Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kasus
Cholelitiasis pada Ny.S di ruang Baitulsalam 2 rumah sakit islam sultan agung Semarang yang di
kelola 3 hari pada tanggal 14 Februari 2021 sampai dengan 16 Februari 2021. Dengan
memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, menentukan intervensi keperawatan , melakukan implementasi keperawatan, serta
sampai dengan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 14 Februari 2021 WIB di
temukan pasien Ny.S dengan diagnosa keperawatan Choleliitiasis. Pengertian dari
Cholelitiasis ialah timbunan batu kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu. Cholelitiasis juga dapat didefinisikan sebagai endapan satu atau lebih komponen
empedu, seperti kolestrol, bilirubin, garam empedu, kalsium dan protein.[ CITATION
Put131 \l 1033 ].
Di sini penulis akan membahas tentang pengkajian yang belum terdokumentasi
secara lengkap, pengkajian adalah dasar dari proses keperawatan yang memeliki tujuan
untuk mengumpulkan informasi maupun data klien supaya dapat mengindentifikasi
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan klien, baik fisik maupun
lingkungan.(Jannah, 2019). Berdasarkan pengajian yang telah di data ada beberapa yang
belum di cantumkan oleh penulis yaitu, pengkajian pola eliminasi yaitu kebiasaan dalam
BAB, di kaji berapakali dalam sehari, berapaa frekuensinya, bagaimana warnanya,
bagaimana konsistensinya serta memilki bau yang khas. (Syafridayani, 2019)
Diantaranya penulis tidak mengkaji lebih detail mengenai awal mulanya adanya
batu didalam saluran empedu pada abdomen klien yang akhirnya klien
didiagnosaCholelitiasis, klien mengatakan nyeri di abdomen bagian kanan atas. Selain itu
ada beberapa kekurangan dalam pengkajian antara lain kekurangan dalam data
pemeriksaan diagnostik, penulis juga hanya melihat diagnosa klien pada rekam medik
klien tanpa mengumpulkan data yang cukup untuk mendukung ketepatan tentang
penyakit klien.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dalam penegakan dan memprioritaskan dignosa penulis
mengambil landandasan teori menggunakan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia).
1. Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi dibuktikan
dengan pasien mengatakan kaki dan tanganya sulit digerakan karena nyeri post
oprasi pergerakan klien terbatas klien di bantu anaknya pada saat beraktivitas.
Ganguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. Batasan karakteristik pada masalah ganguan mobilitas
fisik antara lain : mengeluh sulit mengerakan ekstremitas, nyeri saat bergerak,
enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerakan, kekuatan otot
menurun, rentaang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan tidak
terakoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah. Pada tanggal 14 Februari 2021 penulis
mengangkat diagnosa tersebut karena pada saat pengkajian di dapatkan data pasien
mengeluh sulit menggerakkan ektemitas, nyeri saat bergerak dan pergerakan klien
terbatas. Penulis menegakkan diagnosa gangguan mobilitas fisik ini sesuai dengan
batasan karakteristik nyeri menurut [ CITATION PPN17 \l 1033 ]
Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan ganguan mobilitas fisik
dengan tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan
gangguan mobilitas fisik klien menurun dengan kriteria hasi sebagai berikut
pergerakan ekstremitas klien meningkat, kelemahan fisik menurun, kekuatan otot
meningkat, rentang gearak menjadi meningkat (PPNI, 2019). Adapun intervensi
yang di dapat dilakukan antara lain : Memonitor TTV, Identifikasi adanya keluhan
nyeri atau keluhan fisik lainya, memberikan dukungan positif pada saat melakukan
latihan gerak sendi, anjurkan ambulaasi sederhana yang harus di lakukan (misalnya
berjalan dari tempaat tidur ke kursi, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi), libatkan keluarga untuk membantu klien dalam
meningkatkan ambulasi, ajarkan mobilisasi sederhana (misalnya duduk di tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi, duduk disisi tempat tidur),ajarkan ambulasi
dini, latihan rentang gerak (ROM)(PPNI, 2018a).
