Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN

TATA LAKSANA TRIASE

UPTD PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN


KOTA SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Panduan Tata Laksana
Triase UPTD Puskesmas Ngemplak Simongan. Buku ini kami susun sebagai
salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan
Triase di UPTD Puskesmas Ngemplak Simongan.
Pada kesempatan ini perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan
terima kasih dan apresiasi kepada semua karyawan yang telah terlibat dalam
proses penyusunan Panduan Triase di UPTD Puskesmas Ngemplak Simongan.
Semoga dengan adanya pedoman ini dapat mempermudah karyawan
dalan mempersiapkan dan melaksanakan Triase di UPTD Puskesmas Ngemplak
Simongan.

Semarang, 11 Mei 2022


Kepala UPTD Puskesmas Ngemplak Simongan

dr. Diana Eka Ratnasari


NIP. 19771124 200701 2 010
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang berfungsi
untuk menerima dan menstabilkan pasien yang menunjukkan gejala yang
bervariasi baik gawat atau tidak gawat. Triase adalah cara pemilahan
penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat
kegawatannya dan masalah yang terjadi pada pasien. Dua jenis keadaan
triase dapat terjadi yaitu :
1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan
petugas. Dalam keadaan ini pasien dengan masalah gawat darurat dan
multi trauma akan dilayani terlebih dahulu dan sesuai dengan prinsip
ABC
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas.
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah pasien
yang dengan kemungkinan survival yang terbesar.
Pengambilan keputusan triase didasarkan pada keluhan utama,
riwayat medis dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta
hasil pengkajian fisik yang terfokus. Prioritas adalah penentuan mana yang
harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu
pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Beberapa hal yang mendasari
klasifikasi pasien dalam sistem triase adalah kondisi klien yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan
yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam jiwa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas,
Breathing/pernafasan, Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera
maka dapat meninggal/cacat.

B. Tujuan
Tujuan utama triase adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa, tujuan selanjutnya adalah menetapkan derajat kegawatan
yang memerlukan pertolongan kedaruratan.

C. Sasaran
Sasaran dari panduan ini adalah semua tenaga kesehatan di UPTD
Puskesmas Ngemplak Simongan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Triase diberlakukan sistem prioritas, penetuan/ penyeleksian mana yang


harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksai pasien berdasarkan:
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dunia dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di UPTD Puskesmas
Ngemplak Simongan dapat dilakukan dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitive
f. Tag warna
BAB III
TATA LAKSANA

Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu ruang tindakan UPTD


Puskesmas Ngemplak Simongan, perawat harus mulai memperkenalkan diri
kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian serta
pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas ke arah pasien sebelum
mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari
5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung
jawab pasien. Perawat dan dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien
di area pengobatan yang tepat. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali
ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat
sedikitnya setiap 30 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mencesak atau
gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru akan mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif
bahwa pasien mengalami gangguan pada airwat, breathing dan circulation maka
pasien ditangani dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif
dan data subyektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien
membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subyektif yang
berasal langsung dari pasien.
1. Kategori triase
Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :
a. Segera – Immediate(Warna merah)
Pasien mengalami cidera mengancam jiwa yang kemungkinan
besar dapat hidup bila ditolong segera
b. Tunda – Delayed (Warna kuning)
Pasien memerlukan tindakan definitif tetapi tidak ada ancaman
jiwa segera
c. Minimal (Warna hijau)
Paien mendapat cidera minimal dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan
d. Expectant (Warna hitam)
Pasien mengalami cidera mematikan dan akan meninggal dunia
meskipun mendapat pertolongan.
2. Alur proses triase
a. Pasien datang diterima di ruang tindakan
b. Di ruang triase dilakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat dan
cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh
perawat dan mencatat waktu datang pasien
c. Bila jumlah penderita penderita/ korban melebihi kapasitas ruang
tindakan maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (depan
ruang tindakan)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan
prioritas pelayanan dengan pelabelan mengggunakan pita warna
merah, kuning, hijau, atau hitam
e. Pasien kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan di ruang tindakan. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah
dilakukan stabilisasi
f. Pasien kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis
lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu
giliran setelah pasien kategori triase merah selesai ditangani
g. Pasien kategori triase hijau dapat dipindahkankan ke rawat jalan
atau bila memungkinkan dapat dipulangkan
h. Pasien kategori triase hitam jika sudah dinyatakan meninggal
dunia dikembalikan ke keluarga.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan
pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim
kesehatan. Pada tahap pengkajian, proses triase yang mencakup dokumentasi :
a. Waktu dan datangnya pasien
b. Keluhan utama
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
e. Penempatan di area penanganan yang tepat
f. Permulaan intervensi
Petugas di ruang tindakan harus mengevaluasi secara kontinu perawatan
pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan
perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan
respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya. Proses
dokumentasi triase menggunakan Form Rekam Medis.

Anda mungkin juga menyukai