Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN:


NYERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktek Klinik


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Oleh:

NAMA: MUHAMMAD RIDHO

NIM : P17212215121

KEMENTIRAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan kasus kebutuhan dasar
Kebutuhan Oksigenisasi di Rumah Sakit Sultan Suriansyah secara daring. Periode tanggal 27
September 2021 s/d 17 Oktober 2021 Tahun Akademik 2021.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 28 September 2021

Banjarbaru, September 2021

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN: NYERI

A. Definsi
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial yang di gambarkan sebagai kerusakan
(Internalional Associatron for the study of poin); awita yang tiba - tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau di prediksi (Herdman,
T.H. & Kamitsuru, S. 2015). Keamanan, seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis (Poetter dan Perry, 2016). Nyaman adalah keadaan ketika individu
mengalami sensasi yang menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan berbahaya
(Lynda dan Moyet, 2017).
B. Klasifikasi
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang erkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2017). Nyeri kronis
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang erkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2017).
Nyeri Akut Nyeri Kronis
1. Ringan sampai berat 1. Ringan sampai berat
2. Reseptor sistem saraf simpatik 2. Respons sistem saraf
- Peningkatan denyut nadi parasimpatik :
- Peningkatan frekuensi - Tanda-tanda vital
pernafasan normal
- Peningkatan tekanan darah - Kulit kering, hangat
3. Klien tampak gelisah dan cemas - Pupil normal atau
4. Klien menunjukkan perilaku yang dilatasi
mengidentifikasikan rasa nyeri : - Terus berlanjut setelah
menangis, menggosok area nyeri, penyembuhan
memegang area nyeri 3. Klien tampak depresi dan
5. Terlokalisasi menarik diri
6. Tajam : seperti ditusuk, disayat, dicubit, dll 4. Klien sering kali tidak
menyebutkan rasa
nyeri kecuali ditanya
5. Menyebar
6. Ttumpul : ngilu, linu, nyeri, dll
C. Etiologi
Agen cidera sebagai berikut:
1. Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh.
2. Zat kimia: penyebab nyeri karena bahan kimia.
3. Fisik: penyebab fisik karena trauma fisik.
4. Psikologi: penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan organic,nekrosis
traumatic, eulzofronia. (SDKI, 2016)
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016) :
a) Mengeluh nyeri.
b) Tampak meringis.
c) Bersikap protektif.
d) Frekuensi nadi meningkat.
e) Gelisah.
f) Sulit tidur.
g) Tekanan darah meningkat.
h) Pola nafas berubah.
2. Tanda dan gejala nyeri kronis yaitu (SDKI, 2016) :
a) Mengeluh nyeri.
b) Merasa depresi (tertekan)
c) Tampak meringis.
d) Gelisah.
e) Tidak mampu menuntaskan aktivitas.
f) Merasa takut mengalami cidera ulang.
g) Bersikap protektif.
h) Waspada.
i) Pola tidur berubah.
E. Patofisiolagi
Reseptor nyeri (nosiseptor) mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan dimana pada saat sel saraf rusak akibat trauma , maka
terbentuklah zat- zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat- zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus
nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga
dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Kowalak, J. 2011)

- Agen cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)


- Agen cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, prosedur
bedah, trauma, olahraga berlebihan)
- Agen cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard)

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri


(histamine, bradykinin, prostaglandin,
serotonin, ion kalium, dll)

Merangsang Nosiseptor
(Reseptor nyeri)

Medula Spinalis

Thalamus

Korteks Serebri

Timbul Nyeri

Nyeri kronis
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri akut

Nyeri melahirkan
Ketidaknyamanan Nausea
pasca partum

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat Penyakit dan Keluhan
Pada riwayat penyakit, penting ditentukan dahulu keluhan utama misalnya nyeri, rasa baal,
kelemahan dan lokasi keluhan. Ditanyakan pula aktivitas maupun posisi kepala yang
meningkatkan maupun mengurangi keluhan, maupun adanya riwayat cidera.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Observai, perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit.
b. Palpasi, pada palpasi apabila disapatkan kekakuan dan nyeri pada sisi otot maupun
radiks saraf yang terkena, dapat pula disertai hipertonus maupun spasme pada sisi
otot yang nyeri
c. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
d. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal
e. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang
f. Cf-Scan untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah .
G. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
a. Bimbingan Antisipasi
Merupakan tindakan memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri
menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain.
b. Distraksi
Merupakan metode untuk mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan dengan
demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Salah satu distraksi yang efektif adalah music, yang dapat menurunkan
nyeri fisiologis, stres, kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
c. Biofeedback
Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respons fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon
tersebut.
d. Hipnosis Diri
Hipnosis diri merupakan sutau pendekatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti
diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan
rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi kondisi yang
menghasilkan respon tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel, 1994 ).
e. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau
mencegah stimulus nyeri. Nyeri juga dapat dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang
menyakitkan.
2. Farmakologi
a. Analgesik Nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat dibandingkan dengan
analgesik narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri yang ringan sampai sedang.
Obat ini efektif untuk nyeri tumpul pada sakit kepala, dismenore, nyeri pada
inflamasi, abrasi minor, nyeri otot, dan arthtritis jaringan sampai sedang. Kebanyakan dari
analgesik menurunkan suhu tubuh yang meningkat, sehingga mempunyai antipiretik,.
Beberapa analgesik seperti aspirin, mempunyai efek anti inflamasi dan juga efek anti
koagulan.
b. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga Agonis Narkotik, direspon untuk mengatasi nyeri
yang sedang sampai berat. Analgesik narkotik bekerja terutama pada sistem saraf pusat,
sedangkan analgesik nonnarkotik bekerja pada sistem saraf tepi pada tempat reseptor
nyeri. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri tetapi juga menekan pernapasan dan
batuk dengan bekerja pada pusat pernapasan dan batuk pada medulla di batang otak.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