Salah satu intervensi pada masalah keperawatan ini yang dimplemtasikan
oleh penulis adalah mengidentitifikasi nyeri dan keluhan fisik lainya, memonitoring
Tanda-Tanda Vital, mengajarkan latihan rentang gerak (ROM). Berdasarkan semua
tindakan yang telah dilakukan seharusnya penulis penulis menabahkan intervensi
ukur nilai kekuatan otot dan memberikan dukukan positif supaya untuk
mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas klien apakah sudah ada
perkembangan dalam beraktivitas (Forwaty et al., 2019). Latihan rentang gerak
(ROM) dapat membantu mempertahankan atau dapat memperbaiki tingkat
kesempurnaan pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
pergerakan massa otot dan tonus otot. Latihan rentang gerak (ROM) merupakan
salah satu meningkatkan kesehatan dengan menjaga kelenturan otot dan dapat
melancarkaan peredaran darah(Indrayana & Wahyudi, 2020). Pada masalah
keperawatan ini keluarga sangat berperan dalam membantu klien untuk begerak dan
beraktivitas. Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik seperti mandi,
berpakaian, berpindah tempat atau bergerak, makan, minum dan minum tentu
membutuhkan bantuan oraang lain dan keluarga .
Penulis tidak mengalami kesulitan pada saat mengimplementasikan
intervensi ini kepada klien. Karena klien kooperatif dan keluarga lebih berperan
dalam membantu klien bergerak. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24 jam. Evaluasi pada diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri post oprasi pada hari terakir didapatkan respon yang
sudah memenuhi kriteria hasil klien sudah bisa duduk secara mandiri tanpa bantuan
orang lain, masalah teratasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dan manfaat latihan
rentang gerak (ROM) yaitu untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas
dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernaapasan, menentukan
nilai kemampuan sendi tulang dan otot, memperbaiki tonus otot, memperbaiki
tolerans otot untuk latihan, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi(Irawati et al., 2016)
2. Nyeri akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengatakan nyeri dibagian abdomen kanan atas nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penulis mengagkat diagnosa tersebut (PPNI, 2016).
Batasan karakteristik nyeri : mengeluh nyeri, ekspresi wajah klien
menunjukan meringis dan gelisah, fokus pada nyeri penulis menegakan diagnosa
nyeri akut sesuai dengan batasan karakteristtik nyeri menurut (PPNI, 2016)
Penulis menyusun rencanaa asuhan keperawatan pada diagnosa nyeri akut
setelah di lakukan tidankan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan tinggat nyeri
menjadi menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut keluhan nyeri menjadi
menurun, ekspresi wajah meringis menurun, gelisah menurun. Adapun intervensi
yang dapat di lakukan sebagai berikut : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, insensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, berikan terapi
farmakologi, berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri( misalnya terapi kompres hangat, terapi pijat, terapi musik), ajarkan tehnik
distraksi dan relaksasi.(PPNI, 2019). Intervesi yang di tetapkan yaitu identifikasi
saat tingkat ansietas, latihan kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan,
ajarkan tehnik relaksasi, anjurkan mengambil posisi nyawan semi flower, ciptakaan
lingkungan yang tenang tanpa ada gaangguan.(PPNI, 2018a)
Hasil penelitian (Nurdin et al., 2013) tehnik napas dalam dapat di lakukan
dalam semua responden dan hasilnya sangat mempengaruh yang signifikan
terhadap penurunan skala pada pasien post oprasi ansietas. Implentasi yang
dilakukan oleh penulis yaitu pemberian tehnik napas dalam di rasa cukup efekti
dalam mengurangi nyeri pada klien post oprasi Cholelitisis. Hasil evaluasi
menunjukan bahwa ketika di kaji klien mengatakan skla nyeri klien 4 setelah di beri
asihan keperawatan selama 3x24 jam dengan tehnik relaksasi napas dalam skala
nyeri klien menjadi 2.
