BAB I
DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu trier dan bahasa Inggris yaitu triage ,
ditirukan dalam bahasa Indonesia yaitu triase yang berarti sortir. Triase merupakan suatu
konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan
untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganan.
Menurut Permenkes No. 47 tahun 2018, triase adalah proses khusus memilah Pasien
berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi
kegawatdaruratan, sehingga menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas pelayanan
gawat darurat secara cepat dan akurat. Penderita yang masuk dalam sistem triase, segera
diserahkan keruang periksa sesuai dengan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan
yang dibutuhkan. Dokter dan perawat mempunyai batasan waktu (respon time) untuk
mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 5 menit.
A. TUJUAN
Triase memiliki tujuan sebagai panduan bagi dokter dan perawat puskesmas untuk
mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien berdasarkan tingkat kegawat
daruratan , trauma, atau penyakit dengan mempertimbangkan penanganan dan sumber daya
yang ada.
B. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan tenaga kesehatan di puskesmas
prabumulih timur baik dokter , perawat , ataupun bidan.
BAB II
RUANG LINGKUP
TATA LAKSANA
Prosedur triase:
a) Pasien datang diterima tenaga kesehatan di ruang Gawat Darurat atau ruang tindakan.
Bila jumlah Pasien lebih dari kapasitas ruangan, maka triase dapat dilakukan di luar
ruang Gawat Darurat atau ruang tindakan
b) Penilaian dilakukan secara singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan kategori
kegawatdaruratan Pasien oleh tenaga kesehatan dengan cara:
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitif
c) Mengkategorikan status Pasien menurut kegawatdaruratannya, apakah masuk ke
dalam kategori merah, kuning, hijau atau hitam berdasarkan prioritas atau penyebab
ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Environment).
Kategori triase :
Segera – Immediate ( Warna Merah )
Kategori merah merupakan prioritas pertama (Pasien cedera berat mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera).
Pasien membutuhkan stabilisasi segera.
Contoh :
1. Syok dengan berbagai penyebab
2. gangguan pernafasan
3. trauma kepala dengan pupil anisokor
4. pendarahan external massif .
5. Gangguan jantung yang mengancam
6. Luka bakar > 50 % atau luka bakar didaerah thorak.
7. Tension pneumothoraks.
b. Petugas UGD menanyakan riwayat penyakit dan melakukan pengkajian singkat dan
cepat (tidak boleh lebih dari 5 menit ) untuk menentukan sifat kegawatan penyakit
dan jenis pertolongan yang diberikan, dan mencatat waktu datang pasien
c. Bila jumlah penderita / korban melebihi kapasitas ruang tindakan maka triase dapat
dilakukan diluar triase ( didepan ruang tindakan )
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapat prioritas pelayanan dengan
urutan warna merah , kuning , hijau , hitam.
Label Merah :
4) bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk kerumah
Label Kuning :
1) Pasien katagori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dan dapat meunggu giliran setelah pasien katagori triase merah selesai
ditangani.
2) Dokter dan perawat melakukan pertolongan medik sementara sesuai dengan
kondisi pasien.
Label Hijau.
1) Pasien katagori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
2) Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan keadaan pasien.
3) Pasien diberi penjelasan mengenai keadaan penyakitnya.
Label Hitam :
DOKUMENTASI
Petugas IGD harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien berdasarkan hasil
yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan
serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan
perkembangannya.