Mempersiapkan luka sebelum dibalut
➢ Psikologis : bersih dan nyaman
➢ Hati-hati terhadap pemakaian antiseptic
➢ Cara memcuci luka : swab, tekanan dan irigasi
➢ Cairan yang tepat : air & sabun/normal salin/air hangat, PHMB

2) Membuang jaringan mati

TIME

T : Tissue Manajemen Menghilangakan jaringan mati dan benda asing

Tahap Autolytic : moisture balance

1. Mechanical àkasa basah kering, hydroterapi, swab

2. Chemical à hydrogen peroxide, iodine cadexomer

3. Biological àmaggot

I : Inflammation & Infection Control

• Cairan pencuci
• dressing yang tepat
• sistemik therapy

M : Moiture Balance

– Pertahankan lembab yang seimbang

– Manajemen : dressing yang tepat, luka kering dan luka basah


– Kompresi

E : Epithelial Edge Advancement

– Tepi luka yang baik

– Manajemen : pencucian adekuat, penipisan tepi luka, moisture balance dressing

3. Memilih topical therapy

Memilih dressing (primary dressing)

Foam à Zink Cream àHydro Fobic & Silver àHydro Coloid àCalcium Alginate àHydro Gel

Secondary Dressing

➢ Gauze/Kassa
➢ Orthopedic Wool
➢ Cohesive Bandage
➢ Stokinet
➢ Crepe Bandage

4. Alat dan bahan Perawatan Luka

1. Pinset anatomis

2. Pinset chirurgis

3. Gunting debridemand / gunting jaringan.

4. Kassa steril.

5. Kom kecil 2 buah.

6. Peralatan lain terdiri dari :

➢ Sarung tangan.

➢ Gunting plester.

➢ Plester.

➢ Desinfektan (Bethadin).

➢ Cairan NaCl 0,9%

➢ Bengkok

➢ Perlak / pengalas.

➢ Verband.

7. Obat luka sesuai kebutuhan.


5. Prosedur Pelaksanaan

Tahap pra interaksi

1. Cek catatan keperawatan

2. Siapkan alat-alat

3. Cuci tangan

Tahap orientasi

Berikan salam, panggil klien dengan namanya.Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien dan keluarga.

Tahap kerja

1. Dekatkan alat-alat dengan klien

2. Menjaga privasy pasien.

3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.

4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.

5. Membuka peralatan.

6. Memakai sarung tangan.

7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan menggunakan pinset bersihkan area sekitar luka
bagian luar sampai bersih dari kotoran. (gunakan teknik memutar searah jarum jam)

8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan menggunakan pinset bersihkan area
luka bagian dalam. (gunakan teknik usapan dari atas ke bawah)

9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah luka bersih dari kotoran.

10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.

11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka.

12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau balautan verband sesuai kebutuhan.

13. Mengatur posisi pasien seperti semula.

14. Alat-alat dibereskan.

15. Buka sarung tangan.


Tahap terminasi

1. Evaluasi hasil tindakan.

2. Dokumentasikan tindakan.

3. Berpamitan.

Rehabilitasi mental spiritual dan hospitalisasi

Spiritual adalah ruh yang merupakan bagian dari manusia itu sendiri yang bersifat keilahian.
Sedangkan mental merupakan unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang akan
menentukan tingkah laku.

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun
demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan dan cemas
bagi anak (Supartini, 2009).

Masalah adaptasi dalam hospitalisasi

1. Reaksi anak

Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit dan hospitalisasi karena kondisi ini
merupakan perubahan dari status kesehatan dan rutinitas umum pada anak. Hospitalisasi menciptakan
serangkaian peristiwa traumatik dan penuh kecemasan dalam iklim ketidakpastian bagi anak dan
keluarganya, baik itu merupakan prosedur elektif yang telah direncanakan sebelumnya ataupun akan
situasi darurat yang terjadi akibat trauma.

Selain efek fisiologis masalah kesehatan terdapat juga efek psikologis penyakit dan hospitalisasi
pada anak (Kyle & Carman, 2015), yaitu sebagai berikut:

a. Ansietas dan kekuatan Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah seperti memasuki dunia
asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas dan kekuatan. Ansietas seringkali berasal dari cepatnya
awalan penyakit dan cedera, terutama anak memiliki pengalaman terbatas terkait dengan penyakit dan
cidera.

b. Ansietas perpisahan Ansietas terhadap perpisahan merupakan kecemasan utama anak di usia
tertentu. Kondisi ini terjadi pada usia sekitar 8 bulan dan berakhir pada usia 3 tahun (American Academy
of Pediatrics, 2010).

c. Kehilangan control Ketika dihospitalisasi, anak mengalami kehilangan kontrol secara 17 signifikan.

2. Reaksi orang tua


Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan hospitalisasi anak dengan reaksi yang
luar biasa. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya, terutama jika penyakit tersebut
muncul tiba-tiba dan serius. Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang banyak diungkapkan
oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur medis
yang digunakan. Sering kali kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang
terjadi pada anak (Wong, 2009).

3. Reaksi saudara kandung (sibling)

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah kesiapan,
ketakutan, khawatiran, marah, cemburu, benci, iri dan merasa bersalah. Orang tua sering kali
memberikan perhatian yang lebih pada anak yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal
tersebut menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat dan merasa ditolak (Nursalam, 2013).

4. Perubahan peran keluarga

Selain dampak perpisahan terhadap peran keluarga, kehilangan peran orang tua dan sibling. Hal
ini dapat mempengaruhi setiap anggota keluarga dengan cara yang berbeda. Salah satu reaksi orang tua
yang paling banyak adalah perhatian khusus dan intensif terhadap anak yang sedang sakit (Wong,
2009).

Case finding

Case Finding (pencarian kasus), digunakan untuk mengatasi wabah atau deteksi dini penemuan
kasus baru pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif
Tujuan case finding adalah menemukan sumber penularan dan atau mencari ada atau tidak ada
penderita baru di masyarakat. Proses penemuan penderita (case finding) tidaklah sesederhana
sebagaimana kelihatannya. Melalui berbagai tahapan harus dijalani sampai ditemukannya satu orang
penderita, mulai dari jenis gejala yang timbul sampai ke mana penderita pergi berobat untuk mengatasi
gejala tersebut.

Pembagian Case Finding


1. Active Case Finding

Cara kerja case finding adalah digunakan bila dengan metode sensus dan survei mengalami
kesulitan dan data hanya masalah kesehatan tertentu, pada Active Case Finding hanya mencari yang
dicuriga sakit. Program active case finding adalah cara menjaring penderita dengan melibatkan peran
kader masyarakat yaitu kader Posyandu. Kelebihan dari active case finding adalah dapat menemukan
secara tepat dan cepat penderita disuatu masyarakat yang enggan berobat. Pada pencarian kasus aktif,
cara kerja yang ditempuh pada dasarnya sama dengan penyaringan (screening). Bedanya, kelompok
masyarakat yang dituju pada case finding ialah mereka yang dicurigai terkena penyakit. Pada pencarian
kasus aktif ini, petugas kesehatan mendatangi daerah yang terkena wabah untuk mencari sumber
penularan atau kasus baru. Pencarian kasus secara aktif ini ada dua macam :

➢ Backward tracing (telusur kebelakang)


Tujuan utamanya adalah mencari sumber penularan. disini dikumpulkan data tentang orang –
orang yang pernah berhubungan dengan penderita sebelum penderita tersebut jatuh sakit. Dengan
memanfaatkan pengetahuan tentang reservoir penyakit, masa inkubasi penyakit, cara penularan
penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit serta gejala – gejala khas penyakit yang sedang mewabah,
dapat ditentukan sumber penularan penyakit tersebut.

➢ Forward tracing (telusur ke depan)


Tujuan utamanya mencari kasus baru. Disini dikulpulkan data tentang orang – orang yang pernah
berhubungan dengan penderita setelah penderita tersebut terserang penyakit. Dengan memanfaatkan
pengetahuan tentang masa inkubasi penyakit, cara penularan penyakit, riwayat alamiah perjalanan
penyakit serta gejala – gejala khas penyakit yang sedang mewabah, dapat ditemukan kasus – kasus
baru penyakit tersebut.

2. Pasive Case Finding

Pada pencarian kasus yang pasif, pengumpulan data tentang masalah kesehatan tidak dilakukan
secara aktif, melainkan hanya menunggu penderita yang dating berobat kesatu fasilitas kesehatan saja.
Pencarian data hanya mengandalkan laporan yang ada.

Contoh : Penjaringan tersangka TB paru dilaksanakan hanya pada penderita yang berkunjung ke unit
pelayanan kesehatan terutama Puskesmas sehingga penderita yang tidak datang masih menjadi sumber
penularan yang potensial.

Pendidikan kesehatan pada individu, kelompok dan masyarakat


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Tindakan keperawatan gawat darurat/bencana/kritikal


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Terapi komplementer/holistic

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrewset
al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapimodalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).

Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam
sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori
dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau
budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM.

Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun


rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi
nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur akan
meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer,
sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk strategi
stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999). Pengobatan dengan menggunakan terapi
komplementer mempunyai manfaat selain dapatmeningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga
lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit
kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi
modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah
menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin, 2007). Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi
komplementer ataupun yang masih tradisional mulai meningkat.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di
berbagai tempat. Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak
dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional ChineseMedicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder & Lindquis,
2002). Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik keperawatan juga
semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat
mempunyai kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik
dalam pelayanan keperawatan.
Jenis – jenis Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik, diet, teknik
relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis
terapi : Chiropractic, Teknik Relaksasi (termasuk bagian dari Hypnomedis), Terapi Masase dan
Akupunktur.Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi 5,
yaitu :
-Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
-Mind-body techniques : meditasi, hypnomedis
-Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
-Energy therapies : terapi medan magnet
-Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai
berikut :

1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya
adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah
satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.

2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan
yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer),
lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal
terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu
herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektifitasnya.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :


1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan
spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi,
ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik

Intervensi pembedahan tahap pre/intra/post operasi

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman


fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah
gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif
(Hipkabi, 2014)

1. Fase pre operasi

Fase pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai ketika
pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
untuk dilakukan tindakan operasi. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pre
operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan pada saat operasi. Persiapan operasi
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan
persiapan fisiologi (khusus pasien).

1) Persiapan Psikologi

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi dari
keluarga. Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk mengurangi kecemasan
pasien. Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan),
alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke ruang operasi, ruang pemulihan, kemungkinan
pengobatanpengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk, latihan kaki, mobilitas dan
membantu kenyamanan.

2) Persiapan Fisiologi

a) Diet (puasa),

pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4
jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada operasai dengan anaesthesi lokal /spinal
anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Tujuannya supaya tidak aspirasi pada saat pembedahan,
mengotori meja operasi dan mengganggu jalannya operasi.

b) Persiapan Perut,

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis
daerah periferal. Tujuannya mencegah cidera kolon, mencegah konstipasi dan mencegah infeksi.

c) Persiapan Kulit : Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut

d) Hasil Pemeriksaan : hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

e) Persetujuan Operasi/Informed Consent/Izin tertulis dari pasien/keluarga harus tersedia.


2. Fase Intra operasi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh: memberikan
dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai perawat scrub atau membantu mengatur
posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi karena posisi yang
diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien. Faktor yang
penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah : 1) Letak bagian tubuh yang akan
dioperasi. 2) Umur dan ukuran tubuh pasien. 3) Tipe anaesthesia yang digunakan. 4) Sakit yang mungkin
dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis). Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang
akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi
dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

1) Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah, Scrub Nurse / Perawat
Instrumen

2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi, perawat sirkulasi dan
anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

3. Fase Post operasi

Fase Post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operasi dan intra operasi yang
dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/pasca anaestesi dan berakhir sampai
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek
agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian
berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah. Fase post
operasi meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :

1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room),
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan
vaskuler dan pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat
drain dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang pemulihan pasien
diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku
serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses transportasi ini merupakan
tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang
bertanggung jawab.

2) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi, Setelah selesai
tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau
unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai kondisi pasien stabil, tidak
mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.

Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :

➢ Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)

➢ Ahli anastesi dan ahli bedah

➢ Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

Tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, mobilisasi, istirahat dan tidur,
kebersihan diri serta kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu tubuh
*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Manajemen surveilans Hais


1. Pengertian

Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs) adalah
suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan
interpretasi data kesehatanyang penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik
dan didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan, serta evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

Kegiatan surveilans HAIs merupakan komponen penunjang penting dalam setiap program
pencegahan dan pengendalian infeksi. Informasi yang dihasilkan oleh kegiatan surveilans berguna untuk
mengarahkan strategi program baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap
evaluasi.Dengan kegiatan surveilans yang baik dan benar dapat dibuktikan bahwa program dapat
berjalan lebih efektif dan efisien.

2. Tujuan Surveilans Hais Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

1) Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan kejadian HAIs di fasilitas pelayanan
kesehatan dan faktor risiko yang mempengaruhinya.

2) Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya fenomena abnormal


(penyimpangan) pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian penyimpangan pada hasil pengamatan dan
dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Metode Surveilans.

1) Surveilans Komprehensif (Hospital Wide/Tradisional Surveillance)

Adalah surveilans yang dilakukan di semua area perawatan untuk mengidentifikasi pasien yang
mengalami infeksi selama di rumah sakit.Data dikumpulkan dari catatan medis, catatan keperawatan,
laboratorium dan perawat ruangan.Metode surveilans ini merupakan metode pertama yang dilakukan
oleh Center for Diseases Control(CDC) pada tahun 1970 namun memerlukan banyak waktu, tenaga dan
biaya.
2) Surveilans Target (Targetted Surveillance)

Metode surveilans ini berfokus pada ruangan atau pasien dengan risiko infeksi spesifik seperti ruang
perawatan intensif, ruang perawatan bayi baru lahir, ruang perawatan pasien transplan, ruang perawatan
pasien hemodialisa atau pasien dengan risiko: ISK, Surgical Site Infection (SSI)/IDO, Blood Stream
Infection (BSI)/IAD, Pneumonia (HAP, VAP).

Surveilans target dapat memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya manusia yang
sedikit.

3) Surveilans Periodik (Periodic Surveillance).

Metode Hospital Wide Traditional Surveillance yang dilakukan secara periodik misalnya satu bulan dalam
satu semester. Cara lain dilakukan surveilans pada satu atau beberapa unit dalam periode tertentu
kemudian pindah lagi ke unit lain.

4) Surveilans Prevalensi (Prevalence Surveillance).

Adalah menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu.Aktif infeksi dihitung semua jumlah infeksi
baik yang lama maupun yang baru ketika dilakukan survei.Jumlah aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang
ada pada waktu dilakukan survei. Prevalence Surveillance dapat digunakan pada populasi khusus seperti
infeksi mikroorganisme khusus: Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin
Resistant Enterococci (VRE).

Berdasarkan beberapa metode diatas, yang direkomendasikan adalah Surveilans Target (Targetted
Surveillance) untuk dapat laik laksana karena surveilans target dapat memberikan hasil yang lebih tajam
dan memerlukan sumber daya manusia yang sedikit.

D. Langkah-Langkah Surveilans.

1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Analisis
4. Interpretasi
5. Pelaporan
6. Evaluasi

1) Perencanaan Surveilans.

a) Tahap 1 : Mengkaji populasi pasien


Tentukan populasi pasien yang akan dilakukan survei apakah semua pasien/sekelompok pasien/pasien
yang berisiko tinggi saja.

b) Tahap 2 : Menseleksi hasil/proses surveilans


Lakukan seleksi hasil surveilans dengan pertimbangan kejadian paling sering/dampak biaya/diagnosis
yang paling sering.

c) Tahap 3 : Penggunaan definisi infeksi


Gunakan definisi infeksi yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan, Nosocomial Infection
Surveillance System (NISS)misalnya menggunakan National Health Safety Network (NHSN), Center for
Disease Control (CDC) atau Kementerian Kesehatan.
2) Pengumpulan Data.

Empat tahap mengumpulkan data surveilans :

a) Mengumpulkan data surveilans oleh orang yang kompeten, profesional, berpegalaman, dilakukan oleh
IPCN.

b) Memilih metode surveilans dan sumber data yang tepat.

c) Data yang dikumpulkan dan dilakukan pencatatan meliputi data demografi, faktor risiko, antimikroba
yang digunakan dan hasil kultur resistensi, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik,
tanggal masuk RS.
Tanggal infeksi muncul, lokasi infeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul pertama kali.
Faktor risiko: alat, prosedur, factor lain yang berhubungan dengan IRS, Dataradiology / imaging :X-ray,
CTscan, MRI, dsb.

d) Metode observasi langsung merupakan gold standard.

3) Analisis.

Lima Tahap Penghitungan dan stratifikasi :

a) Incidence rate

Numerator adalah jumlah kejadian infeksi dalam kurun waktu tertentu.


Denominator adalah jumlah hari pemasangan alat dalam kurun waktu tertentu atau jumlah pasien yang
dilakukan tindakan pembedahan dalam kurun waktu tertentu.

b) Menganalisis incidence rateinfeksi

Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah infeksi
rumah sakit yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.

Peningkatan kepatuhan kewaspadaan standard

Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen


melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan
ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua
pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK). Kebersihan tangan merupakan
komponen terpenting dari Kewaspadaan Standar dan merupakan salah satu metode yang paling efektif
dalam mencegah penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Selain
kebersihan tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai harus didahului dengan
penilaian risiko pajanan dan sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan
tubuh.

Untuk mendukung praktik yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan saat memberikan
pelayanan perawatan, semua individu (termasuk pasien dan pengunjung) harus mematuhi program
pencegahan dan pengendalian infeksi di FPK. Pengendalian penyebaran patogen dari sumber yang
infeksius merupakan kunci program pengendalian sumber penularan infeksi. Salah satu langkah
pengendalian sumber penularan infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika batuk yang
dikembangkan saat munculnya severe acute respiratory syndrome (SARS), kini termasuk dalam
Kewaspadaan Standar.

Peningkatan penerapan Kewaspadaan Standar ini di seluruh dunia akan secara signifikan
menurunkan risiko yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan. Peningkatan lingkungan kerja yang
aman sesuai dengan langkah yang dianjurkan dapat menurunkan risiko transmisi. Dibutuhkan kebijakan
dan dukungan pimpinan untuk pengadaan sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan penyuluhan
untuk pasien serta pengunjung. Hal tersebut penting dalam meningkatkan lingkungan kerja yang aman di
tempat pelayanan kesehatan.

✓ Anjuran penting

1) Peningkatan lingkungan kerja yang aman merupakan dasar pencegahan dan pengendalian
penularan patogen pada pelayanan kesehatan.

2) Kewaspadaan Standar harus diterapkan saat merawat semua pasien.

3) Penilaian tingkat risiko sangatlah penting dalam pemilihan APD yang akan dipakai saat melakukan
tindakan.

4) Kebersihan pernapasan dan etika batuk harus dipromosikan kepada semua orang dengan
gejalagejala gangguan pernapasan.

✓ Daftar tilik

Kebijakan kesehatan

1) Meningkatkan lingkungan kerja yang aman

2) Mengembangkan kebijakan yang memfasilitasi pelaksanaan langkah-langkah pencegahan dan


pengendalian infeksi

Kebersihan tangan

1. Jagalah kebersihan tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir (lihat indikasi rinci pada tabel).

2. Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau diduga terpajan organisme
berspora, atau setelah menggunakan toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik
dan air mengalir. Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik berbasis alkohol.