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
dibuktikan dengan klien merasa cemas dan kwatir akan kegagalan oprasi
yang akan dihadapinya.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman(PPNI,
2016). Pada tanggal 13 Februari 2021 penulis mengangkat dignosa tersebut karena
pada saat pengkajian didapatkan data pasien cemas,khawatir dan gelisah akan
oprasi yang akan dihadapinya. Batasan karakteristik dalam Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah sesuai yaaitu adanya merasa khawatir akibat
kondisi yang di hadapi dan ekspresi wajah klien tampak tegang menurut (PPNI,
2016)
Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan pada diagnosa ansietas
Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu setelah di lakukan tindakaan
keperawatan selama 1x24 jam keluhan cemas klien berkurang dengan kriteria hasil
sebagai berikut kebingungan klien menurun, tekanan darah menjadi normal, ke
khawatiran menurun, pola tidur menjadi membaik (PPNI, 2019). Adapun intervensi
yang di lalukan antara lain Identifikasi saat tingkat ansietas, latihan kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan, ajarkan tehnik relaksasi, anjurkan
mengambil posisi nyawan semi flower, ciptakaan lingkungan yang tenang tanpa ada
gaangguan (PPNI, 2018)
Hasil penelitian (Rokawie et al., 2017) fenomena yang di temukan
pada pasin pre oprasi sebagian besar pasien yang akan menjalani operasi merasa
khawatir dan mengatakan takut akan terjadinya cacat, takut tidak sembuh, dan takut
meninggal adapun intervensi yang di lakukan yaitu dengan tehnik nafas dalam
untuk mengatasi kecemasan pasien yang akan mengalami pre oprasi abdomen di
Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro. Hasil evaluasi menunjukan ketika
di kaji klien mengatakan merasa cemas dan khawatir akan di oprasi setelah di beri
asuhan keperawatan selama 1x24 jam dengan tehnik nafas dalam klien mengatakan
cemasnya sudah berkurang dan sudah siap untuk di oprasi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur di buktiktika
dengan klien mengeluh sulit tidur jika terbangun di malam hari tidak bisa
tidur lagi sampai pagi.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal(PPNI, 2016). Pada tanggal 14 Februari 2021 penulis
mengakan diggnosa tersebut karna pada saat pengkajian didapatkan data pasien
mengeluh sulit tidur jika terbangun di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi.
Batasan karakterisitik pada dignosa keperawatan mengeluh sulit tidur, mengeluh
kemampuan beraktifitas menjadi menurun,menguluh istirahat tidak cukup.(PPNI,
2016).
Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pola tidur.
Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu setelah di lakukan tindakaan keperawatan
selama 2x24 diharapkan gangguan pola tidur menjadi terasi dengan kriteria hasil sebagai
berikut kesulitan tidur mrnjadi menurun, keluhan istirahat tidak cukup menjadi menurun,
kemampuan beraktifitas menjadi membaik(PPNI, 2019). Adapun intervensi yang di dapat
dilakukan antara lain : Identifikasi pola tidur dan aktivitas, identifikasi faktor penganggu
tidur, fasilatasi penghilang stres, ajarkan relaaksasi otot auto genetk atau cara
nonfarmakologi lainya, tetepkan jadwal tidur rutin, modifikasi lingkungan (misalnya
pencahayaan,kebisingan, suhu, matras, tempat tidur(PPNI, 2018b)
C. Tambahan diagnosa keperawatan
Selain membahas masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S dengan post
operasi Cholelitiasis, penulis juga akan membahas diagnosa tambahan yang tidak
ditegakkan oleh penulis, yaitu risiko infeksi. Penulis menambahkan diagnosa ini karena
terdapat luka pada abdomen pasca operasi. Penulis seharunya lebih melengkapi pada
analisa datanya untuk menegakkan diagnosa resiko infeksi, karena terdapat pembedahan
yang mengakibatkan luka sayatan yang berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik (PPNI, 2016). Sehingga harus di atasi karena tindakan pembedahan
membutuhkan keseterilan untuk mencegah terjadinya resiko infeksi Lamanya waktu
operasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi pada luka
insisi pasca operasi dan komplikasi pada umumnya. Jika waktu atau durasi operasi
semakin lama maka akan mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca operasi dan
akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi (Sandy, 2015)
BAB V
PENUTUP
Asuhan keperawatan yang di kelola selama 3 hari mulai pada tanggal 13 februari 2021
sampai tanggal 16 Februari 2021. Langkah terakir dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
adalah membuat kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
asuhan keperawatan pada pasien khususnya pada pasien Cholelitiasis.
