LAPARATOMI
DI BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
NIM : 11409719044
TINGKAT : II
SEMESTER : III
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : AKHMAD MUNAZIR
NIM : 11409719044
Ruangan : OK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan Asuhan Keperawatan
LAPARATOMI di ruang OK RSUD dr. H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
AKHMAD MUNAZIR
Nim : 11409719044
Mengetahui
A. Definisi Laparatomi
Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding abdomen dan yang telah
didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau catatan medik pasien.
Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti caesarean section
sampai membuka selaput perut (Jitowiyono, 2010).
C. Jenis laparatomi
Ada 4 (empat) cara, yaitu (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2008):
1) Midline insision; yaitu insisi pada daerah tengah abdomen atau pada daerah
yang sejajar dengan umbilikus.
2) Paramedian, yaitu : panjang (12,5 cm) ± sedikit ke tepi dari garis tengah.
3) Transverse upper abdomen insision, yaitu: sisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Transverse lower abdomen incision, yaitu : 4 cm di atas anterior spinal iliaka, ±
insisi melintang di bagian bawah misalnya: pada operasi appendictomy
D. Indikasi Laparatomi
Indikasi seseorang untuk dilakukan tindakan laparatomi antara lain: trauma abdomen
(tumpul atau tajam) / Ruptur hepar, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan (Internal
Blooding), sumbatan pada usus halus dan usus besar, massa pada abdomen. Selain itu,
pada bagian obstetri dan ginecology tindakan laparatomi seringkali juga dilakukan
seperti pada operasi caesar (Syamsuhidajat & Wim De Jong, 2008) Prosedur laparotomi
dapat dilakukan pada berbagai kondisi, seperti:
1. Sakit perut.
2. Pendarahan gastrointestinal.
3. Peradangan pada lapisan tipis dinding perut atau peritoneum (peritonitis).
4. Celah di usus 12 jari (Doudenum), lambung, usus kecil atau organ perut lainnya.
5. Divertikulitis, radang usus buntu atau radang pankreas.
6. Penyakit batu empedu.
7. Trauma atau cedera perut dengan ketidakstabilan hemodinamik atau penetrasi
benda tajam.
8. Kanker atau tumor ganas pada organ di dalam atau sekitar rongga perut.
9. Herzabszeß.
10. Adhesi di rongga perut.
11. Kehamilan ektopik (di luar rahim).
12. Pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim (endometriosis).
E. Kontraindikasi
Kontraindikasi yang perlu diperhatikan adalah ketidakcocokan dengan obat anestesi
tertentu, umumnya pada penderita sepsis, tumor ganas, dan kondisi kritis lainnya. Beri
tahu kondisi Anda pada dokter agar tindakan dan obat-obatan dapat disesuaikan.
Persiapan awal yang akan dilakukan dokter pada pasien di ruang bedah adalah
melakukan anestesi dan buang air besar untuk menghindari asam lambung berlebih
dengan kateter. Anestesi biasanya diberikan secara intravena, sehingga pasien selalu
tidur selama prosedur. Dokter juga akan membersihkan perut dengan sabun sebelum
operasi.
1. Pasien berbaring di meja operasi, dengan telentang dan lengan di sebelah kanan
tubuh.
2. Setelah itu, dokter akan memotong secara vertikal ke perut bagian tengah, atas atau
bawah. Ukuran sayatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan tindakan yang harus
dilakukan. Sebagai aturan, sayatan dibuat di tengah perut untuk memudahkan
mencapai mukosa lambung (peritoneum) dan untuk mengurangi risiko perdarahan.
3. Setelah sayatan utama dibuat, dokter akan membuat luka yang lebih dalam melalui
lemak subkutan ke lapisan Alba Linea. Lapisan tersebut kemudian terbelah sampai
Anda melihat lemak preperitoneal.
4. Dokter akan mencubit dan mengeluarkan mukosa peritoneum dengan pinset di dekat
garis sayatan. Fase ini dilakukan secara perlahan agar tidak melukai usus atau
organ lain.
5. Langkah selanjutnya adalah eksplorasi. Di sini dokter akan mencari pendarahan,
sobekan, cedera, tumor atau kelainan lain pada organ internal. Prosedur tindak lanjut
seperti membersihkan dan menyiram rongga perut dengan kateter, menjahit organ
yang tumpah, atau mengangkat tumor dilakukan.
6. Setelah menyelesaikan prosedur, dokter akan memeriksa kondisi organ perut dan
daerah sekitarnya sebelum menjahitnya kembali. Dinding perut dapat dijahit dengan
jahitan bedah dengan daya serap rendah (polypropylene) atau dengan daya serap
yang baik (polydioxanone). Secara umum, jahitan dimulai pada jarak 1 cm dari ujung
garis Alba, diikuti dengan jahitan di antara luka.
7. Jika pasien menderita pembengkakan atau pelebaran usus, dokter akan melakukan
jahitan sementara, komplikasi pasca operasi seperti peningkatan tekanan intra-
abdominal (IAP), masalah pernapasan karena tekanan pada diafragma dan rongga
dada, sakit perut atau air mata dalam jahitan untuk menghindari. Jahitan sementara
ini diperkuat ketika pembengkakan berkurang.
ASKEP PERIOPERATIF
A. PRE OPERATIF
1. PENGKAJIAN
B. INTRA OPERATIF
Intra Operatif Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi
terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk
menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan. Perawat
berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang
adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi
dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat
catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan
pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa post
operatif.
1. PENGKAJIAN
a) Persiapkan pasien
b) Persiapkan alat instrumen
c) Persiapkan lingkungan ( suhu )
d) Persiapkan obat-obatan anestasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hipotermia b/d perubahan suhu ruangan di kamar operasi
b) Resiko cedera terjatuh b/d kelemahan fisik
c) Resiko infeksi b/d pembedahan pada luka kotor
d) Resiko kerusakan integritas kulit b/d pasca tindakan pembedahan
e) Elektrik injuri b/d penggunaan alat dengan tegangan listrik
3. INTERVENSI
a) Hipotermi b/d perubahan suhu ruangan dikamar operasi
1) Kaji dan monitor tanda-tanda vital pasien
2) Kaji faktor penunjang hipotermi
3) Kurangi suhu dingin dikamar operasi
b) Resiko cedera terjatuh b/d kelemahan fisik
1) Pastikan posisi operasi
2) Pasang pengaman posisi
3) Cek daerah penekanan selama operasi
4) Hitung kasa, jarum, bisturi dan instrumen bedah sebelum dan setelah operasi
5) Periksa tempat pemasangan plat/arde cauter sebelum dan setelah operasi
6) Lepaskan turniquet setiap 1 jam
c) Resiko infeksi b/d pembedahan pada luka kotor
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2) Monitor suhu tubuh pasien
3) Pertahankan teknik aseptik pada luka pasien.
d) Resiko kerusakan integritas kulit b/d pasca tindakan operasi
1) Kaji turgor kulit pasien setelah dilakukan operasi
2) Monitor karakteristik luka ( drainase,warna,ukuran,dan bau )
3) Jelaskan apabila ada tanda dan gejala infeksi
e) Elektrik injuri b/d penggunaan alat dengan tegangan listrik
1) Monitor keamananan dalam penggunaan alat tegangan listrik
2) Perhatikan karakteristik luka operasi untuk penggunaan alat penghenti
pendarahan.
C. PASCA OPERATIF
Pada masa pasca operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-
tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut
merupakan tindakan yang mengancam jiwa. Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda
vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas
nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang
hilang selama operasi dan mencegah injuri. Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk
mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas
atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain
tersumbat oleh clot darah. Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan
perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi
optimum klien. Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,
khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk
membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti
nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang
sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien
karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada
daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien
mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
1) PENGKAJIAN
a) Kaji kesadaran
b) Perhatikan airway (jalan napas) px.
c) Kaji pernapasan
d) Kaji respon nyeri px.
e) Monitor aktivitas px.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hipotermi b/d efek anastesi lingkungan
b) Resiko aspirasi b/d masuknya benda asing dalam jalan napas
c) Pola napas tidak efektif b/d efek anestesi
d) Nyeri b/d luka pasca operasi
e) Perlambatan pemulihan pasca pembedahan b/d riwayat adanya hiperglikemi
3. INTERVENSI
a) Hipotermi b/d efek anastesi lingkungan
1) Modifikasi suhu lingkungan
2) Beri selimut
3) Pasang pemanas
4) Kolaborasi untuk pemberian antagonis obat anastesi
b) Resiko aspirasi b/d masuknya benda asing dalam jalan napas
1) Monitor pola napas ( rekuensi,kedalaman,usaha napas)