Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA


UPTD PUSKESMAS LONG PUJUNGAN
Desa Long Pujungan RT 04 Kec. Pujungan, Kode Pos 77562
Email: puskesmaslongpujungan@gmail.com
MALINAU

PEDOMAN TRIASE UPTD


PUSKESMAS LONG PUJUNGAN

BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganannya. Triase merupakan usaha pemilahan korban sebelum ditangani
berdasarkan tingkat kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada. Triase adalah suatu sistem pembagian/ klasifikasi prioritas
klien berdasarkan berat ringannya kondisi klien/ kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Dalam triase, perawat dan dokter di puskesmas mempunyai batasan waktu (respon time) untuk
mengkaji keadaan dan memberikan intervensi yaitu < 5 menit.

B. Tujuan
Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat puskesmas untuk
mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan,
trauma, atau penyakit dengan mempertimbangkan penanganan dan sumber daya yang ada.

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Long
Pujungan baik dokter, perawat, ataupun bidan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Triase diberlakukan sistem prioritas, penentuan/ penyeleksian mana yang harus


didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
dengan seleksi pasien berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal

Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di Puskesmas dapat dilakukan dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitive
f. Tag warna
BAB III
TATA LAKSANA

Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase terutama
dilakukan di ruang tindakan. Pelaksanaan Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh
dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan dalam keadaan bencana
dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar atau di depan gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan label pasien merah,
hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban.
Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu Ruang Tindakan Puskesmas, perawat harus
mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian
serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien. Perawat dan
dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertamakali ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus
dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam
rekam medis. Informasi baru akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area
pengobatan.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien mengalami
gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu. Pengkajian
awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder dari pihak keluarga.
Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subyektif
yang berasal langsung dari pasien.
Kategori triase
Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :
a. Segera - Immediate (Warna Merah)

Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera.

b. Tunda - Delayed (Warna Kuning)


Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera

c. Minimal (Warna Hijau)


Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan

d. Expectant ( Warna Hitam)


Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat
pertolongan

1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang
mengalami:
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernapasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal masif. Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban
yang mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan ini
penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke Rumah Sakit, dan lebih siap untuk
menerima perawatan yang lebih invasif. Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali
dari status “merah” menjadi “kuning” (misalnya korban dengan tension pneumothorax yang
telah dipasang drain thoraks (WSD).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan
dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:
 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor
 Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat
dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
 Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga akan
dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.

Alur proses triase


a. Pasien datang diterima petugas Ruang Tindakan
b. Di ruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan mencatat waktu datang pasien.
c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan Ruang Tindakan, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan Ruang Tindakan)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna merah, kuning, hijau, hitam:
e. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di Ruang Tindakan. Tetapi
bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah
dilakukan stabilisasi.
f. Pasien kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat menunggu
giliran setelah pasien kategori triage merah selesai ditangani.
g. Pasien kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila memungkinkan dapat
dipulangkan.
h. Pasien kategori triase hitam jika sudah dinyatakan meninggal dikembalikan keluarga
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan pemantauan dengan
tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :
a. Waktu dan datangnya pasien
b. Keluhan utama
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
e. Penempatan di area penanganan yang tepat
f. Permulaan intervensi.
Petugas Ruang Tindakan harus mengevaluasi secara berkelanjutan perawatan pasien
berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke arah hasil dan
tujuan serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan
perkembangannya. Proses dokumentasi triase menggunakan Form Rekam Medis.

Anda mungkin juga menyukai