A. Kesimpulan
Penulis memperpleh kesimpulan dari asuhan keperawarawatan pada Ny. S dengan
post oprasi Cholelitiasis sebagai berikut.
1. Dapat disimpulkan cholelitiasi adalah timbunan kristal di dalam kandung
empedu atau di saluran empedu seperti kolestrol, bilirubin, garam epedu,
kalsium, dan protein.
2. Pengkajian yang di lakukan mulai dari data umum, pola kesehatan fungsional,
pemeriksaan fisik, sampai data penunjang .pada pengkajian Ny S pada tanggal
14 Februari 2021 di dapatkan data post oprasi yaitu, mengeluh sulit bergerak
karena nyeri post oprasi, mengeluh nyyeri dia abdomen kanan atas karena nyeri
post oprasi, sulit tidur jika sudah tidur terbangun di malam hari dan tidak bisa
tidur lagi sampai pagi.
3. Masalah keperawataan yang muncul pada Ny. S adalah ansietas ber hubungan
dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di buktiakn dengan dengan klien
merasa cemas dan kwatir akan kegagalan oprasi yang akan dihadapinya, nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan klien
mengeluh nyeri di bagian abdomen kanan atas nyeri yang dirasakan hilang
timbul, ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi di
buktikan dengan pasien mengatakan kaki dan tanganya sulit digerakan karena
nyeri post oprasi pergerakan klien terbatas klien di bantu anaknya pada saat
beraktivitas, ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur di
buktikan dengan klien mengeluh sulit jika tertidur terbangun di malam hari dan
tidak bisa bangun lagi sampai pagi. Dengan diagnosa keperawatan prioritas
adalah gangguan mobilitas fisik.
4. Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Fokus intervensi yang di berikan kepada Ny. S dengan dignosa
keperawatan prioritas gangguan mobilitas fisik yaitu dengan latihan rentang
gerak (ROM) pasif.
5. Implemntasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang telah
disusun pada masing-masing diagnosa keperawatan.
6. Hasil evaluasi yang di dapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3 hari didapatkan tujuan tercapai dan masalah teratasi.
B. Saran
1. Instutusi pendidik
Menjadikan karya tulis ilmiah sebagai referensi pada institusi pendidik untuk
menamping penyusunan asuhan keperawatan dengan kaasus Cholelitiasis.
2. Lahan Praktik Rumah sakit
Hasil asuhan keperawatan di berikan kepada pasien sudah cukup baik dan
sebaikanya lebih meningkatkan mutu pelayanan supaya dapat memberikan
asuhan keperawatan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan supaya dapat menerapkan setiap asuhan keperawatan sesuai dengan
teori.
3. Masyarakat.
Diharapkan bagi masyarakat hendaknya lebih menambah informasi melalui
tenaga kesehatan, media massa maupun media elektronik untuk mengetahui cara
pencegahan dari penyakit Cholelitiasis dan mendukung sosialisasi tentang
penyakit cholelitiasis yang di berikan oleh tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai