Disusun Oleh :
NIM: PN.2008.64
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Hari/tanggal:.................................
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(...............................................)
I. KONSEP KEGAWAT DARURATAN
A. Keperawatan Gawat Darurat
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam
nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan
bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016). Gawat darurat adalah
keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan
penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat
dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu meka korban
akan mati atau cacat/ kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup (Saanin,
2012).
Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-
waktu/ kapan saja terjadi dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja
sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medis atau perjalanan suatu
penyakit (Saanin, 2012). Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikkan
pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi
juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan
keluarga. Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional
keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis.
Namun UGD dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang
tidak urgent, sehingga filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi
luas, kedaruratan yaitu apapun yang dialami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai kedaruratan (Hati, 2011 dalam Saanin, 2012).
Sistem pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis
lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepada
pasien (Saanin, 2012). Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya . biasanya di
lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocard Infark).
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Biasanya dilambangkan dengan label biru. Misalnya pasien dengan
Ca stadium akhir.
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Biasanya di lambangkan dengan label kuning.
Misalnya, pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan. Pasien yang tidak
mengalami kegawatan dan kedaruratan. Biasanya dilambangkan dengan label
hijau. Misalnya, pasien batuk, pilek.
Keperawatan gawat darurat atau emergency nursing merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut
atau sakit yang mengancam kehidupan. Kegawatdaruratan medis dapat
diartikan menjadi suatu keadaan cedera atau sakit akut yang membutuhkan
intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah atau mencegah
kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat darurat merupakan
pasien yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan cepat untuk
mencegah terjadinya kematian atau kecacatan. Dalam penanganannya
dibutuhkan bantuan oleh penolong yang profesional. Derajat
kegawatdaruratan serta kualitas dari penanganan yang diberikan
membutuhkan keterlibatan dari berbagai tingkatan pelayanan, baik dari
penolong pertama, teknisi kesehatan kegawatdaruratan serta dokter
kegawatdaruratannya itu sendiri. Respon terhadap keadaan kegawatdaruratan
medis bergantung kuat pada situasinya. Keterlibatan pasien itu sendiri serta
ketersediaan sumber daya untuk menolong. Hal tersebut beragam tergantung
dimana peristiwa kegawatdaruratan itu terjadi, diluar atau didalam rumah
sakit (Caroline 2013).
Karakteristik keperawatan gawat darurat:
1. Tingkat kegawatan dan jumlah pasien sulit diprediksi
2. Keterbatasan waktu, data dan sarana: pengkajian, diagnosis, dan tindakan
3. Keperawatan diberikan untuk seluruh usia
4. Tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan tinggi
5. Saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan
B. Prinsip Keperawatan Gawat darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta
harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik
didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja (John, 2013).
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan
panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang
mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat,
keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali
jika ada ortopnea), lindungi korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk
menenangkan dan yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat atau memindahkan yang tidak perlu, memindahkan
jika hanya ada kondisi yang membahayakan.
7. Jangan di beri minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan
kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai
dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Contoh: gawat nafas, gawat
jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran.
2. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan yang darurat contohnya: kanker stadium lanjut
3. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tibatiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota badannya contohnya: fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
C. Kode-kode Emergency di Rumah Sakit
1. Code Red
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus
mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran.
Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-
masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan
tanggap darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera
mematikan listrik di area kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien
ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya. Tatalaksananya (RACE):
a. (R) REMOVE/RESCUE/SELAMATKAN setiap orang yang berada
dalam area kebakaran sambil meneriakkan: code red ---- code red
b. (A) ALERT/ALARM/SEBARLUASKAN dengan cara menelpon
Operator selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait antara
lain petugas security, selajutnya beritahu kawan terdekat. Bila api
membesar telpon Dinas Pemadam Kebakaran.
c. (C) CONFINE/ CONTAIN/SEKAT bila sekitar ruangan penuh api
dan asap, bila memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk
mencegah api menjalar.
d. (E) EXTINGUISH/PADAMKAN bila api masih memungkinkan/bila
api masih kecil. Jangan ambil resiko yang tidak perlu.
e. Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang
kemungkinan berkaitan dengan api, tapi tetap pertimbangkan dengan
cermat bila pasien masih memerlukan.
f. Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman.
g. Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi
berurutan.
h. Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf Senior,
Manajer on Duty (MOD), ataupun petugas pemadam kebakaran
2. Code Blue (Biru)
Code blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien, keluarga
pasien, pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti jantung dan
membutuhkan tindakan resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya
adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code blue yang
bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju
ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru
pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan
gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan
pasien henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang
berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada
lantai yang berbeda atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan
pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat.
3. Code Pink (Merah muda)
Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/
anak atau kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit. Secara
universal, pengumuman ini seharusnya diikuti dengan lock down
(menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara serentak. Bahkan
menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat
untuk kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.
4. Code Black (Hitam)
Code Black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang
yang membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata
yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri),
ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan
rumah sakit dan ancaman lain.
5. Code Brown (Coklat)
Code Brown dalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi
pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah
ditentukan. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan
tugasnya. Terdapat tiga tahap evakuasi:
a. TAHAP 1: Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari
ruangan ke koridor, sambil meneriakkan:”Code brown -- code
brown”untuk memberitahukan petugas lain
b. TAHAP 2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke ruangan
yang aman pada lantai yang sama; lantai bawahbilabangunan
bertingkat
c. TAHAP 3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau
tangga ke titik kumpul dan ikuti petunjuk dalamEmergency Plan
rumah sakit.
Pada saat evakuasi, bila diinstruksikan, evakuasikan ke area yang
dialokasikan dalam urutan sebagai berikut:
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.
PATHWAY
D. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik dari aspirasi benda asing dibagi menjadi 3 fase yaitu Fase
awal dimana gejala yang timbul langsung setelah teraspirasi benda
asing. Gejala berupa batuk, terengah-engah, tersedak, rasa tercekik,
stridor, wheezing (suara mengi) dan episode sianosis.
1. Fase asimptomatik dimana terjadi beberapa menit dan bulan tergantung
dari lokasi benda asing, derajat obstruksi jalan nafas dan reaksi
inflamasi akibat materi dari benda asing. Pada fase ini benda asing
mudah untuk berpindah tempat dan diikuti dengan perubahan gajala dan
tanda namun dapat juga tidak mempelihatkan gejala.
2. Fase komplikasi dimana gejala timbul kembali seperti batuk, sesak
nafas, sputum, demam, wheezing, hemoptisis dan disertai dengan
komplikasi.
Pada kasus 1 dan 2 terdapat gejala yang khas seperti batuk, sesak nafas
dan ditemukan suara seperti bersiul (whistling sign), lain halnya dengan
kasus ke 3 tidak ditemukan gejala khas dari aspirasi benda asing namun pada
pemeriksaan suara nafas terdapat perbedaan antara paru kanan dan kiri
(Elvie, 2014).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik terutama pada bagian paru
2. Darah lengkap
3. Foto x-ray
4. CT –Scan
5. Bronkoskoskopi
6. Pemeriksaan analisa gas darah
F. Komplikasi
1. Atelectasis adalah gangguan perkembangan paru yang disebabkan
berkurangnya pertukaran udara perifer didalam paru.
2. Edema mukosa paru
3. Trakeitis
4. Bronchitis
5. Efusi pleura
6. Kematian
G. Penatalaksanaan
Penanganan aspirasi benda asing harus dilakukan sesegera mungin saat
terjadi gagal nafas sesuai AHA atau ERC. Pertama nilai keefektifan batuk,
bila tidak efektif maka segera nilai tingkat kesadaran anak. Pada anak yang
sadar bagi yang berusia <1 tahun dapat dilakukan 5 kali back blow diikuti
dengan 5 kali kompresi dada. Sedangkan pada anak usia >1 tahun, dapat
dilakukan maneuver Heimlich. Pada anak yang tidak sadar kriteri ERC dan
AHA berbeda, yakni pada ERC yang pertama dilakukan adalah
mengamankan jalan nafas lalu diberikan nafas 5 kali nafas bantuan dan
resusitasi jantung paru. Sedangkan menurut AHA lakukan resusitasi jantung
paru 30 kompresi dan 2 kali nafas bantuan. Evakuasi benda asing dengan
bronkoskopi merupakan pilihan utama. Bronkoskopi kaku biasanya
dilakukan dengan anestesi umum. Terdapat 2 jenis bronkoskopi yaitu
fleksibel dan rigid. Dimana tipe rigid dibagi lagi menjadi ventilating dan
venturi. Bronkoskopi fleksibel digunakan untuk ekstraksi benda asing yang
berada di jalan nafas distal dan brobkus atas karena diameternya yang kecil
dan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan bronkoskop rigid.
Penataklasanaan dengan teknik Heimlich Manuver
Heimlich Manuever dapat dilakukan sebagai upaya penanganan darurat
untuk menolong orang yang tersedak. Dengan melakukan Heimlich
maneuver, cadangan udara di paru-paru dapat didorong keatas dengan cepat
sehingga benda asing yang menjadi pemicu seseorang tersedak dapat
dikeluarkan dan membuka kembali jalan nafasnya.
Cara melakukan Heimlich maneuver berdasarkan usia dan kondisi orang
yang tersedak :
a. Heimlich maneuver bagi anak-anak dan orang dewasa
Untuk menolong orang dewasa atau anak-anak berusia di atas 1 tahun
yang tersedak, bisa melakukan Heimlich maneuver dengan cara berikut
ini:
1) Bantu orang yang tersedak untuk berdiri.
2) Posisikan badan penolong di belakang orang tersebut. Jika yang
tersedak adalah anak-anak, berlututlah di belakangnya.
3) Letakkan salah satu kaki di depan kaki yang lain untuk menjaga
keseimbangan.
4) Bungkukkan tubuh orang yang tersedak ke depan.
5) Pukul punggungnya dengan telapak tangan sebanyak 5 kali.
6) Lingkarkan tangan di sekitar pinggang orang yang tersedak.
7) Kepalkan salah satu tangan dengan ibu jari ke dalam, letakkan
tangan yang lain di atasnya, lalu tempatkan sedikit di atas pusar
orang yang tersedak.
8) Tekan kepalan tangan ke perutnya dan sentakkan ke atas. Ulangi
gerakan ini sebanyak 10 kali atau hingga benda yang menyumbat
tenggorokan keluar dan ia dapat bernapas atau batuk-batuk.
b. Heimlich maneuver untuk ibu hamil atau penderita obesitas
Prosedur Heimlich maneuver pada ibu hamil atau penderita obesitas
hampir sama dengan orang biasa. Perbedannya hanya pada posisi
melingkarkan dan meletakkan kepala tangan. Pada orang hamil atau
obesitas, harus melingkarkan dan meletakkan kepalan tangan sedikit
lebih tinggi, yaitu di sekitar area tulang dada atau payudaranya.
c. Heimlich maneuver untuk payi
Untuk menolong bayi yang tersedak, dapat melakukan Heimlich
maneuver dengan langkah-langkah berikut ini:
1) Duduk dan topang bayi dengan lengan penolong, lalu tengkurapkan
tubuhnya pada salah satu paha.
2) Posisikan kepala bayi lebih rendah dari punggungnya.
3) Pukul punggungnya pelan-pelan dengan telapak tangan sebanyak
lima kali.
4) Jika benda asing yang menghambat jalan napas bayi tidak keluar,
posisikan bayi dalam keadaan telentang. Usahakan agar kepalanya
lebih rendah dari tubuhnya.
5) Letakkan 2 jari penolong di tengah tulang dadanya dan tekan
dengan cepat sebanyak 5 kali.
6) Ulangi pukulan di punggung dan tekanan di dada hingga benda
keluar dari tenggorokan dan bayi dapat bernapas atau batuk-batuk.
e. Event
Menanyakan kejadian yang menyebabkan keluhan utama
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidaefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing
dalam jalan nafas
2. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot
pernafasan
3. Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan atau vena
5. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
penurunan 02 ke otak
No. SDKI SLKI SIKI
1. Ketidaefektifan bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Manajemen Jalan Nafas
Observasi :
berhubungan dengan benda asing selama 3x24 jam diharapkan masalah
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
dalam jalan nafas ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gurgling, mengi,
teratasi dengan kriteria hasil :
wheezing, ronkhi)
Bersihan Jalan Nafas Teraeutik
Indikator A T 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Frekuensi nafas 3 5 4. Posisikan semi fowler
Pola nafas 3 5 5. Berikan terapi oksigen
Mengi 3 5 Edukasi
Dispnea 3 5 6. Anjurkan asupan cairan
Gelisah 3 5 Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik,
Pemantauan Respirasi
Observasi :
8. Monitor pola nafas
9. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
10. Monitor saturasi oksigen, monitor nilai AGD
11. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN