DISUSUN OLEH :
IMAM MUNANDAR
NPM :18170100017
0
A. Definisi Nyeri
1
nyeri berlanjut sampai transmisi tersebut berakhir dibagian kornu dorsalis
medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis, neurotransmiter, seperti substansi P
dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu transmisi spinalis dari saraf perifer
ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls nyeri
ditransmisikan lebih jauh ke dalam sisitem saraf pusat.
2) Neuroregulator
Neuroregulator memegang peranan yang penting dalam suatu
pengalaman nyeri. Sustansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor.
Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok, yakni neurotransmiter dan
neuromodulator. Neurotransmiter seperti substansi P mengirim impuls listrik
melewati celah sinap diantara dua serabut saraf (eksitator dan inhibitor).
Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau
memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung menstransfer
tanda saraf melalui sebuah sinap. Endorfin merupakan salah satu contoh
neuromodulator.
C. Proses kebutuhan gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) pada pasien
selulitis
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala : Kelemahan / kelelahan.
Tanda : Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
2. Sirkulasi.
Gejala :
• Hipotensi.
• Takhikardi. Disritmia.
• Kelemahan nadi / perifer
• Pengisian kapiler lambat.
• Warna kulit pucat, sianosis.
• Kelembaban kulit, berkeringat.
2
3. Integritas Ego.
Gejala :
Faktor stress akut / psikologi.
Perasaan tidak berdaya.
Tanda :
Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
Perhatian menyempit.
4. Eliminasi.
Gejala : Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda :
Nyeri tekan abdomen.
Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan / Cairan
Gejala :
Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
Tidak toleran terhadap makanan.
Tanda : Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6. Neorosensori
Gejala :
Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk,
disorientasi, bingung.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang
setelah minum obat antasida
Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-
2 jam setelah makan ( ulkus peptik ).
Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi
antasida ( ulkus doudenum ).
3
Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.
Stress psikologis.
8. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat.
Tanda : Peningkatan suhu.
4
D. Pathway
1. Arti Nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
5
Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial budaya, lingkunagn, dan pengalaman
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilainan yang sangat subjektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang
dapat memicu stimulasi nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi nyeri ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruh peningkatan toleransi nyeri antara lain, alkohol, obat-obatan, hipnotis,
gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain, kelelahan, rasa marah,
bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi Terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat
persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik
dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri secara umum
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru
lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
6
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh
jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya
seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi
nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.
7
F. Manifestasi klinis
1. Nyeri Akut
- Agitas
- Ansietas
- Mual dan muntah
- Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan
- Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
- Peka rangsang
- Menggosok bagian yang nyeri
- Mengorok
- Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen )
- Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
- Gangguan konsentrasi
- Perubahan pada pola tidur
- Rasa takut mengalami cedera ulang
- Menarik bila disentuh
- Mata terbuka lebar atau sangat tajam
- Gambaran kurus
2. Nyeri Kronis
- Gangguan hubungan sosial dan keluarga
- Peka rangsang
- Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
- Depresi
- Menggosok bagian yang nyeri
- Ansietas
- Tampilan meringis
- Berfokus pada diri sendiri
- Tegangan otot rangka
- Preokupasi somatik
- Agitas
- Keletihan
- Penurunan libido
- Kegelisahan
8
G. Intervensi Keperawatan
- Diagnosa I
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam rasa nyeri klien akan
berkurang / hilang.
Rencana tindakan :
Kaji lokasi nyeri, karakteristik nyeri dan kualitas.
Observasi tanda non verbal terhadap ketidaknyamanan.
Bantu keluarga untuk memberikan support.
Kontrol faktor lingkungan terhadap respon ketidaknyamanan.
Anjurkan penggunaan teknik non farmakologi ( relaksasi, guided imaginary,
distaction, hot/cold application, masase )
Berikan pertolongan / pembebasan nyeri dengan analgesik yang diresepkan.
Tingkatkan keadekuatan istirahat / tidur.
Monitor kepuasan pasien terhadap managemen nyeri yang ditetapkan.
Berikan posisi yang nyaman bagi pasien.
- Diagnosa II
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pasien
menunjukkan pola nafas dalam kondisi normal.
Rencana tindakan :
Berikan posisi ekstensi.
Berikan oksigen 3lt/menit.
Monitor suara nafas, respirasi rate dan kedalaman nafas.
Keluarkan sekret dengan batuk / suction.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
I. EVALUASI
Aspek penting dalam merawat klien yang mengalami nyeri adalah mengkaji kembali nyeri
setelah intervensi diterapkan. Setelah intervensi mengalami keberhasilan, klien diminta untuk
menilai intensitas nyerinya. Pengkajian ini diulangi pada interval yang sesuai setelah
intervensi dan dibandingkan dengan nilai sebelumnya. Hasil – hasil yang diharapkan berikut
ini digunakan untuk mengkaji efektifitas tindakan pereda nyeri. Hasil yang diharapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan adalah :
1. Perencanaan Pereda Nyeri.
a. Nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah ( pada skala 0 – 10 ) setelah
intervensi.
b. Nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah untuk periode yang lebih
panjang.
9
2. Klien atau keluarga memberikan medikasi analgesik yang diresepkan dengan
benar.
a. Menyebutkan dosis obat yang benar.
b. Memberikan dosis obat yang benar dengan menggunakan prosedur yang
benar.
c. Menidentifikasi efek samping obat.
d. Menjelaskan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengoreksi
efek samping.
3. Menggunakan strategi nyeri non farmakologi sesuai yang direkomendasikan.
a. Melaporkan praktik dari strategi non farmakologi.
b. Menggambarkan yang diharapkan dari strategi non farmakologi.
4. Melaporkan efek minimal nyeri dan efek samping minimal dari intervensi.
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang penting untuk penyembuhan
( misalnya minum, batuk, ambulasi )
b. Berpartisipasi dalam aktifitas yang penting untuk diri sendiri dan keluarga.
c. Melaporkan tidur yang adekuat dan tidak ada keletihan.
Evaluasi berdasarkan SOAP.
10
DAFTAR PUSTAKA
Smatzler & Bare, 2002. Pengertian Nyeri.
Menurut Potter & Perry, 2006. Anatomi Fisiologi Nyeri.
Mc Caffery dalam Potter & Perry, 2006. Klasifikasi Nyeri.
11