DISUSUN OLEH :
NAMA : HAMISA EMELIA AZZAHRA
NIM : 11409719054
TINGKAT : II (DUA)
SEMESTER : III (TIGA)
Mengetahui
I. Konsep Teori
A. Pengertian
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau
jaringan melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa
setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk
bagian tengah dari diskus intervertebralis.
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik
dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik). HNP
adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
robek.
Angka kejadian banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktiivtas yang berlebihan, misalnya
mengangkat beban berat (terutama mendadak) dan mendorong barang
berat. Biasanya laki–laki lebih banyak dari pada wanita (Purwanto, 2016).
B. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah.
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai
discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus
(Anggina, 2019).
C. Tanda dan gejala
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Nyeri dapat terjadi pada
bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal.
Gejala klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut
atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya (Purwanto, 2016).
D. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus
pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago
dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat
khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus
yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada
degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis
atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong
terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal.Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti
bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama
dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi
kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bila mana tempat herniasinya
ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula, oleh karena
pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis
lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi
pada kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa
duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan (Purwanto, 2016).
E. Pathway
Proses Degeneratif
HNP
2. Diagnosa 2
Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus.
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil:
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertabahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Berikan / bantu pasien untuk 1) Meminimalkan atrofi otot dan
melakukan latihan rentang penigkatan pemulihan fungsi
gerak pasif dan aktif. kekuatan otot dan sendi.
2. Bantu pasien dalam 2) Untuk memungkinkan
melakukan aktivitas ambulasi menurunkan perasaan
progresif. immobilitas pasien.
3. Berikan perawatan kulit 3) Memberikan kenyamanan dan
dengan baik, masase titik mencegah kerusakan kulit.
yang tertekan setelah rehap
perubahan posisi. Periksa
keadaan kulit dibawah brace
dengan periode waktu
tertentu.
4. Kolaborasi : analgetik 4) Terapi farmakologi diperlukan
untuk memberikan peredam
nyeri.
3. Diagnosa 3
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis,
prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.
Tujuan : rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil:
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya
Respon klien tampak tersenyum
Intervensi Rasional
1. Diskusikan mengenai 1) Menunjukkan kepada klien
kemungkinan kemajuan dari bahwa dia dapat
fungsi gerak untuk berkomunikasi dengan efektif
mempertahankan harapan tanpa menggunakan alat
klien dalam memenuhi khusus, sehingga dapat
kebutuhan sehari-hari. mengurangi rasa cemasnya.
2. Berikan informasi mengenai 2) Harapan-harapan yang tidak
klien yang juga pernah realistik tidak dapat
mengalami gangguan seperti mengurangi kecemasan,
yang dialami klien dan justru malah menimbulkan
menjalani operasi. ketidak percayaan klien
terhadap perawat.
3. Berikan informasi mengenai 3) Memungkinkan klien untuk
sumber-sumber dan alat-alat memilih metode komunikasi
yang tersedia yang dapat yang paling tepat untuk
membantu klien. kehidupannya sehari-hari
disesuaikan dengan tingkat
keterampilannya sehingga
dapat mengurangi rasa
cemas dan frustasinya.
4) Dukungan dari bebarapa
orang yang memiliki
4. Berikan support sistem pengalaman yang sama akan
(perawat, keluarga atau teman sangat membantu klien.
dekat dan pendekatan 5) Agar klien menyadari
spiritual). sumber-sumber apa saja
5. Reinforcement terhadap yang ada disekitarnya yang
potensi dan sumber yang dapat mendukung dia untuk
dimiliki berhubungan dengan berkomunikasi.
penyakit, perawatan dan
tindakan.
4. Diagnosa 4
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama.
Tujuan:
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Intervensi Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan 1) Meningkatkan aliran darah ke
latihan ROM (range of semua daerah.
motion) dan mobilisasi jika
mungkin.
2. Rubah posisi tiap 2 jam. 2) Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah.
3. Gunakan bantal air atau 3) Menghindari tekanan yang
pengganjal yang lunak di berlebih pada daerah yang
bawah daerah-daerah yang menonjol.
menonjol.
4. Lakukan massage pada 4) Menghindari kerusakan-
daerah yang menonjol yang kerusakan kapiler-kapiler.
baru mengalami tekanan
pada waktu berubah posisi.
5. Observasi terhadap eritema
dan kepucatan dan palpasi 5) Hangat dan pelunakan adalah
area sekitar terhadap tanda kerusakan jaringan.
kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi.
6. Jaga kebersihan kulit dan
seminimal mungkin hindari 6) Memperthankan keutuhan
trauma, panas terhadap kulit. kulit.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal
ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang (Purwanto, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Anggina, S. (2019). Hubungan Asupan Kalsium dan Fosfor pada Kejadian Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) di Klinik Saraf dr. Kolman Saragih. Medan: Polikteknik
Kesehatan Medan.