Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigen ditunjukan untuk menjaga kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktifitas bagi berbagai organ dan sel. Kapasitas udara dalam paru-paru adalah 10 % (500 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan(ekspirasi) pada pernapasan biasa. Oksigen adalah proses penambahan oksigen ke dalam system (kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasil terbentuknya CO2, energy dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup b ermakna terhadap aktifitas sel. Bernapas merupakan proses penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida antara tubuh dengan lingkungan. B. Permasalahan Dalam makalah ini, kami membahas tentang Tindakan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan informasi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen. D. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini metode yang kami pergunakan adalah metode kepustakaan dan observasi. E. Sistematika BAB I : Pendahuluan Yang berisi Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika. BAB II : Isi Yang berisi Konsep Dasar Oksigenasi, Organ-organ pernapasan, Pemberian Terapi Oksigen, Tujuan Umum Pemberian Terapi Oksigen, penertian Pneumonia, Penyebab Pneumonia, Tanda dan Gejala Pneumonia, Diagnosa Pneumonia, Penatalaksanaan. BAB III : Resume Yang berisi Kasus, Data fokus, Diagnosa Keperawatan, Intervensi.

BAB IV

: Pembahasan Yang berisi rangkuman antara teori dengan kasus dari segi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, dan Intervensi. : Penutup Yang berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB V

BAB II ISI
A. Konsep Dasar Oksigenasi Oksigen adalah proses penambahan oksigen ke dalam system (kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasil terbentuknya CO2, energy dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. Bernapas merupakan proses penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida antara tubuh dengan lingkungan. Kapasitas udara dalam paru-paru adalah 10 % (500 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan(ekspirasi) pada pernapasan biasa. Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigen ditunjukan untuk menjaga kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktifitas bagi berbagai organ dan sel. B. Organ-organ Pernapasan 1. Hidung Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup udara melalui hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat tambut-rambut halus dan selaput lender yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembaban udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembab. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbondioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2).Gas-gas tersebut ikut terhirup, namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan darah. Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitive. 2. Tenggorokan (Trakea) Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu pipa yang dimulai dari pangkal tenggorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan cabang batang tenggorokan (bronkus). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup epiglottis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju lambung. Jika makan sambil berbicara, hal tersebut dapat mengakibatkan makanan masuk ke paruparu dan tenggorokan. 3. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi menjadi dua yaitu, yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada gelembung paru-paru (alveolus). Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam
3

darah. Oleh karena itu, dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah. 4. Paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut terdapat suatu pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar pembatas, tetapi berperan juga dalam proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru pada dasarnya merupakan cabang-cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung. C. Pemberian Terapi Oksigen Metode pemberian oksigen di bagi menjadi dua teknik yaitu : 1. System Aliran Rendah System aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menhasilkan FiO2 yang berpariasi tergantung pada tipe pernapasan dengan patokan volume tidal klien. Ditunjukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernapas dengan pola pernapasan normal, misalnya klien dengan volume tidal 500 ml dengan kecepatan pernapasan 16-20 x/menit. Contoh Sistem Aliran Rendah : a) Kateter Nasal Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 24%-44%. Keuntungan : Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, teknik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanul nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lender nasofaring, aliran lebih dari 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat. b) Kanul Nasal Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi sama dengan kateter nasal. Keuntungan : Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan teratur, pemasangan mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan rada nyaman. Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernapas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.

c) Sungkup Muka Sederhana Merupakan alat pemberi oksigen atau selang 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%. Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanul nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. d) Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit. Keuntungan : Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jikan aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat. e) Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8-12 liter/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapai 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian : Kantong oksigen bisa terlipat. 2. Sistem Aliran Tinggi Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernapasan, sehingga dengan teknik ini dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh Sisten Aliran Tinggi : a) Sungkup Muka dengan Ventury Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemusian akan dihimpit untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitar 4-14 liter/menit dengan konsentrasi 30-55%. Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.

Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat. b) Pernapasan Buatan Napas buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar atau CPR (cardiopilmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat yang bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat. D. Tujuan Umum Pemberian Terapi Oksigen 1. Meningkatkan ekspansi dada 2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen 3. Membantu kelancaran metabolisme 4. Mencegah hipoksia (misalnya : penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerja tambang) 5. Menurunkan kerja jantung 6. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dyspnea 7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi napas pada penyakit paru. E. Penertian Pneumonia Pneumonia adalah Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. 2000). Pneumonia adalah Peradangan pada paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur dan ditandai dengan gejala awal sesak nafas dan batuk dimana kantong udara (dalam paru) terisi cairan / sel-sel radang yang membuat kesulitan bernafas karena peredaran oksigen dalam paru tidak lancar. F. Penyebab Pneumonia 1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) a) Staphylococcus aureus b) Legionella c) Hemophillus influenzae 2. Virus a) Virus influenzae b) Chicken-pox (cacar air) 3. Organisme mirip bakteri Mycoplasma pneumoniae (terutama pada orang dewasa muda dan anakanak) 4. Jamur tertentu a) Aspergilus
6

b) Histoplasma c) Koksidioidomikosis

G. Tanda dan Gejala Pneumonia 1. Panas 2. Nyeri tenggorokan 3. Takipnea 4. Retraksi dinding dada 5. Sesak nafas 6. Sakit kepala 7. Nafsu makan berkurang 8. Nyeri perut 9. Muntah 10. Batuk dan pilek

H. Diagnosa Pneumonia Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis sesuai dengan tanda dan gejala di sertai dengan pemeriksaan penunjang. Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi / serologi sehingga WHO mengajukan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan atas : 1. Pneumonia Sangat Berat a) Terdapat tanda bahaya umum y y y y Tidak bisa minum Selalu muntah Kejang Tampak letargi

b) Stridor c) Tarikan diding dada ke dalam 2. Pneumonia Gejala : a) Bila tidak ada retraksi b) Bila nafas cepat yaitu :
7

y y y

Bayi 2 bulan 60 x/mnt Anak 2 bulan 1 tahun 50 x/mnt

Anak 1 5 tahun 40 x/mnt

3. Bukan pneumonia Gejala : Hanya batuk tanpa di sertai gejala seperti di atas

I. Penatalaksanaan 1. Oksigen 1 2 L/menit.

2. Infus dextrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1. 3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. 4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier. 5. Berikan antibiotika jika penderita telah ditetapkan sebagai Pneumonia.

BAB III RESUME


Tn. A berusia 55 tahun di rawat di ruang garuda dengan diagnosa Pneumonia.hasil observasi klien mengeluh batuk berdahak terutama pada saat cuaca dingin di pagi hari dan sore hari, klien mengeluh sesak napas, klien mengatakan batuknya ada sekret, klien mengeluh dadanya sakit jika batuk, sputum (+), klien tampak lemas dan lemah, napas klien tampak terlihat cepat, klien tampak pucat, pengisian kapiler <3 detik, Td: 140/90 mmHg, N: 90 x/menit, Rr:30 x/menit, S: 37 C, BB: 70 kg. Hasil LAB Hb: 13,3 gr/d t, Ht: 40%, trombosit: 250.000 m 3, Leokosit: 12.000/ul Rontgen: hasil pneumonia, Infus Rl: 20 tetes/menit (makro), Ronchi (+). A. Data Fokus Ds: y Klien mengeluh batuk berdahak pada saat cuaca dingin di pagi hari dan sore hari y Klien mengeluh sesak napas y Klien mengatakan batuknya ada sekret y Klien mengeluh dadanya sakit jika batuk Do: y Klien tampak lemas dan lemah y Klien tampak pucat y Napas klien terlihat cepat y Sputum (+) y Ronchi (+) y TTV > Td: 140/90 mmHg, N: 90 x/menit, Rr:30 x/menit, S: 37 C, BB: 70 kg. y LAB > Hb: 13,3 gr/dt, Ht: 40%, trombosit: 250.000 m 3, Leokosit: 12.000/ul Rontgen: hasil pneumonia y Infus RL 20 tetes/menit y Pengisian kapiler <3 detik B. Diagnosa Keperawatan Gangguan bersihan jalan napas berhubungan dengan infeksi parenkim paru, akumulasi secret. C. Intervensi Setelah dilakukan tindakan selama 2 X 24 jam diharapkan pola napas menjadi efektif kembali dengan kriteria hasil: y Sesak berkurang y Dada tidak sakit y Sputum (-) y Ronchi (-) y Jalan napas normal y Pengisian kapiler <1 detik
9

TTV

> Td: 130/80 mmHg, Rr: 20 x/menit

Tindakan Keperawatan Mandiri: y Kaji TTV y Berikan posisi yang nyaman / semi fowler y Posisikan untuk ventilasi yang maksimum y Gunakan bantal / auskultasi area paru kolaborasi: y Pemberian terapi broncodiator (nabulazer, suction) pemberian O

10

BAB IV PEMBAHASAN
Rangkuman antara teori dengan kasus dari segi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi. A. Pengkajian 1. Teori Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis sesuai dengan tanda dan gejala di sertai dengan pemeriksaan penunjang. Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi / serologi. a) Pneumonia Sangat Berat

 Terdapat tanda bahaya umum


y y y y Tidak bisa minum Selalu muntah Kejang Tampak letargi

 Stridor  Tarikan diding dada ke dalam


b) Pneumonia Gejala :

 Bila tidak ada retraksi  Bila nafas cepat yaitu :


y y y Bayi 2 bulan 60 x/mnt Anak 2 bulan Anak 1 1 tahun 50 x/mnt

5 tahun 40 x/mnt

c) Bukan pneumonia Gejala :

 Hanya batuk tanpa di sertai gejala seperti di atas


2. Kasus Pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen derdahak pada di tandai dengan Klien mengeluh batuk berdahak pada saat cuaca dingin di pagi hari dan sore hari, Klien mengeluh sesak napas, Klien mengatakan batuknya ada sekret, Klien mengeluh dadanya sakit jika batuk Td : 140/90 mmHg, N : 90 x/menit, Rr : 30 x/menit.

11

Kesimpulan : Antara pembahasan dengan teori hampir sama seperti pembahasan di kasus yang di temukan di ruangan. B. Diagnosa Keperawatan 1. Teori Terdapat 1 diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu : Gangguan bersihan jalan napas berhubungan dengan parenkim paru, akumulasi sekret. 2. Kasus Dalam kasus yang di temukan di ruangan hanya di temukan satu diagnosa keperawatan yaitu : Gangguan bersihan jalan napas berhubungan dengan parenkim paru, akumulasi sekret. Kesimpulan : Terdapat kesamaan diagnosa keperawatan antara teori dan kasus C. Intervensi 1. Teori Setelah dilakukan tindakan selama 2 X 24 jam diharapkan jalan napas bersih kembali dengan kriteria hasil: y Suara napas vesikuler y Frekuensi napas 16-20 x/menit y Batuk hilang, sekret tidak ada Tindakan keperawatan : Mandiri : y Berikan posisi tidur fowler/semi fowler y Berikan minum hangat y Ajarkan batuk efektif y Observasi tanda-tanda Vital y Observasi frekuensi dan kedalaman napas Kolaborasi : y Berikan oksigen y Berikan nabulizer y Berikan fisioterapi dada 2. Kasus Setelah dilakukan tindakan selama 2 X 24 jam diharapkan pola napas menjadi efektif kembali dengan kriteria hasil: y Sesak berkurang y Dada tidak sakit y Sputum (-) y Ronchi (-) y Jalan napas normal y Pengisian kapiler <1 detik y TTV > Td: 130/80 mmHg, Rr: 20 x/menit

12

Tindakan Keperawatan Mandiri : y Kaji TTV y Berikan posisi yang nyaman / semi fowler y Posisikan untuk ventilasi yang maksimum y Gunakan bantal / auskultasi area paru y Ajarkan batuk efektif kolaborasi: y Pemberian terapi broncodiator (nabulazer, suction) pemberian O Kesimpulan : Banyak kesamaan tindakan antara teori dengan kasus.

13

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Oksigen adalah proses penambahan oksigen ke dalam system (kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasil terbentuknya CO2, energy dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. Bernapas merupakan proses penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida antara tubuh dengan lingkungan. B. Saran Adapun saran penulis yang ditunjukan untuk mahasiswa/i dan perawat ditunjukan, terutama untuk penulis agar lebih dapat memahami ilmu dan pengetahuan tentang aspek penyakit akut, sehingga di kemudian hari dapat di pergunakan,dan dapat bermanfaat bagi generasi berikutnya agar dapat lebih dikembangkan dengan lebih baik lagi.

14

DAFTAR PUSTAKA
y y y y y Nursalam,2008 Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dasar Praktik,Salemba Medika, Surabaya. www.google.co.id/documentasi_pada_pasien_dengan_gangguan_pemenuhan_ oksigen/html. www.yahoo.co.id/dokumentasi_keperawatan/2007/files/html. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. 2000 http//migas_indonesia.net/option=com.2003

15

Anda mungkin juga menyukai