Oleh:
NIM : P17212215121
Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan kasus kebutuhan dasar
Kebutuhan Oksigenisasi di Rumah Sakit Sultan Suriansyah secara daring. Periode tanggal 27
September 2021 s/d 17 Oktober 2021 Tahun Akademik 2021.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 28 September 2021
Mengetahui
A. Definsi
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial yang di gambarkan sebagai kerusakan
(Internalional Associatron for the study of poin); awita yang tiba - tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau di prediksi (Herdman,
T.H. & Kamitsuru, S. 2015). Keamanan, seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis (Poetter dan Perry, 2016). Nyaman adalah keadaan ketika individu
mengalami sensasi yang menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan berbahaya
(Lynda dan Moyet, 2017).
B. Klasifikasi
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang erkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2017). Nyeri kronis
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang erkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2017).
Nyeri Akut Nyeri Kronis
1. Ringan sampai berat 1. Ringan sampai berat
2. Reseptor sistem saraf simpatik 2. Respons sistem saraf
- Peningkatan denyut nadi parasimpatik :
- Peningkatan frekuensi - Tanda-tanda vital
pernafasan normal
- Peningkatan tekanan darah - Kulit kering, hangat
3. Klien tampak gelisah dan cemas - Pupil normal atau
4. Klien menunjukkan perilaku yang dilatasi
mengidentifikasikan rasa nyeri : - Terus berlanjut setelah
menangis, menggosok area nyeri, penyembuhan
memegang area nyeri 3. Klien tampak depresi dan
5. Terlokalisasi menarik diri
6. Tajam : seperti ditusuk, disayat, dicubit, dll 4. Klien sering kali tidak
menyebutkan rasa
nyeri kecuali ditanya
5. Menyebar
6. Ttumpul : ngilu, linu, nyeri, dll
C. Etiologi
Agen cidera sebagai berikut:
1. Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh.
2. Zat kimia: penyebab nyeri karena bahan kimia.
3. Fisik: penyebab fisik karena trauma fisik.
4. Psikologi: penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan organic,nekrosis
traumatic, eulzofronia. (SDKI, 2016)
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016) :
a) Mengeluh nyeri.
b) Tampak meringis.
c) Bersikap protektif.
d) Frekuensi nadi meningkat.
e) Gelisah.
f) Sulit tidur.
g) Tekanan darah meningkat.
h) Pola nafas berubah.
2. Tanda dan gejala nyeri kronis yaitu (SDKI, 2016) :
a) Mengeluh nyeri.
b) Merasa depresi (tertekan)
c) Tampak meringis.
d) Gelisah.
e) Tidak mampu menuntaskan aktivitas.
f) Merasa takut mengalami cidera ulang.
g) Bersikap protektif.
h) Waspada.
i) Pola tidur berubah.
E. Patofisiolagi
Reseptor nyeri (nosiseptor) mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan dimana pada saat sel saraf rusak akibat trauma , maka
terbentuklah zat- zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat- zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus
nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga
dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Kowalak, J. 2011)
Kerusakan sel
Merangsang Nosiseptor
(Reseptor nyeri)
Medula Spinalis
Thalamus
Korteks Serebri
Timbul Nyeri
Nyeri kronis
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri akut
Nyeri melahirkan
Ketidaknyamanan Nausea
pasca partum
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat Penyakit dan Keluhan
Pada riwayat penyakit, penting ditentukan dahulu keluhan utama misalnya nyeri, rasa baal,
kelemahan dan lokasi keluhan. Ditanyakan pula aktivitas maupun posisi kepala yang
meningkatkan maupun mengurangi keluhan, maupun adanya riwayat cidera.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Observai, perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit.
b. Palpasi, pada palpasi apabila disapatkan kekakuan dan nyeri pada sisi otot maupun
radiks saraf yang terkena, dapat pula disertai hipertonus maupun spasme pada sisi
otot yang nyeri
c. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
d. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal
e. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang
f. Cf-Scan untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah .
G. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
a. Bimbingan Antisipasi
Merupakan tindakan memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri
menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain.
b. Distraksi
Merupakan metode untuk mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan dengan
demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Salah satu distraksi yang efektif adalah music, yang dapat menurunkan
nyeri fisiologis, stres, kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
c. Biofeedback
Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respons fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon
tersebut.
d. Hipnosis Diri
Hipnosis diri merupakan sutau pendekatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti
diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan
rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi kondisi yang
menghasilkan respon tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel, 1994 ).
e. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau
mencegah stimulus nyeri. Nyeri juga dapat dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang
menyakitkan.
2. Farmakologi
a. Analgesik Nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat dibandingkan dengan
analgesik narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri yang ringan sampai sedang.
Obat ini efektif untuk nyeri tumpul pada sakit kepala, dismenore, nyeri pada
inflamasi, abrasi minor, nyeri otot, dan arthtritis jaringan sampai sedang. Kebanyakan dari
analgesik menurunkan suhu tubuh yang meningkat, sehingga mempunyai antipiretik,.
Beberapa analgesik seperti aspirin, mempunyai efek anti inflamasi dan juga efek anti
koagulan.
b. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga Agonis Narkotik, direspon untuk mengatasi nyeri
yang sedang sampai berat. Analgesik narkotik bekerja terutama pada sistem saraf pusat,
sedangkan analgesik nonnarkotik bekerja pada sistem saraf tepi pada tempat reseptor
nyeri. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri tetapi juga menekan pernapasan dan
batuk dengan bekerja pada pusat pernapasan dan batuk pada medulla di batang otak.
a. Alasan MRS, yaitu keluhan utama pasien saat MRS dan saat dikaji. Pasien mengeluh
nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga.
Data didapatkan dengan anamnesa untuk mengkaji karakteristik nyeri yang diunkapkan
oleh pasien melalui pendekatan PQRT. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan
pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan klinis yang diakibatkan nyeri.
Data yang didapat menerima respon klien berikut penjelasan PQRS:
P (Provokative): Faktor yang mepengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q (Quality) : Seperti apakah rasa nyeri tajam, tumpul, tersayat
R (Region) : Daerah perjalan nyeri
S (Seventy) : Skala nyeri, keparahan atau intensitas nyeri
T (Time) : Lama atau waktu, dan frekuensi nyeri. Berikut skala nyeri
untuk mengetahui intensitas nyeri. Numeris:
0 Tidak Nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan tingkat
keparahan nyeri
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic,
sesuai indikasi
5 Nyeri Kronis Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Observasi:
(D.0078) selama 1 x 24 jam, maka nyeri
kronis menurun,
Keriteria hasil :
1. Kemampuan menuntuaskan
aktivitas meningkat
2. Keluhan nyeri menurun
3. Meringis menurun
4. Sikap protektif menurun
5. Gelisah menurun
6. Kesulitan tidur menurun
7. Frekuensi nadi membaik
8. Pola nafas membaik
9. Tekanan darah membaik
10. Nafsu makan membaik
11. Pola tidur membaik
6 Nyeri melahirkan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
(D.0079) keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi:
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
Kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Frekuensi nadi membaik
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Pola nafas membaik Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Keluhan nyeri menurun Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Meringis menurun Terapeutik:
5. Gelisah menurubn Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
REFERENSI
Carpenito, Lynda Juall. 2017. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, Edisi 10, Alih Bahasa Yasmin
Asih, Jakarta :EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Potter, Perry. 2016. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.