a. Alasan MRS, yaitu keluhan utama pasien saat MRS dan saat dikaji. Pasien mengeluh
nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga.

b. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

Data didapatkan dengan anamnesa untuk mengkaji karakteristik nyeri yang diunkapkan
oleh pasien melalui pendekatan PQRT. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan
pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan klinis yang diakibatkan nyeri.
Data yang didapat menerima respon klien berikut penjelasan PQRS:
P (Provokative): Faktor yang mepengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q (Quality) : Seperti apakah rasa nyeri tajam, tumpul, tersayat
R (Region) : Daerah perjalan nyeri
S (Seventy) : Skala nyeri, keparahan atau intensitas nyeri
T (Time) : Lama atau waktu, dan frekuensi nyeri. Berikut skala nyeri
untuk mengetahui intensitas nyeri. Numeris:

0 Tidak Nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri berat

Jadi hal yang perlu dikaji :


1) Lokasi, untuk menetukan minta klien menunukan area nyeri
2) Intensitas dan kualitas nyeri, perlu mencatat kata-kata klien dalam menggambarkan
nyeri.
3) Pola, perawat mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama berlangsung, apakah
berulang kapan terakhir muncul.
4) Faktor Presipitasi, terkadang aktifitas tertentu dapat memicu muncul nyeri, faktor
lingkungan yang sangat dingin atau panas, stressor fisik dan emosional data juga
memicu munculnya nyeri
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan (Poetter
dan Perry, 2016) :
1) Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pasien mengatakan bahwa
pasien merasakan perubahan pada berat badan yg dialaminya
2) Pola Nutrisi : Pasien mengatakan sulit makan dan minum, karena merasa tidak
nafsu makan. Keluarga mengatakan hanya makan 5-6 sendok perhari dan minum
1 – 2 gelas perharinya.
3) Pola Eliminasi : Pasien mengatakan BAB dan BAK tidak lancar
4) Aktivitas dan Latihan : Pasien mengatakan sulit berkonsentrasi, mudah terjatuh
dan sulit mengerjakan tugas yang biasa dilakukannya
5) Tidur dan Istirahat : Pasien sering terbangun karena merasa mual
6) Sensori, Presepsi dan Kognitif : Pasien dapat berkomunikasi sesuai dengan
suasana hatinya
7) Konsep diri
 Identitas diri : Pasien mampu mengenali dirinya sebagai seorang kepala
keluarga
 Gambaran diri : Pasien merasa kalau dirinya sakit dan memerlukan
pertolongan.
 Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat berkumpul
dengan keluarganya dirumah.
 Harga diri : Pasien minder dengan keadaannya sekarang
 Peran diri : Selama ini pasien berperan sebagai kepala rumah tangga bagi
keluarganya.
8) Seksual dan Repruduksi : Tidak terkaji
9) Pola Peran Hubungan : Keluarga pasien mengatakan pasien mampu
berinteraksi dan mengenal lingkungan dengan baik
10) Manajemen Koping Setress : Keluarga pasien mengatakan pasien bila ada
masalah selalau membicarakan keluarganya
11) Sistem Nilai Dan Keyakinan : Pasien mengatakan selalu sembahyang sesuai
agamanya.
2. Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
b. Ketidaknyamanan pasca partum (D.0075)
c. Nausea (D.0076)
d. Nyeri Akut (D.0077)
e. Nyeri Kronis (D.0078)
f. Nyeri melahirkan (D.0079)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1 Gangguan rasa Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
nyaman (D.0074) keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi:
 Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
status kenyamanan meningkat berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
Kriteria Hasil: kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
1. Keluhan tidak nyaman
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
menurun sebelum dan sesudah latihan
2. Gelisah menurun Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa gangguan dengan
3. Keluhan sulit tidur menurun pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Ket :  Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
1 : Menurun
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
2 : Cukup menurun atau tindakan medis lain, jika sesuai
3 : Sedang Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
4 : Cukup meningkat tersedia(mis. Musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
5 : Meningkat progresif)
 Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih

2 Ketidaknyamanan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


pasca partum keperawatan 1x24 jam Status Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(D.0075) kenyamanan pascapartum meningkat intensitas nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Ketuban tidak nyaman
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
2. Meringis menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
3. Luka episiotomy menurun Terapeutik:
4. Kontraksi uterus menurun  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5. Payudara bengkak menurun
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Ket :  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
1 : Menurun meredakan nyeri
Edukasi
2 : Cukup menurun  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
3 : Sedang  Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4 : Cukup meningkat
Kolaborasi
5 : Meningkat  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3 Nausea (D.0076) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual


keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
 Identifikasi pengalaman mual
tingkat nausea menurun  Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis.bayi, anak-
Kriteria hasil : anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
 Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis,nafsu
1. Nafsu makan meningkat
makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
2. Keluhan mual menurun  Identifikasi factor penyebab mual (mis.pengobatan dan
3. Perasaan ingin muntah procedure)
 Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual (kecuali mual pada
menurun kehamilan)
4. Perasaan asam dimulut  Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
menurun
Terapeutik:
5. Sensai panas menurun  Kendalikan factor lingkungan penyebab mual (mis.bau tak
6. Sensasi dingin menurun sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
7. Frekuensi menelan meningkat (mis.kecemasan, ketakutan, kelelahan)
8. Pucat menurun  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
 Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
Ket : berwarna, jika perlu
1 : Menurun Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2 : Cukup menurun
 Anjurkan sring membersihakn mulut, kecuali jika merangsang
3 : Sedang mual
4 : Cukup meningkat  Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendh lemak
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi
5 : Meningkat mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupresur)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Manajemen Muntah
Observasi
 Identifikasi karakteristik muntah (mis. Warna, konsistensi,
adanya darah, waktu, frekuensi dan durasi)
 Periksa volume muntah
 Identifikasi riwayat diet (mis,makanan yang disuka, tidak
disuka, dan budaya)
 Identifikasi factor penyebab muntah (mis.pengobatan dan
rosedure)
 Identifikasi kerusakan esophagus dan faring posterior jika
muntah terlalu lama
 Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
 Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
 kontrol factor lingkungan penyebab muntah (mis.bau tak sedap,
suara dan stimulus visual yang tidak menyenangkan)
 kurangi dan hilangkan keadaan penyebab muntah
(mis.kecemasan, ketakutan)
 atur posisi untuk mencegah aspirasi
 pertahankan kepatenan jalan napas
 bersihkan mulut dan hidung
 berikan dukungan fisik saat muntaj (mis.membantu
mambungkuk atau menundukkan kepala)
 berikan kenyamanan selama muntah (mis.kompres dingin didahi
atau sediakan pakaian kering dan bersih)
 berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30
m3nit setelah muntah
Edukasi
 anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah
 anjurkan memperbanyak istirahat
 ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola
muntah (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupresur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
4 Nyeri Akut (D.0077) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
selama 1x24 jam, maka nyeri akut Observasi
menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
keriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nhyeri non verbal
1. Kemampuan menuntuaskan  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
aktivitas meningkat nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
2. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Meringis menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
4. Sikap protektif menurun diberikan
5. Gelisah menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
6. Kesulitan tidur menurun  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
7. Frekuensi nadi membaik nyeri
8. Pola nafas membaik  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
9. Tekanan darah membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
10. Nafsu makan membaik strategi meredakan nyeri
11. Pola tidur membaik Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Pemberian Analgesik
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan tingkat
keparahan nyeri
 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
 Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
 Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic,
sesuai indikasi
5 Nyeri Kronis Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Observasi:
(D.0078) selama 1 x 24 jam, maka nyeri
kronis menurun,
Keriteria hasil :
1. Kemampuan menuntuaskan
aktivitas meningkat
2. Keluhan nyeri menurun
3. Meringis menurun
4. Sikap protektif menurun
5. Gelisah menurun
6. Kesulitan tidur menurun
7. Frekuensi nadi membaik
8. Pola nafas membaik
9. Tekanan darah membaik
10. Nafsu makan membaik
11. Pola tidur membaik
6 Nyeri melahirkan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
(D.0079) keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
Kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Frekuensi nadi membaik
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Pola nafas membaik  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Meringis menurun Terapeutik:
5. Gelisah menurubn  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
REFERENSI

Carpenito, Lynda Juall. 2017. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, Edisi 10, Alih Bahasa Yasmin
Asih, Jakarta :EGC

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Kowalak, J. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. EGC.

Potter, Perry. 2016. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


: Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta : DPP PPNI Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai