Anda di halaman 1dari 9

PEDOMAN TRIASE

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS TOMALEHU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatNya, kami dapat menyelesaikan Panduan Pendaftaran Pasien Puskesmas
Tomalehu . Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan
acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan persiapan akreditasi baik oleh
pendamping maupun pelaksana akreditasi
Puskesmas Tomalehu

Akreditasi mempersyaratkan adanya pembuktian pelaksanaan seluruh


kegiatan pelayanan melalui dokumentasi dan penelusuran, karena pada prinsip
akreditasi, seluruh kegiatan harus tertulis dan apa yang tertulis harus
dikerjakan dengan sesuai. Pedoman ini berisi acuan yang dapat digunakan
sebagai Panduan TRIASE Pasien di Puskesmas Tomalehu. Pada kesempatan ini
perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua karyawan yang telah terlibat dalam proses penyusunan Panduan
TRIASE Pasien Puskesmas Tomalehu
Semoga dengan digunakannya pedoman ini dapat mempermudah petugas
dalam melaksanakan TRIASE pasien di Puskesmas Tomalehu.

Tomalehu, Januari 2023


KEPALA PUSKESMAS

ULPA KALIKY Amd Keb


Nip. 196807161989032006
BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang

Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus


dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk
memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya. Triase merupakan usaha
pemilahan korban sebelum ditangani berdasarkan tingkat kegawat
daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada. Triase adalah suatu sistem
pembagian/ klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/ kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triase,
perawat dan dokter di puskesmas mempunyai batasan waktu (respon time)
untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi yaitu < 5 menit.

B. Tujuan

Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat


puskesmas untuk mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien
berdasarkan tingkat kegawat daruratan, trauma, atau penyakit dengan
mempertimbangkan penanganan dan sumber daya yang ada.

C. Sasaran

Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di


Puskesmas Tomalehu baik dokter, perawat, ataupun bidan.
BAB II

RUANG LINGKUP

Triase diberlakukan sistem prioritas, penentuan/ penyeleksian mana yang


harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :

a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.

b. Dapat mati dalam hitungan jam

c. Trauma ringan

d. Sudah meninggal

Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di Puskesmas Tomalehu


dapat dilakukan dengan :

a. Menilai keadaan umum pasien

b. Menilai GCS

c. Menilai tanda vital

d. Menilai kebutuhan medis

e. Menilai kemungkinan bertahan hidup

f. Menilai bantuan yang memungkinkan

g. Memprioritaskan penanganan definitive

h. Tag warna
BAB III
TATA LAKSANA

Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas


penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi
pada pasien. Triase terutama dilakukan di ruang tindakan. Pelaksanaan Triase
di dalam keadaan sehari-hari dilakukan oleh dokter dan atau perawat yang
kompeten di ruang tindakan. Sedangkan dalam keadaan bencana dilakukan oleh
perawat dan dilakukan di luar atau di depan gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat
diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam
aktivitasnya, digunakan label pasien hijau, kuning, merah dan hitam sebagai
kode identifikasi korban.
Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu Ruang Tindakan Puskesmas
Tomalehu, perawat harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan
riwayat singkat dan melakukan pengkajian serta pemeriksaan tanda-tanda vital,
misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar sebelum
mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih
dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat
penanggung jawab pasien. Perawat dan dokter bertanggung jawab untuk
menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat. Tanpa memikirkan dimana
pasien pertamakali ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus
dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau
gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang
harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru akan mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif
bahwa pasien mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka
pasien ditangani dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif
dan data subyektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien
membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subyektif yang
berasal langsung dari pasien.
Kategori triase

Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :

a. Segera - Immediate (Warna Merah)

Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan


besar dapat hidup bila ditolong segera.

b. Tunda - Delayed (Warna Kuning)

Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman

jiwa segera

c. Minimal (Warna Hijau)

Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri


sendiri atau mencari pertolongan

d. Expectant (Warna Hitam)

Pasien sudah meninggal yang jelas tidak mungkin untuk


diselamatkan

1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan


korban yang mengalami:
▪ Syok oleh berbagai kausa

▪ Gangguan pernapasan

▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor ▪


Perdarahan eksternal massif.
Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang
mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan
di lapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke
Rumah Sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih
invasif. Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status
“merah” menjadi “kuning” (misalnya korban dengan tension
pneumothorax yang telah dipasang drain thoraks (WSD).

2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat,


tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:
▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen)

▪ Fraktur multipel

▪ Fraktur femur / pelvis

▪ Luka bakar luas

▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala

▪ Korban dengan status yang tidak jelas

Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan


ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan
perawatan sesegera mungkin.

3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan


pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup
korban yang mengalami:
▪ Fraktur minor

▪ Luka minor, luka bakar minor

▪Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau


pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan. ▪
Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi
lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.

4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.

Alur proses triase

a. Pasien datang diterima petugas Ruang Tindakan

b. Di ruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat


(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan
mencatat waktu datang pasien.

c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan Ruang

Tindakan, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan

Ruang Tindakan)

d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas


pelayanan dengan urutan warna merah, kuning, hijau, hitam:
e. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di Ruang
Tindakan. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat
dirujuk ke rumah sakit setelah dilakukan stabilisasi.

f. Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dapat menunggu giliran setelah pasien kategori triage merah selesai
ditangani.
g. Pasien kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.

h. Pasien kategori triage hitam jika sudah dinyatakan meninggal dikembalikan


keluarga
BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan


pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan
perkembangan kepada tim kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :

a. Waktu dan datangnya pasien

b. Keluhan utama

c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan

d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat

e. Penempatan di area penanganan yang tepat

f. Permulaan intervensi.

Petugas Ruang Tindakan harus mengevaluasi secara kontinu perawatan


pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan
perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan
respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya. Proses
dokumentasi triase menggunakan formulir Rekam Medis.

Ditetapkan di Tomalehu

Pada Tanggal Januari 2023

Mengetahui
KEPALA PUSKESMAS

ULPA KALIKY Amd Keb


Nip. 196807161989032006

Anda mungkin juga menyukai