3. Pastikan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.

4. Pastikan tersedia sarana untuk membersihkan tangan (air bersih, sabun, handuk sekali pakai,
antiseptik berbasis alkohol). Utamakan antiseptik berbasis alkohol selalu tersedia di tempat
pelayanan kesehatan.

Alat pelindung diri (APD)

1) Lakukan penilaian risiko terhadap pajanan cairan tubuh atau permukaan terkontaminasi sebelum
melakukan tindakan pelayanan kesehatan. Jadikan ini suatu kebiasaan!
2) Pilih APD berdasarkan penilaian risiko: Sarung tangan bersih, nonsteril, Gaun pelindung tahan air,
bersih, nonsteril, Masker dan pelindung mata atau pelindung wajah.

Kebersihan pernapasan dan etika batuk

1. Pelatihan untuk petugas kesehatan dan penyuluhan kepada pasien dan pengunjung fasilitas
pelayanan kesehatan.

2. Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.

3. Bersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.

4. Jaga jarak terhadap orang dengan gejala gangguan saluran pernafasan akut yang disertai demam.

Investigasi dan deteksi dini

Deteksl dinl KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara
melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan
penyakit tlerpotensi KLB dan perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengelahui secara dini terjadinya
KLB.

Oksigenisasi kompleks

Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar (fisiologis) yang harus segera dipenuhi untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh. Tidak adanya oksigen dapat mengakibatkan penurunan fungsional tubuh bahkan
kematian.

Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :

1. Sistem aliran rendah

Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal
pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih
mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan
kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit. Contoh system aliran rendah ini adalah : (1) kateter nasal,
(2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5)
sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :

a. Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan aliran 1 – 6
L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

- Keuntungan Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman
serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal
lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa
hidung, kateter mudah tersumbat.

b. Kanula nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt
dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.

- Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan
kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
nyaman.

- Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien
bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.

c. Sungkup muka sederhana

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40
– 60%.

- Keuntungan Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol. - Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 L/mnt

- Keuntungan Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir

- Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12


L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi

- Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.

- Kerugian Kantong O2 bisa terlipat.


2. Sistem aliran tinggi

Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun
contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan
alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk
mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara
yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 –
55%.

- Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi
perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi
penumpukan CO2

- Kerugian

Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran
rendah.

Terapi aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang merupakan upaya untuk
memfasilitasi perawat atau psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama. Tujuan untuk
mengetahui pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terhadap penurunan tingkat halusinasi pada
pasien skizofrenia.

Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok agar pasien mampu untuk bersosialisasi, mengetahui konteks
realita, menyalurkan energi, meningkatkan harga diri.

Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan terapi
aktivitas kelompok orientasi realitas (Yosep, 2013).

1. Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi

Sesi 1 : Mengidentifikasi aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemampuan yang
dimiliki selama hidup ( di rumah dan di rumah sakit).

Sesi 2 : Melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah (Keliat & Pawirowiyono,
2014).

2. Terapi Aktivitas kelompok stimulasi sensoris


Sesi 1 : Stimulasi sensori suara: Mendengar musik

Sesi 2 : Stimulasi sensori menggambar

Sesi 3 : Stimulasi sensori menonton TV/Video

3. Terapi Aktivitas Kelompok orientasi realitas

Sesi 1 : Mengenal orang

Sesi 2 : Mengenal tempat

Sesi 3 : Mengenal waktu

4. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terdiri dari tujuh sesi yaitu :

Sesi 1 : memperkenalkan diri

Sesi 2 : kemampuan pasien berkenalan

Sesi 3 : kemampuan pasien bercakap-cakap

Sesi 4 : kemampuan pasien bercakap-cakap topik tertentu

Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

Sesi 6 : kemampuan bekerjasama

Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi (Prabowo, 2014).

Pengorganisasian pelaksanaan pelayanan keperawatan


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Pengelolaan tenaga keperawatan


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Preceptorship dan Mentorship


Preceptorship

1. Pengertian
Preceptor adalah seseorang yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat memberikan
inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu
(trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan traineer pada peran
barunya.

2. Tujuan
Preceptorship memiliki dua tujuan utama, yaitu secara mikro dan makro. Preceptorship secara
mikro bertujuan membantu proses transisi dari pembelajaran ke praktisioner; mengurangi dampak
sebagai “syok realita” dan memfasilitasi individu untuk berkembang dari apa yang dihadapi dari
lingkungan barunya. Sedangkan preceptorship secara makro bertujuan untuk melibatkan pengembangan
perawat di dalam berorganisasi. Preceptorship digunakan sebagai sosialisasi dan orientasi, sehingga
diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan pandangan dan harapan preceptee
akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptor-nya

3. Manfaat
Dalam Program Perseptorships dapat memberikan manfaat baik kepada Perseptor / guru
Perseptee atau murid, para lulusan yang baru, yaitu :

➢ Peningkatan pengalaman perseptee dalam perawatan pasien


➢ Peningkatan diri perseptor dalam memecahkan sebuah kasus.
➢ Peningkatan rasa kepercayaan diri pereptee .
➢ Peningkatan wawasan perseptor dalam memberikan bimbingan .

4. Kriteria Preceptor

Tidak semua individu atau medio dapat memiliki kriteria yang sama sebagai preceptor. Preceptor
adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal 12 tahun di bidang yang sama atau
bidang yang masih berhubungan. Keterampilan komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat
keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan profesional merupakan hal terpenting dalam
Preceptorship. Secara garis besar kriteria Preceptor yang berkualitas adalah :

➢ Berjiwa kepemimpinan
➢ Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik
➢ Mempunyai kemampuan membuat keputusan
➢ Mendukung perkembangan profesional.
➢ Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam penerapan model
Preceptorship.
➢ Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif.
➢ Fleksibilitas untuk berubah.
➢ Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu

5. Komponen Preceptorship

Program preceptorship terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :

➢ Orientasi ke tatanan klinis


➢ Dukungan dan supervisi di bidang klinis
➢ Pengembangan lebih lanjut dari keterampilan yang berkaitan dengan tatanan klinis .
6. Tahap-Tahap Preceptorship

Awal Wawancara

➢ Menjelaskan hasil yang ingin dicapai dalam bimbingan


➢ Menjelaskan dukungan dan mekanisme bimbingan,
➢ Mengidentifikasi aktivitas dan cara belajar yang akan proses bimbingan .

Wawancara Intermediate

➢ Dengan preceptee dan perseptor menentukan : Tinjauan bimbingan dan bukti terdokumentasi
➢ Topik disusi yang intensif
➢ Dokumen bukti belajar yang sesuai

Akhir Wawancara

➢ Mengevaluasi hasil bimbingan


➢ Rencana tahap selanjutnya dari pengembangan profesional
➢ Perseptor memberi feed back atau masukan serta evaluasi selama interaksi
➢ Mengkaji respons perseptee selama proses bimbingan
➢ Gunakan siklus reflektif untuk belajar dari pengalaman

7. Langkah-Langkah Preceptorships

Persiapan Awal Wawancara

➢ Mencari tahu tentang kebutuhan perseptee dalam bimbingan


➢ Membantu perseptee menentukan tujuan bimbingan yang ingin dicapai, menanyakan kepada
perseptee tentang tugas yang dibebankan
➢ Memperkenalkan tentang sikap perseptor dan kesempatan bimbingan
➢ Menjajaki psikologis perseptee tentang kesiapan bimbingan
➢ Memberi dukungan perseptee untuk self - assesment setiap tahap bimbingan

Tahap Pelaksanaan Wawancara Lanjutan

➢ Hal yang perlu dilakukan oleh Perseptor adalah :


➢ Mendukung perseptee untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri, Mengklarifikasi
setiap ide yang ditentukan oleh perseptee,
➢ Memberikan saran perseptee untuk perbaikan,
➢ Mencatat point – point penting yang disampaikan oleh perseptee,
➢ Melihat kembali perkembangan perseptee setelah wawancara,
➢ Mendorong perseptee untuk menjawab pertanyaan perseptor

Tahap Evaluasi Wawancara Akhir

➢ Hal yang perlu dilakukan Perseptor adalah :


➢ Menanyakan kepada perseptee kesiapan dalam menerapkan hasil wawancara,
➢ Mendiskusikan dengan perseptee hal- hal yang dianggap penting,
➢ Menilai kemajuan dan kemampuan perseptee dalam proses wawancara tentang topik yang sudah
disepakati.

Mentorship

1. Pengertian

Mentoring adalah sebuah proses dari rangkaian pembentukan karakter manusia, dari mentoring
akan dihasilkan berbagai hal dan yang terpenting adalah ketangguhan karakter. Mentoring adalah
perilakuperilaku atau proses yang dipolakan dimana seseorang bertindak sebagai penasehat kepada
orang lain. Mentoring merupakan salah satu sarana yang didalamya terdapat proses belajar. Orientasi
dari mentoring itu adalah pembentukan karakter dan kepribadian seseorang sebagai mentee (peserta
mentoring) karena adanya seseorang mentor dalam suatu wadah atau organisasi. Seorang mentor
biasanya adalah seorang yang lebih tua dan selalu lebih berpengalaman, yang membantu dan memandu
pengembangan individu yang lain. Bimbingan seorang mentor ini tidak dilaksanakan karena adanya
maksud untuk keuntungan pribadi.

Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor mampu membuat
menti (peserta mentorship) yang tadinya tergantung menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan
belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena praktek
keperawatan dimana hal ini diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran
diri yang merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah.

Secara individu kegiatan mentoring tidak hanya focus pada bagaimana memberi nasehat, tapi
juga pada kemauan mendengarkan nasehat. Saling nasehat menasehati ini diterapkan dalam kegiatan
mentoring sehingga tercipta suasana saling belajar yang akan memberikan perubahan ke titik yang lebih
baik. Dari tidak tahu menjadi tahu bahkan masing-masing menjadi ahli dan lebih berpengalaman.
Perasaan yang mengerti dengan tujuan dan adanya kemampuan yang bersifat penuh arti antara mentor
dan mentee adalah kunci kepada sukses organisasi dan pribadi. Mentoring bisa merupakan suatu alat
efektif tentang adanya kebangkitan yang penuh arti, yang menghasilkan motivasi tinggi dan tujuan
organisasi

2. Tipe Mentoring

Terdapat dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :

➢ Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan, pengajaran, pelatihan dan
konseling.

➢ Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program-program terstruktur dimana mentor dan mentee
memilah dan memadukan kegiatan mentoring melalui prosesproses yang bersifat formal.

3. Tahap-tahap mentoring

Menurut Dalton / Thompson Career Development model, terdapat empat tahapan dalam pendekatan
mentoring yaitu :
➢ Tahap 1 : dependence / ketergantungan Profesional baru masih tergantung pada mentor dan
mengambil peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat.
➢ Tahap 2 : independence / mandiri Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih
seimbang. Profesional mengubah dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi.
Kebanyakan profesional akan sampai tahap ini untuk sebagian besar dalam kehidupan profesional
mereka
➢ Tahap 3 : supervising others / supervisi orang lain Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan
mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor.
➢ Tahap 4 : managing and supervising others / memenej dan mensupervisi orang lain. Menjadi
responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan merubah peran dari manajer atau
supervisor menjadi responsibel terhadap klien peserta didik dan personel.

4. Syarat-Syarat Seorang Mentor

Bisa dipercaya Sangat mutlak, karena tidak mungkin kita membicarakan mengenai pekerjaan kita
kepada orang yang tidak bisa dipercaya, yang akan terjadi bukanlah pemecahan masalah justru
sebaliknya.

Memiliki ” respect ” Mentor dalam hal ini harus telah mencapai suatu keberhasilan tertentu yang
membuat kita ” respect ”. Sebagai contoh, kalau kita seorang marketing, mentor kita idealnya juga orang
marketing yang berprestasi lebih baik dari kita.

Memiliki ” knowledge ” yang lebih baik Kita memerlukan mentor yang bisa memberikan pendapat,
ide dan solusi sekaligus dalam satu paket, kalau mentor kita memiliki knowledge yang tidak lebih baik
dari kita, itu namanya setali tiga uang alias sama saja. Mentor ini harus memiliki knowledge yang luas
bahkan juga pengetahuan lain-lain diluar dari bidang kita karena hal ini juga akan memicu munculnya ide-
ide segar, kreativitas dan otomatis meningkatkan knowledge kita juga.

Memiliki ” skill ” yang lebih baik Bagaimana mentor mengajarkan kepada kita atau memberikan
pendapat dan solusi kalau ” skill ” atau keahlian yang dimiliki sama atau bahkan lebih buruk dari kita.
Seorang mentor dapat dipastikan mempunyai ketrampilan jauh lebih baik.

Memiliki semangat tinggi (selfmotivated) Semangat sangat penting dan bersifat menular seperti
virus. Kalau mentor kita memiliki semangat tinggi otomatis akan membangkitkan semangat kita. Ciri-ciri
dari mentor seperti ini adalah kalau kita perhatikan keseharian mereka sepertinya selalu tersenyum dan
tidak punya masalah.

Memiliki sikap mental positif Positive thinker penting yang akan menghasilkan positive attitude,
itulah yang dimaksud dengan sikap mental positif. Jadi Mentor mutlak harus memiliki sikap mental positif
agar ia bisa melihat secara jelas / jernih (crystal clear), dan obyektif terhadap aktifitas yang kita lakukan
sehingga bisa memberikan coaching dengan tepat. Orangorang yang memiliki sikap ini selalu
optimis bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik, bisa melihat adanya solusi dalam setiap
masalah.

Memiliki sikap empati Sering kali kita salah kaprah dalam membedakan yang mana simpati dan
mana empati. Simpati merupakan sikap persetujuan terhadap suatu hal (sebagian besar masalah) tanpa
ada solusi, contoh apabila ada teman kita mengeluh soal pekerjaannya yang membuat ia tertekan dan
sikap kita menyetujui bahwa memang demikian adanya dan ikut larut secara emosional. Sedangkan
empati lebih kepada pemahaman kita terhadap masalah yang dihadapi oleh orang lain dan berusaha
memberikan suatu saran menuju jalan keluar / solusi serta tidak menjadikan suatu masalah yang
dihadapi sebagai suatu tantangan bukan hambatan.

Peduli (caring) Seseorang bisa kita jadikan sebagai mentor kalau ia memiliki kepedulian terhadap
orang lain (people oriented). Karena ia harus mau banyak mendengar dan berbagi kepada orang lain.
Ratarata para pemimpin dunia adalah orang-orang yang people oriented dimana mereka juga
mempunyai mental melayani bukan sebaliknya, sehingga para pemimpin dunia banyak dijadikan mentor
oleh orang-orang yang sukses.

Decision maker Seorang mentor dituntut untuk bisa mengambil suatu keputusan terhadap suatu
solusi yang disarankan kepada kita. Mentor tidak seharusnya memiliki sikap ragu-ragu, ia harus tegas
dalam pengambilan keputusan dan hal ini akan sangat membantu kita. Jadi pada dasarnya kita semua
secara tidak sadar telah melakukan mentoring dan memiliki sikap sebagai mentor, tetapi apakah mentor
kita memiliki semua persyaratan diatas atau tidak. Akan jauh lebih baik kalau kita memiliki mentor dengan
persyaratan seperti diatas, yang akan membantu kita mencapai sukses lebih cepat.

5. Hal – hal yang dapat ditawarkan oleh mentor bagi mentee

➢ Ketrampilan dan pengetahuan yang baru


➢ Pengalaman dalam organisasi
➢ Iklim yang mendukung untuk mengevaluasi sukses dan kegagalan
➢ Kesempatan berhubungan dalam jaringan kerja
➢ Menerima dorongan dan dukungan
➢ Mendapatkan pengakuan bagi keberhasilan
➢ Mengembangkan cara pandang yang baru dan berbeda
➢ Mendapatkan asistensi dengan gagasan-gagasan
➢ Menerima nasehat dan petunjuk dari sumber yang obyektif
➢ Menerima reasuransi atau dukungan pendapat.

6. Manfaat program mentoring bagi mentor

➢ Memperluas ketrampilan dan pengetahuan mereka sendiri


➢ Membantu menemukan kembali prinsip – prinsip dan praktek praktek dasar dalam organisasi
➢ Mengembangkan lebih jauh lagi ketrampilan diri dalam pengajaran, konseling dan kemampuan
mendengarkan .
➢ Memungkinkan mereka untuk mendemonstrasikan ketrampilan tambahan dalam mengembangkan
individu lain
➢ Memperluas jaringan kerja profesional dan personal mereka
➢ Meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan
➢ Meningkatkan kesadaran mereka akan kebutuhan masyarakat lokal
➢ Pemahaman yang lebih baik akan berbagai kebutuhan motivasi dan kefrustasian orang dalam
organisasi i.
➢ Membantu memperbaiki kesehatan ekonomi masyarakat lokal.

7. Peran dan tanggung jawab mentor


➢ Memberikan dukungan dan nasehat yang rahasia dan tidak memihak
➢ Memberikan berbagai kesempatan membangun jaringan kerja dan menunjukan kepada karyawan
potensial berbagai pilihan alternatif dan kesempatan dalam komunitas atau suatu kelompok.
➢ Mentransfer pengalaman dan pengetahuan organisasi untuk mempercepat pembelajaran si
karyawan potensial
➢ Menyediakan informasi, pedoman, komentar-komentar yang konstruktif
➢ Membantu dalam pengelolaan hambatan yang mungkin mengancam pencapaian tujuan organisasi
mereka
➢ Bersama karyawan potensial, mengembangkan dan merevisi daftar kompetensi yang dibutuhkan
demi keberhasilan dan pengembangan kinerja organisasi, serta pengembangan pribadi karyawan
potensial.

8. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh mentee dalam pelaksanaan mentoring

➢ Belajar menghargai sang mentor sebagai orang yang memang sudah ahli di bidangnya, sehingga
kita mempercayai apapun yang disampaikan sang mentor sebagai „sumber input‟ dalam hidup kita –
sebagai tolok ukur dari apa yang benar / tidak benar, apa yang boleh/tidak boleh kita lakukan
➢ Membuka diri dan memiliki keinginan untuk belajar, karena tanpa mau belajar dan berubah, kita
justru akan membuat sang mentor frustrasi dan menghambat proses mentoring itu sendiri.
➢ Memiliki keinginan atau kerelaan untuk mengadopsi semua nilai hidup, konsep pikir, gaya hidup,
bahkan filosofi sang mentor, dan menerapkannya dalam hidup. Karena itu, sebelum kita memilih
orang yang akan menjadi mentor kita, kita perlu mengenali kriteria seorang mentor yang baik. Tanpa
seorang mentor yang baik, kita justru akan mengadopsi nilai – nilai, konsep pikir dan filosofi hidup
dari orang- orang yang hanya akan mencelakakan kita di kemudian hari. Bayangkan jika orang-
orang seperti Hitler kita minta untuk menjadi mentor, dunia akan celaka karena akan lahir banyak
Hitler yang lain. Sebaliknya, jika kita melihat dari sisi positifnya, orangorang yang menemukan
seorang mentor yang baik dan memiliki visi jauh ke depan dan berguna bagi masyarakat dan
bangsa, akan menjadi orang – orang yang sangat berbahagia, karena sebagaimana sang mentor
mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan kota dan bangsanya, orang-orang yang dimentor ini pun
pasti akan mulai mewarisi sikap hati dan nilai-nilai yang sama.

