Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

DISUSUN OLEH :
VINA RESTIANA
181701000014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM PROFESI NERS

2017
A. Definisi
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui
saluran pernapasan denngan menggunakan alat khusus.
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui
kanula nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008:66)
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya
berkisar 0,6 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk
melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)

B. Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi,
2008:67)
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan
CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga
sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas O2dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal
pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan
kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),
bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari
16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri
jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat
sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius
akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat
asupan oksigen yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan
menggantikan posisi O2yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.(Aryani,
2009:53)

C. Tujuan Tindakan
1. Memenuhi kekurangan oksigen
2. Membantu kelancaran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hipoksia
5. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
D. Masalah Keperawatan
Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu
ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk efektif.

E. Rasionalisasi Tindakan
Dx 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
Kreteria hasil:
- Menunjukkan jalan nafas bersih
- Suara nafas normal tanpa suara tambahan
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas

Intervensi Rasional
-Auskultasi dada untuk karakter bunyi -Pernafasan mengi, rochi, wheezing menunjukkan
nafas dan adanya secret. Pantau TTV tertahannya secret obstruksi jalan nafas
Terapi inhalasi dan latihan pernafasan Untuk memudahkan pernafasan dan membantu
dalam dan batuk efektif mengeluarkan secret
Catat adanya derajat dispnea, geliasah, Disfungsi pernafasan adalah variable yang
distres pernafasan, dan penggunaan otot tergantung pada tahap proses kronis selain proses
bantu nafas akut yang menimbulkan perawatan di rumah
Anjurkan intake cairan 3000cc/hari jika sakit
tidak ada kontraindikasi Membantu mengencerkan secret
Beri posisi yang nyaman seperti posisi Memungkinkan ekspansi paru maksimal
semi fowler - Kelembapan mempermudah pengeluaran dan
- Kolaborasi humidikasi tambahan ( mencegah pembentukan mucus tebal pada
nebulizer ) dan terapi oksigen bronkus dan membantu pernafasan

F. Prosedur Tindakan
Prinsip-prinsip tindakan
a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advice dokter
d. Prosedur pemberian O2 melalui kanul nasal 2 l/menit
e. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
f. Membutuhkan pernapasan hidung
g. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.(Suparmi, 2008:67)
Cara pemasangan :
Terangkan prosedur pada klien
Atur posisi klien yang nyaman (semi fowler)
Atur peralatan oksigen dan humidifier
Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidifier dengan aliran oksigen yang
rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung canula.
Masukan ujung kanula ke lubang hidung
Fiksasi selang oksigen
Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan klien.

G. Kesenjangan Teori
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara terus menerus
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya
berkisar 0,6 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk
melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen yang
adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2. Dengan
mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan
pemenuhan oksigen dapat teratasi. Faktor yang menentukan oksigenasi jaringan
termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas (oksigen) pada membran
alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan curah jantung.

Anda mungkin juga menyukai