Perawat Terampil (Diploma-3)

Kemampuan Umum

Komunikasi terapeutik
*Terlampir dalam materi Komunikasi Terapeutik diatas

Upaya promotive dan edukasi

Pemberian pendidikan kesehatan ini merupakan salah satu kewajiban petugas kesehatan dan
menjadi hak dari pasien baik yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan. Petugas kesehatan yang
intensif berinteraksi dengan pasien adalah perawat. Hal ini membuat perawat harus dibekali dengan
kemampuan mengedukasi pasien dan keluarganya tentang perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
Kemampuan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan harus meliputi pendidikan
tentang upaya preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (mengembalikan fungsi ke normalitas). Kemampuan memberikan edukasi ini membutuhkan
seni berbicara pada pasien dan keluarga pasien agar pesan tersampaikan dengan baik.

Penggunaan APD
1. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk
memproteksi diri dari bahaya phisikal, kemikal, biologis/bahan infeksius (OSHA)
2. Tujuan
Untuk melindungi kulit dan membrane mukosa tubuh dan dari paparan darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi sehingga Meningkatkan keamann Petugas, Pasien, pengunjung dan masyarakat.

Tingkat Kelompok Lokasi/Cakupan Jenis APD


Perlindungan
Untuk Masyarakat Fasilitas Umum : - Masker kain 3 Lapis (katun)
Masyarakat Umum - Masker Bedah 3ply
Umum Sakit dengan gejala-gejala
flu/influenza
(batuk, bersin-
bersin, hidung
berair, demam, nyeri
tenggorokan)

Tingkat Petugas Fasilitas Umum (kegiatan harus - Masker Bedah 3ply


Perlindungan 1 penanganan dilakukan diluar rumah) -Sarung tangan karet sekali
/ Level 1 cepat/investigat pakai (jika harus kontak
Tenaga or/relawan yang dengan cairan tubuh pasien)
Kesehatan dan melakukan
Pendukung interview
langsung
terhadap pasien
ODP atau PDP
Dokter dan Tempat praktik umum dan - Masker Bedah 3ply
Perawat kegiatan yang tidak - Sarung tangan karet sekali
menimbulkan aerosol pakai
Triase pra-pemeriksaan, bagian - Masker Bedah 3ply
rawat jalan umum - Sarung tangan karet sekali
pakai
Staf / Masuk ke ruang perawatan, - Masker Bedah 3ply
Administrasi tanpa memberikan bantuan - Sarung tangan karet sekali
langsung pakai
Ruang Administrasi - Masker Kain 3 Lapis (katun)
Supir Ambulans Ambulans, tidak kontak - Masker Bedah 3ply
langsung dengan pasien, kabin -Sarung tangan karet sekali
tidak terpisah pakai (jika harus kontak
dengan cairan tubuh pasien)
Ambulans, tidak kontak - Masker Kain 3 Lapis (katun)
langsung dengan pasien, kabin
terpisah
Tingkat Dokter dan Ruang poliklinik, pemeriksaan - Masker bedah 3ply
Perlindungan Perawat pasien dengan gejala infeksi -Gown (pada resiko percikan
II/Level 2 pernafasan cairan tubuh)
Tenaga -Sarung tangan karet sekali
Kesehatan dan pakai
Pendukung -Pelindung mata/Face
shield(pada resiko percikan
cairan tubuh)
- Headcap
Dokter dan Ruang perawatan pasien - Masker bedah 3ply
Perawat COVID_19 - Gown
-Sarung tangan karet sekali
pakai
-Pelindung mata/Face shield
- Headcap
Dokter dan Mengantar pasien ODP dan - Masker bedah 3ply
Perawat PDP COVID-19 - Gown
-Sarung tangan karet sekali
pakai
-Pelindung mata/Face shield
- Headcap
Supir Ambulans Ambulans, ketika membantu - Masker bedah 3ply
menaikkan dan menurunkan - Gown
pasien ODP dan PDP COVID- -Sarung tangan karet sekali
19 pakai
-Pelindung mata/Face shield
- Headcap
Dokter, Perawat Pengambilan sampel non - Masker bedah 3ply
atau petugas pernapasan yang tidak - Gown
laboran menimbulkan aerosol -Sarung tangan karet sekali
pakai
-Pelindung mata(pada resiko
percikan cairan sampel)
- Headcap
Analis - Masker bedah 3ply
-Jas laboratorium
-Sarung tangan karet sekali
pakai
-Pelindung mata(pada resiko
percikan cairan sampel)
- Headcap
Radiografer Pemeriksaan pencitraan pada - Masker bedah 3ply
pasien ODP dan PDP atau -Jas radiografer biasa
konfirmasi COVID-19 -Sarung tangan karet sekali
pakai
-Pelindung mata(pada resiko
percikan cairan sampel)
- Headcap
Farmasi Bagian rawat jalan pasien - Masker bedah 3ply
demam -Jas lab farmasi
-Sarung tangan
-Pelindung mata (jika harus
berhadapan dengan pasien)
- Headcap
Cleaning Membersihkan ruangan pasien - Masker bedah
Service COVID-19 - Gown
-Sarung tangan kerja berat
-Pelindung mata (pada resiko
percikan cairan kimia atau
organik)
- Headcap
Tingkat Dokter dan Ruang prosedur dan tindakan - Masker N95 atau ekuivalen
Perlindungan Perawat operasi pada pasien ODP dan -Coverall/Gown
III/Level 3 PDP atau konfirmasi COVID-19 -Boots/sepatu karet dengan
Tenaga pelindung sepatu
Kesehatan dan - Pelindung mata
Pendukung - Face shield
- Sarung tangan bedah karet
steril sekali pakai
- Headcap
- Apron
Kegiatan yang menimbulkan - Masker N95 atau ekuivalen
aerosol (intubasi, ekstubasi, -Coverall/Gown
trakeotomi, resusitasi jantung - Pelindung mata
paru, bronkoskopi, pemasangan - Face shield
NGT, endoskopi - Sarung tangan bedah karet
gastrointestinal) pada pasien steril sekali pakai
ODP atau PDP atau konfirmasi - Headcap
COVID-19 - Apron
Dokter, perawat Pengambilan sample - Masker N95 atau ekuivalen
atau petugas pernapasan (swab nasofaring -Coverall/Gown
laboran dan orofaring) -Boots/sepatu karet dengan
pelindung sepatu
-Pelindung mata
- Face shield
-Sarung tangan bedah karet
steril sekali pakai
- Headcap
- Apron

Kondisi lingkungan yang bersih dan aman

Lingkungan merupakan sebuah kondisi yang terikat langsung antara siapa saja yang menempati
daerah tersebut dan seluruh aspek yang berada di dalamnya.

Sehat dapat diartikan sebagai sebuah kondisi di mana keadaan yang terbebas dari berbagai
penyakit dan meliputi seluruh aspek kehidupan yang ada di sekitarnya. Sehat juga termasuk di dalamnya
kesehatan secara emosional dan spiritual. Tidaklah mudah untuk menciptakan kondisi yang sehat karena
ada banyak hal yang menjadi keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Setelah mengetahui arti masing – masing dari lingkungan dan sehat maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan yang sehat adalah sebuah lingkungan yang terhindar dari berbagai hal yang bisa
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat atau seluruh komponen biologis yang terdapat
di dalamnya.

Menjaga lingkungan yang sehat adalah sebuah tugas yang sangat penting bagi Anda dan setiap
individu lainnya. Dengan menjaga kondisi lingkungan yang sehat maka bisa dipastikan Anda akan bisa
mewujudkan.

Di bawah ini adalah beberapa cara mudah untuk menjaga lingkungan agar menjadi sehat.
1) Tahap pertama untuk menciptakan dan menjaga lingkungan yang sehat adalah dengan membuang
sampah pada tempatnya. Pisahkanlah antara sampah yang bisa diolah dan tidak agar
mempermudah pekerjaan dari petugas kebersihan untuk memisahkannya. Selain itu juga daur ulang
kembali sampah plastik Anda agar bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat sebelum akhirnya Anda
buang begitu saja.
2) Melakukan gotong royong untuk menjaga kebersihan sungai dan kali. Terkadang masih banyak
orang yang merasa cuek dan membuang sampah begitu saja ke dalam sungai tanpa memikirkan
akibat jangka panjangnya. Dengan melakukan gotong royong untuk menjaga kebersihan maka Anda
bisa membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan terhindar dari saluran air yang mampat.
3) Apabila di dalam suatu lingkungan masih terdapat toilet yang di pinggir sungai maka diperlukan
untuk membangun sarana MCK khusus yang berada jauh dari tempat mengalirnya air. Dengan
memisahkan toilet dari sungai bisa mengurangi terjadinya pencemaran pada air. Air yang tercemar
bisa menjadi sumber penyakit berbahaya yang bisa mewabah dengan cepat. Kakus yang tersedia
secara terpisah juga bisa membuat masyarakat bisa lebih mudah untuk menjangkaunya.
4) Cara terakhir yang bisa dipakai untuk mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat adalah
dengan banyak menanam pepohonan dan tumbuhan hijau yang lainnya. Pepohonan dan tumbuh –
tumbuhan hjiau bisa membuat lingkungan menjadi asri dan nyaman. Tidak hanya itu saja, tanaman
juga berfungsi untuk mengatasi polusi udara dan membuat suasana menjadi lebih dingin dan segar.

Perawatan pasien paliatif

Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki
penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan aspek psikologis dan
spiritual. Perawatan ini juga menyediakan sistem pendukung untuk menolong keluarga pasien
menghadapi kematian dari anggota keluarga yang dicintai sampai pada proses perkabungan. Dimulai
sejak penyakit terdiagnosis.

Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas sosial-medis,
psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.

Latar belakang perlunya perawatan paliatif adalah karena meningkatnya jumlah pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit
degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung (heart
failure), penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, di
samping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas


hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan
untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
Meski pada akhirya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.Prinsip-prinsip Perawatan
Paliatif adalah menghargai setiap kehidupan, menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak
mempercepat atau menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan
spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan
dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat,
memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Pendampingan pasien untuk kebutuhan spiritual
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam keadaan
sehat maupun dalam keadaan sakit. Dalam keadaan sakit, seseorang membutuhkan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pemenuhan kebutuhan spiritual salah satunya yaitu dengan
dukungan spiritual dari perawat, dukungan spiritual perawat merupakan suatu dorongan spiritual yang
diberikan oleh perawat kepada pasien. Dukungan spiritual meliputi beberapa aspek yaitu dukungan
agama, dukungan spiritual meliputi beberapa aspek, yaitu dukungan agama, sosial, pelayanan, dan
penerimaan kematian.
Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari
kebutuhan dasar pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual
pasien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan
yang sama (Hamid, 2008).
Kebutuhan akan aspek spiritual terutama sangat penting selama periode sakit, karena ketika
sakit, energi seseorang akan berkurang dan spiritual orang tersebut akan terpengaruhi, oleh karena itu
kebutuhan spiritual pasien perlu dipenuhi (Potter & Perry, 2005).
Perawat harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
yaitu perawat harus mampu mendapatkan informasi dari pasien tentang spiritual dan prakteknya yang
dapat disediakan di Rumah Sakit, membantu pasien untuk mengungkapkan persepsinya mengenai
makna dalam keadaan sakit, menerapkan prinsip membantu pasien melaksanakan konsep - konsep
spiritual dalam suatu konteks keperawatan. Hal ini dapat terlaksana jika perawat memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi dan memahami aspek spiritual pasien, dan bagaimana keyakinan spiritual dapat
mempengaruhi kehidupan setiap individu (Hamid, 2008; Potter & Perry, 2005).
Menurut American Psychologists Association (1992 dalam Hawari, 2008) bahwa spiritual dapat
meningkatkan koping individu ketika sakit dan mempercepat proses penyembuhan selain terapi medis
yang diberikan. Prof. Zakiah (dalam Wahyuni, 2014) mengatakan bahwa sembahyang, doadoa kepada
Allah SWT merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketentraman jiwa kepada
orang-orang yang melakukannya. Dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta juga akan
memberikan petunjuk tentang nilai-nilai makna kehidupan, maka diharapkan kecemasan seseorang
sedikit demi sedikit dapat berkurang.

Pendokumentasian dalam tindakan keperawatan


*Tercantum dalam rangkuman materi Pendokumentasian dalam tindakan keperawatan diatas

Kemampuan Khusus

Pengkajian keperawatan dasar


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Oksigenisasi sederhana dan alat kesehatan yang terpasang


*Tercantum dalam rangkuman materi Oksigenasi diatas

Tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/bencana/kritikal


*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Early Warning System (EWS) dan monitoring tanda vital


EWS adalah sistem yang digunakan secara internasional untuk membantu dalam identifikasi awal
memburuknya keadaan pasien di rumah sakit.

Penilaian EWS dapat menggunakan SKOR :

➢ EWS Scores

➢ National Early Warning Scores (NEWS)

➢ Modified Early Warning Scores (MEWS)

➢ Pediatric EWS (PEWS)

1. EWS Scores

1997, Morgan, Williams and Wright UK pertama kali mengembangkan dan mempublikasikan SKOR
EWS, terdiri dari 5 parameter fisiologi ;

1) Laju nadi/heart rate

2) Tekanan darah sistolik/systolic blood pressure

3) Laju pernapasan/Respiratory rate

4) Suhu/Temperature

5) Tingkat kesadaran/conscious level

Kemudian Stenhouse membuat modifikasi SKOR EWS, menambahkan parameter produksi urine. Nurse
concern juga dimasukkan kedalam EWS

2. National Early Warning System (NEWS)


(UK)

 NEWS disusun untuk meningkatkan angka deteksi dan respon terhadap adanya penurunan tanda
klinis pada pasien dengan penyakit akut. Pertama kali NEWS dipublikasi pada tahun 2012 dan
sudah diimplementasikan oleh seluruh NHS dan beberapa rumah sakit di dunia.

 NEWS disusun dengan tujuan untuk memberi standard pada proses pengambilan, skoring dan
respon terhadap perubahan tanda fisiologi pasien.

 Triad dari NEWS adalah :

- Deteksi dini

- Tepat waktu

- Respon klinik yang kompeten

 Penilaian klinis rutin untuk semua pasien dewasa(>16 tahun) harus disesuaikan dengan standard
NHS dan sesuai dengan parameter fisiologi pada NEWS

 News tidak digunakan pada anak kurang dari 16 tahun dan wanita hamil.

 NEWS tidak dapat digunakan pada pasien dengan cedera spinal , dikarenakan adanya gangguan
pada sistem syaraf autonom

 NEWS dipergunakan sebagai alat bantu klinis, bukan subtitusi dari penilaian klinis seorang tenaga
medis yang kompeten.
 Di rumah sakit NEWS sebaiknya digunakan sebagai penilaian awal pada pasien dengan penyakit
akut dan sebagai parameter monitoring selama perawatan di rumah sakit. NEWS sebaiknya
digunakan pada penilaian pre-hospital pada pasien dengan penyakit akut oleh first responder
(petugas EMT/ Ambulans, puskesmas, dan petugas triage)

 NEWS sebaiknya digunakan di IGD untuk membantu penilaian awal pasien , monitoring, serta
proses triage.

3. Modified Early Warning Scores (MEWS)

SKOR TINDAKAN
1-2 Lakukan observasi setiap 2 jam dan peringatkan perawat jaga

3 Lakukan observasi tiap jam dan peringatkan perawat jaga

>4 Lakukan observasi minimal tiap 1/2jam , pastikan bahwa sudah


mendapatkan advis dari dokter

4. Pediatric EWS (PEWS)


Risiko cidera pasien

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan
oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa
menciderai dirinya.

Berdasarkan pengalaman kasus; beberapa kejadian di rumah sakit kadang tidak diperhatikan,
yaitu pasien jatuh pada saat sedang mendapatkan pelayanan di rumah sakit; baik itu pasien rawat jalan
maupun pasien rawat inap. World Health Organization (WHO) mendefinisikan jatuh sebagai "an event
which results in a person coming to rest inadvertently on the ground or floor or some lower
level" Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh merupakan salah satu dari 6 (enam) SKP
Sasaran Keselamatan Pasien.

Penyebab jatuh

1. Faktor Fisiologis :
Kondisi insiden jatuh atau terjatuh merupakan suatu hal yang umum yang terjadi pada lansia, orang
sakit, anak anak, atau orang cedera yang sedang lemah.
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan yang dpat menyebabkan resiko jatuh; antara lain : lantai licin; cairan di lantai;
tidak terpasang keset anti slip; tidak adanya rel pengaman dan rel pegangan; dll.

Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor
lingkungan dan/ atau faktor fisiologis dapat berakibat cidera. Insiden jatuh tentu akan merugikan pasien
atau klien terutama secara fisik, disi lain hal ini juga menyakut kualitas pelayan dari sebuah rumah sakit.
Sehingga tenaga kesehatan, staff medis harus sangat memperhatikan kondisi pasien dengan
melaksanakan assesmen resiko jatuh dengan menggunakan instrument yang tepat.

Maksud dan Tujuan


Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas
pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
risiko cedera bila sampai jatuh.

Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol,
penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap
langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh.

Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan
bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, dll. Program tersebut harus diterapkan di fasilitas
pelayanan kesehatan.

Pencegahan & Mengurangi Risiko Pasien Jatuh


Dalam konteks ini rumah sakit melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan segera
bertindak untuk mengurangi risiko terjatuh dan mengurangi risiko cidera akibat jatuh. Rumah sakit
menetapkan program mengurangi risiko terjatuh berdasarkan kebijakan dan atau prosedur yang tepat.
Program ini memantau baik konsekuensi yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari tindakan yang
diambil untuk mengurangi jatuh.

Aktifitas Umum yang dilaksanakan :

1. Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien
bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
dianggap berisiko.

Aktifitas Khusus yang dilaksanakan :

1) Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko
Jatuh”.
2) Melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan asesmen ulang pada semua pasien(setiap hari
/ Bila ada perubahan )
3) Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh dengan
menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”
4) Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif, dan
5) Mengurangi risiko cidera akibat jatuh.

Asesmen risiko jatuh awal akan dilakukan :


➢ Perawat akan melakukan Asesmen Risiko Jatuh pada seluruh pasien yang masuk di IGD, rawat
jalan dan rawat inap dengan menggunakan formulir pengkajian risiko jatuh yang berlaku di Krakatau
Medika Hospital, yaitu untuk pasien dewasa menggunakan formulir dengan asesmen risiko jatuh
yang mengacu kepada Morse Fall Scale, sedangkan untuk pasien anak menggunakan skala Humpty
Dumpty. Untuk rawat jalan menggunakan formulir get up and go pasien ditandai dengan pita kuning
diikat di lengan.
➢ Perawat akan melakukan reasesmen risiko jatuh dalam waktu 4 jam dari pasien masuk di rawat inap
dan mencatat hasil asesmen ke dalam rekam medis pasien.
➢ Jika hasil asesmen risiko jatuh ditemukan adanya risiko jatuh dengan skala sedang sampai berat
maka pasien akan diberikan stiker warna kuning pada gelang identitas yang mengidentifikasikan
bahwa pasien dengan risiko jatuh.

Asesmen ulang risiko jatuh akan dilakukan :

➢ Setiap pasien rawat inap akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap hari atau bila ada
perubahan kondisi pasien.
➢ Penilaian risiko jatuh dengan menggunakan formulir pengkajian risiko jatuh; misalnya untuk pasien
dewasa menggunakan formulir dengan asesmen risiko jatuh yang mengacu kepada Morse Fall
Scale, sedangkan untuk pasien anak menggunakan skala Humpty Dumpty dan untuk rawat jalan
menggunakan form get up and go.
➢ Untuk mengubah kategori dari risiko sedang dan tinggi ke risiko jatuh rendah diperlukan skor <5
dalam 2 kali pemeriksaan berturut - turut

Mitigasi Risiko :
Dari hasil Asesmen diperoleh parameter risiko yang telah dilengkapi dengan skor tingkatan
(derajat) risiko; yang selanjutnya dianalisa faktor mitigasinya berupa langkah langkah intervensi yang
harus dilakukan.

Jenis intervesni yang dilakukan sangat beragam tergantung parameter risikonya; misalnya
memperbaiki kondisi lingkungan dan fasilitas rumah sakit; a.l. memasang karpet anti slip, memamasang
atau memperbaiki rel pegangan, memasang dan memperbaiki pengaman tempat tidur, memasang dan
memperbaiki kursi tunggu, dll. Hal lain yang lebih spesifik; memperbaiki jarak jangkauan barang atau
fasilitas yang biasa digunakan oleh pasien; a.l. bell panggilan, memastikan roda tempat tidur terkunci,
memastikan pagar pengaman tempat tidur dinaikkan /terkunci.

Keperawatan spesifik di area anak dan area komunitas

*Tercantum dalam rangkuman materi Asuhan Keperawatan Individu/Kelompok/Masyarakat

Penerapan edukasi kesehatan

Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan perorangan


paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan
penyakit.

Perilaku edukasi adalah standar profesi perawat yang merupakan suatu bentuk
asuhan keperawatan berkualitas dengan tujuan meningkatkan kesehatan pasien,
mempertahankan keperawatan diri pasien dan mengembangkan pola hidup sehat.
Tindakan terapi komplementer/holistic
*Tercantum dalam materi terapi komplementer diatas

Tindakan keperawatan pada pasien dalam tahap pre/intra/post operasi


*Tercantum dalam materi tindakana/intervensi pada pasien tahap pre/intra/post operasi diatas

Lingkungan aman dan pencegahan injuri


1. Pengertian

Menurut Permenkes No 11 Tahun 2017 Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2. Komite Nasional Keselamatan Pasien

Komite Nasional Keselamatan Pasien merupakan organisasi fungsional dibawah koordinasi


Direktorat Jenderal, serta bertanggung jawab kepada Menteri. Untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien dibentuk Komite Nasional Keselamatan Pasien, Keanggotaannya terdiri dari unsur:

➢ Kementerian Kesehatan
➢ Kementerian/lembaga terkait
➢ Asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan
➢ Organisasi profesi terkait.

Komite Nasional Keselamatan Pasien menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan standar dan pedoman Keselamatan Pasien


2. Penyusunan dan pelaksanaan program Keselamatan Pasien
3. Pengembangan dan pengelolaan sistem pelaporan Insiden, analisis, dan penyusunan rekomendasi
Keselamatan Pasien
4. Kerja sama dengan berbagai institusi terkait baik dalam maupun luar negeri
5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Keselamatan Pasien

Penyelenggaraan Keselamatan Pasien, menerapkan:

a) Standar Keselamatan Pasien :


➢ Hak pasien
➢ Pendidikan bagi pasien dan keluarga
➢ Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan
➢ Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan
Keselamatan Pasien
➢ Peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien
➢ Pendidikan bagi staf tentang Keselamatan Pasien
➢ Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai Keselamatan Pasien.
b) Sasaran Keselamatan Pasien meliputi :
SKP 1. mengidentifikasi pasien dengan benar
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti hal berikut :
➢ Nama pasien, dengan dua nama pasien
➢ Nomor identifikasi menggunakan nomor rekam medis.
➢ Tanggal lahir.
➢ Gelang (identitas pasien) dengan bar-code, atau cara lain.
Catatan : Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.

SKP 2. meningkatkan komunikasi yang efektif;

Komunikasi Efektif yang diterapkan di Rumah Sakit Krakatau Medika adalah dengan
menggunakan Strategi SBAR yang terdiri dari :

➢ S : Situation; Yakni penjelasan situasi terkini yang terjadi pada pasien.


➢ B : Background; Yakni informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi dan latar
belakang pasien terkini.
➢ A : Assessment; Yakni hasil pengkajian kondisi pasien terkini/ terakhir.
➢ R : Recommendation; Yakni rekomendasi apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah terhadap pasien ybs.

SKP 3. meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang


persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA).
Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-
sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja
(misalnya, kalium/potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)],
kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)], natrium/sodium klorida
[lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat].

SKP 4. memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar.

Proses verifikasi praoperatif adalah untuk :

➢ memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;


➢ memastikan bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
➢ memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan.

Tahap “Sebelum insisi”/ Time out memungkinkan setiap pertanyaan yang belum terjawab
atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum dilakukan tindakan.

SKP 5. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan


Kegiatan yang Dilaksanakan :
1. Fasilitas pelayanan Kesehatan (rumah sakit) mengadopsi atau mengadaptasi pedoman
hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient
Safety).
2. Fasilitas pelayanan Kesehatan (rumah sakit) menerapkan program hand hygiene yang
efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur PPI dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan

SKP 6. mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Aktifitas Khusus yang dilaksanakan :

1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan “Asesmen
Risiko Jatuh”.

2. Melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan asesmen ulang pada semua
pasien(setiap hari / Bila ada perubahan )

3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh


dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”

4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif, dan

5. Mengurangi risiko cidera akibat jatuh.

c) Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien :


1) Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien
2) Memimpin dan mendukung staf
3) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4) Mengembangkan sistem pelaporan
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien

3. Insiden

Insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.

Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:

1. Kondisi Potensial Cedera (KPC) yaitu kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yaitu terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) yaitu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.

Penanganan Insiden Penanganan Insiden dilakukan melalui pembentukan tim Keselamatan Pasien
kegiatan berupa:

➢ Pelaporan
➢ Verifikasi
➢ Investigasi
➢ Analisis penyebab Insiden tanpa menyalahkan, menghukum, dan mempermalukan seseorang.

Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pelaporan Insiden, secara online atau tertulis
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien. Setiap Insiden harus dilaporkan 2 x 24 jam.

Kompilasi post operasi dan kompilasi pada luka

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan
ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-
operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pascaoperasi dan berakhir saat
pasien pulang.

Menurut Baradero (2008) komplikasi post operasi yang akan muncul antara lain yaitu hipotensi
dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun
lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh
perdarahan dan overdosis obat anestetika. Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak
adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak adekuat. Sedangkan
menurut Majid, (2011) komplikasi post operasi adalah perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah,
gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan
cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.

Infeksi luka operasi ternyata bisa memicu terjadinya komplikasi. Luka operasi adalah luka di kulit
yang muncul akibat sayatan yang dilakukan saat operasi. Prosedur operasi dilakukan dengan membuat
sayatan pada kulit menggunakan pisau bedah. Sayatan tersebut yang kemudian menimbulkan luka
operasi. Jika tidak dirawat dengan benar, luka bekas operasi bisa memicu infeksi yang berujung pada
komplikasi berbahaya.

Meski sudah dilakukan sesuai dengan prosedur, masih ada kemungkinan infeksi muncul pada
luka bekas operasi. Terlebih jika operasi yang dilakukan adalah operasi besar dan tidak dilakukan
perawatan yang tepat pada luka bekas tindakan. Umumnya, infeksi pada luka bekas operasi akan
muncul pada 30 hari pertama setelah tindakan selesai dilakukan. Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele
dan harus segera mendapat perawatan medis.

Pada dasarnya, ada tiga tempat yang bisa mengalami infeksi luka operasi, mulai dari infeksi pada
sayat kulit disebut dengan infeksi luka operasi sayatan dangkal, ada juga infeksi sayatan dalam yang
terjadi pada sayatan di otot, serta infeksi yang menyerang organ atau rongga di sekitar daerah operasi.
Umumnya, infeksi pada bekas operasi disebabkan oleh bakteri, misalnya bakteri Staphylococcus,
Streptococcus, dan Pseudomonas.

Infeksi bakteri bisa terjadi pada luka operasi melalui berbagai bentuk interaksi, misalnya interaksi
antara luka dengan kuman yang ada di kulit, udara, tangan dokter dan perawat, serta interaksi dengan
bakteri yang mungkin ada di alat-alat operasi.
Infeksi luka operasi yang tidak segera diobati bisa menyebabkan komplikasi. Hal ini terjadi
karena infeksi berisiko semakin menyebar ke bagian tubuh lain. Ada lima jenis komplikasi yang bisa
terjadi akibat infeksi luka operasi.

1. Selulitis

Infeksi bekas luka operasi bisa menyebabkan terjadinya selulitis. Kondisi ini terjadi ketika infeksi
menyebar ke jaringan di bawah kulit dan menimbulkan bekas yang khas.

2. Sepsis

Salah satu komplikasi infeksi yang harus diwaspadai adalah sepsis. Kondisi ini sangat berbahaya
dan mengancam jiwa. Kondisi ini terjadi karena bakteri menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh,
kemudian menyebabkan perubahan tanda vital, seperti suhu tubuh, tekanan darah, serta frekuensi
denyut jantung dan pernapasan.

3. Jaringan Parut

Infeksi yang terjadi karena bekas luka operasi juga bisa menyebabkan munculnya jaringan parut.
Tak hanya itu, bekas luka yang mengalami komplikasi juga bisa memicu munculnya kumpulan nanah dan
abses pada kulit.

4. Infeksi Lanjutan

Infeksi pada bekas luka operasi juga bisa memicu terjadinya infeksi kulit lainnya, seperti impetigo.
Selain itu, infeksi juga bisa menyebabnya perkembangan infeksi lebih lanjut yang disertai dengan
tetanus.

5.. Necrotising Fasciitis

Infeksi luka bekas operasi juga bisa menyebabkan komplikasi berupa necrotising fasciitis. Kondisi
ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Pada necrotising fasciitis, infeksi kulit mengalami kerusakan dan
menyebar dengan cepat ke daerah sekitarnya.
RANGKUMAN MATERI

COVID-19

A. Pengertian

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus
yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi,
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

B. Latar Belakang Corona

Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan
di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah
menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada Senin 2 Maret 2020. Saat itu,
Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus Corona yakni
perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun.

Kasus pertama tersebut diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun itu dengan WN
Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia. Pertemuan terjadi di sebuah klub dansa di Jakarta pada 14
Februari 2020.

Pada tanggal Rabu, 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengumumkan
wabah Covid-19 sebagai pandemi global. Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit
ini menjadi tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020. Pemerintah Republik Indonesia resmi
menetapkan wabah virus corona (Covid-19) sebagai bencana nasional. Penetapan status bencana
nasional itu tercantum dalam keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Nonala. Penyebaran Covid-19 sebagai Bencana Nasional, yang ditanda tangani dan
ditetapkan pada tanggal 13 April 2020.

C. Gejala Virus Corona (COVID-19)

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek,
batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau
malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak
bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi
melawan virus Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona,
yaitu:

1) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


2) Batuk kering
3) Sesak napas

Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang,
yaitu :

1) Diare
2) Sakit kepala
3) Konjungtivitis
4) Hilangnya kemampuan mengecap rasa
5) Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
6) Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bisa mengalami
penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy hypoxia.

D. Diagnosis Virus Corona (COVID-19)

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang
dialami pasien dan apakah pasien baru saja bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi
virus Corona sebelum gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien ada kontak dengan
orang yang menderita atau diduga menderita COVID-19.

Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

1) Rapid test untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh untuk
melawan virus Corona
2) Swab test atau tes PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi virus Corona di dalam
dahak
3) CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru

Hasil rapid test COVID-19 positif kemungkinan besar menunjukkan bahwa Anda memang sudah
terinfeksi virus Corona, namun bisa juga berarti Anda terinfeksi kuman atau virus yang lain. Sebaliknya,
hasil rapid test COVID-19 negatif belum tentu menandakan bahwa Anda mutlak terbebas dari virus
Corona.

E. Vaksin COVID-19
Di awal kemunculan pandemi virus Corona COVID-19, berbagai pihak berlomba-lomba
mengembangkan vaksin yang bisa menangkalnya. Kini diketahui sudah ada beberapa jenis vaksin
COVID-19 yang dianggap 'sukses' dan dipakai oleh negara-negara untuk memulai program vaksinasi.

1) Sinovac (CoronaVac)

Vaksin Sinovac adalah vaksin berjenis inactivated vaccine atau virus mati. Secara singkat
inactivated vaccine adalah vaksin menggunakan versi lemah atau inaktivasi dari virus untuk memancing
respons imun. Vaksin inactivated memerlukan beberapa dosis dari waktu ke waktu untuk mendapatkan
imunitas berkelanjutan terhadap penyakit. Secara umum, vaksin bekerja dengan merangsang
pembentukan kekebalan tubuh. Manfaatnya, apabila terpapar, seseorang akan bisa terhindar dari
penularan ataupun sakit berat akibat penyakit tersebut.

Vaksin ini sebenarnya bernama CoronaVac yang diproduksi oleh Sinovac Biotech Ltd. Sinovac
merupakan perusahaan bioteknologi asal Tiongkok yang bermarkas di Beijing. Perusahaan tersebut
memang fokus pada bidang riset, pengembangan, pembuatan, hingga komersialisasi vaksin-vaksin untuk
mencegah penularan penyakit pada manusia.

Materi yang digunakan dalam vaksin Sinovac adalah virus SARS-COV2 yang sudah
dinonaktifkan. Pembuatan vaksinasi dari virus yang telah dinonaktifkan, telah digunakan selama lebih
dari satu abad. Jonas Salk menggunakannya untuk membuat vaksin polio di tahun 1950-an dan materi ini
juga menjadi dasar untuk pembuatan vaksin lain seperti rabies dan hepatitis A.

Efikasi vaksin Sinovac adalah 65 persen yang memiliki dua pengertian. Pertama, vaksin Sinovac
dapat mengurangi risiko sebesar 65 persen untuk terjadinya COVID-19 bergejala pada orang yang sudah
divaksin Sinovac, dibandingkan dengan orang yang belum divaksin. Kedua, vaksin ini juga dapat
menurunkan kasus COVID-19 bergejala sebesar 65 persen dari jumlah kasus yang diperkirakan akan
terjadi bila tidak diberikan vaksin Sinovac. Efikasi vaksin 65 persen juga berarti orang yang divaksin
memiliki risiko 2,86 kali lebih rendah untuk mengalami COVID-19 bergejala dibandingkan yang tidak
divaksin.

Vaksin Covid-19 Sinovac dari China yang tergolong vaksin virus mati, sudah mendapat izin
penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin virus corona (Covid-19) dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Izin penggunaan itu dikeluarkan usai hasil evaluasi BPOM menunjukkan bahwa Sinovac memiliki
efikasi sebesar 65,3 persen. Pertimbangan izin dikeluarkan setelah melihat imunogenisitas, keamanan,
dan efikasi Sinovac telah sesuai standar yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Fatwa KH. Asrorun Niam Sholeh
pada tanggal 8 Januari 2021, menetapkan bahwa vaksin COVID-19 produksi Sinovac, yang diajukan
proses sertifikasinya oleh PT. Bio Farma, adalah SUCI & HALAL.

2) AstraZeneca-Oxford

Presiden Jokowi juga mengumumkan akan menggunakan 50 juta dosis vaksin COVID-19 yang
dikembangkan oleh AstraZeneca-Oxford. Vaksin ini dibuat dengan teknologi memanfaatkan virus
penyebab pilek (adenovirus) dari simpanse yang sudah dimodifikasi. Virus tersebut jadinya mirip seperti
SARS-COV-2 yang menyebabkan COVID-19, tetapi tidak bisa menyebabkan penyakit.

3) Pfizer-BioNTech

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech sampai saat ini jadi satu-satunya
vaksin yang mendapat izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Presiden
Jokowi menyebut Indonesia akan menggunakan 50 juta dosis vaksin ini. Vaksin COVID-19 Pfizer-
BioNTech dibuat dengan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin tidak mengandung virus hidup.

F. Pencegahan Virus Corona (COVID-19)

Saat ini, Indonesia sedang melakukan vaksinasi COVID-19 secara berkala ke masyarakat
Indonesia. Meskipun vaksinasi sudah mulai di jalankan, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan
menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:

• Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan
dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
• Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat
pergi berbelanja bahan makanan dan mengikuti ibadah di hari raya, misalnya Idul Adha.
• Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol
minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
• Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
• Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi,
berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah stres.
• Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus Corona,
atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
• Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat
sampah.
• Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan
rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek dan probable) yang
sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam
pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak menularkan virus Corona ke orang
lain, yaitu:

1. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila
tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang
digunakan orang lain.
2. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
3. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak rumah sakit
untuk menjemput.
4. Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
5. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
6. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan
orang lain.
7. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama
orang lain.
8. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke
tempat sampah.

G. Pengobatan Virus Corona (COVID-19)

Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona atau COVID-19.
Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahannya. Beberapa pasien
dengan gejala ringan atau tanpa gejala akan di sarankan untuk melakukan protokol isolasi mandiri di
rumah sambil tetap melakukan langkah pencegahan penyebaran infeksi virus Corona.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan beberapa beberapa langkah untuk meredakan gejalanya
dan mencegah penyebaran virus corona, yaitu:

1) Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit
rujukan
2) Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
3) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup
4) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan
tubuh

H. Varian Baru Omicron

World Health Organization (WHO) telah menetapkan varian baru Covid-19, B.1.1.529 atau
Omicron sebagai Variant of Concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian pada 26 November 2021.

Keputusan ini didasarkan pada bukti yang diberikan kepada TAG-VE bahwa Omicron memiliki
beberapa mutasi yang mungkin berdampak pada perilakunya, misalnya, seberapa mudah menyebar atau
tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya. WHO menjelaskan saat ini para peneliti di seluruh dunia
sedang melakukan penelitian untuk lebih memahami seluk beluk varian Omicron. Namun demikian, untuk
saat ini, WHO memberikan pemaparan mengenai beberapa poin-poin penting terkait varian Omicron,
yakni:

1. Penularan

WHO menyatakan hingga saat ini belum jelas apakah Omicron lebih menular, misalnya, lebih mudah
menyebar dari orang ke orang dibandingkan dengan varian lain, termasuk Delta.

2. Tingkat keparahan penyakit

WHO menjelaskan belum dapat disimpulkan secara pasti apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit
yang lebih parah dibandingkan infeksi dengan varian lain, termasuk Delta.

3. Efektivitas infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya


WHO mengungkapkan berdasarkan bukti awal menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya
peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron, yaitu orang yang sebelumnya terinfeksi COVID-19
dapat terinfeksi lagi dengan lebih mudah dibandingkan dengan varian lainnya.

4. Efektivitas vaksin

WHO bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengetahui dampak potensial dari varian Omicron pada
tindakan pencegahan yang ada, termasuk vaksinasi.

WHO memandang vaksinasi COVID-19 tetap penting dan efektif untuk mengurangi penyakit parah dan
kematian, termasuk melawan varian dominan yang beredar, Delta.

5. Efektivitas tes

Tes Polymerase Chain Reaction (PCR) digunakan untuk mendeteksi infeksi, termasuk infeksi Omicron.
Saat ini, studi untuk menentukan apakah ada dampak pada jenis tes lain, termasuk tes deteksi antigen
cepat sedang berlangsung.

6. Efektivitas perawatan

WHO menyebut Kortikosteroid dan Interleukin-6 (IL6) Receptor Blocker masih efektif untuk menangani
pasien COVID-19 yang parah. Sementara itu, perawatan lainnya masih akan dikaji apakah masih efektif
mengingat perubahan pada bagian virus dalam varian Omicron.

Anda mungkin juga menyukai