Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN OKSIGENISASI

DISUSUN OLEH:

TRI AGUSTINE

(201101064)

POLITENIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK PRODI

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan karbondioksida (CO2)
sebagai hasil sisa oksidasi (Tarwoto, 2004). Kebutuhan oksigenasi adalah
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsunagan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel (Hidayat, 2012).
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi di antaranya faktor
fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (tarwoto & wartonah, 2011).
1) Faktor fisiologi
a) Menurunnya kapasitas O2, seperti pada anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasikan seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas
c) Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulokeletal yang abnormal, serta penyakit kronis
seperti Tuberkulosis
2) Faktor perkembangan
a) Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b) Bayi dan toddler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c) Anak usia sekolah dan remaja : risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
d) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e) Dewasa tua : adanya proses penurunan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosclerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
3) Faktor perilaku
a) Nutrisi
b) Latihan
c) Merokok
d) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)
e) kecemasan
4) Faktor lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Temperature lingkungan
c) Ketinggian tmpat dari permukaan laut (Tarwoto, 2011)
C. PATOFISIOLOI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran
gas(Sasmi, 2016).
D. TANDA DAN GEJALA

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3
poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan
gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi.

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,


hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas.

E. KOMPLIKASI
1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia
3. Cemas dan gelisah
F. PEMERIKSAAN DIANOSTIK
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru

c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur


kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan
oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik,
mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. Perubahan frekuensi atau pola napas


2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3. Hipoksemia

4. Menurunnya kerja napas

5. Menurunnya kerja miokard

6. Trauma berat

Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan


oksigen :
a. Inhalasi oksigen
terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem
aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula

Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat


memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 20% - 40%.

b) Sungkup muka sederhana

Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau


dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong
yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada
saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari
udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing

Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup


terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan
aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih


stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari
sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka
dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian
oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur
dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan
warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning
35%, merah 40%, dan hijau 60%.

b. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan


cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang
dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding
bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi

Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan


getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan
pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase

Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret


dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap
segmen paru.

4) Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki


ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif
merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan lendir

Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang


dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender
sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas
dan memenuhi kebutuhan oksigen
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata pasien
b. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri,
dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
c. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
d. Riwayat penyakit
e. Nyeri
f. Paparan lingungan
g. Batuk
h. Bunyi nafas
i. Faktor resiko penyakit paru
j. Frekuensi infeksi pernapasan
k. Masalah penyakit paru masa lalu
l. Riwayat penggunaan obat
m. Kebiasaan promosi kesehatan :
kebiasaan merokok, kebiasaan dalam bekerja yang dapat memperberat
masalah oksigenasi
n. Stressor yang dialami
o. Status mental dan atau kondisi kesehatan
p. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan menilai :

1) Tingkat kesadaran pasien

2) Keadaan umum

3) Postur tubuh

4) Turgor kulit dan membran mukosa


5) Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks, pergerakan dinding dada)
6) Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi
dan ekspirasi)
b) Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1) Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi.
Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan sekret, atektasis yang
belum totalm infark atau fibrosis paru.
Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan pleura,
emfisema atau sumbatan bronkus.
2) Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
c) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
Berikut beberapa macam suara ketukan yang timbul :

1) Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru

2) Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);


tumor, atalektasis, atau cairan
3) Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan
dengan suara sonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru
4) Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul
gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana
terletak lambung dan usus besar. Namun jika terdengar di dinding
thorak, artinya tidak normal; akibat adanya udara
d) Auskultasi

1) Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam


mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.
2) Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan
terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat
cairan atau terjadi obstruksi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah


oksigenasi adalah SDKI(2017)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0149)

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Rencana

DX Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan

1 Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Airway


nafas tidak efektif keperawatan selama x management
Subyektif : 24 jam Jaga kepatenan
- Sulit bicara Respiratory : airway patency jalan napas: buka
- Dispnea - Klien mampu jalan napas,
- Ortopnea mengidentifikasi dan suction,
Obyektif : mencegah faktor yang fisioterapi dada
- Sputum berlebih dapat menghambat jalan sesuai indikasi
- Terdengar suara napas
mengi / - Menunjukan jalan napas Monitor
wheezing, dan / yang paten: klien tidak pemberian
ronkhi kering merasa tercekik, tidak oksigen, vital sign
- Frekuensi napas terjadi aspirasi, frekuensi tiap ...jam
berubah napas dalam rentang
- Bunyi napas normal Monitor status
menurun - Tidak ada suara napas respirasi: adanya
- Pola napas abnormal suara tambahan
berubah - Tidak ada bunyi napas
tambahan Ajarkan teknik
- Mampu mengeluarkan nafas dalam dan
sputum dari jalan napas batuk napas efektif

Kolaborasi
dengan tim medis
pemberian O2,
bronkodilator,
terapi nebulizer,
insersi jalan nafas,
dan pemeriksaan
laboratorium:
AGD

Suction
Monitor dan catat
tipe dan jumlah
sekret pencegahan
aspirasi
Monitor saturasi
oksigen dan status
hemodinamik
selama dan setelah
suction

Pencegahan
Aspirasi
Monitor tingkat
kesadaran, reflek
batuk, muntah, dan
kemampuan
menelan
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Airway
efektif keperawatan selama …. x management
Subyektif : 24 jam Pantau adanya
- Dispnea Respiratory : ventilation pucat dan sianosis
- Ortopnea - Ekspirasi dada simetris Pantau efek obat
Obyektif : - Tidak terdapat pengunaan pada status
- Penggunaan otot otot bantu pernapasan respirasi
bantu - Tidak terdengar bunyi Pantau bunyi
pernapasan napas tambahan respirasi, pola
- Fase ekspirasi - TTV dalam batas normal respirasi, dan vital
memanjang - Fungsi paru menunjukkan sign
- Pola napas nilai dalam batas normal Kaji TTV dan
abnormal adanya sianosis
- Pernapasan Kaji adanya
cuping hidung penurunan
ventilasi dan
Tekanan ekspirasi / bunyi napas
inspirasi menurun tambahan, serta
kebutuhan insersi
jalan napas
Monitor pola
pernapasan
(bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi) :
kecepatan, irama,
kedalaman, dan
usaha respirasi
Monitor tipe
pernapasan :kussm
aul, cheyne stoker,
biot
Pertahankan
pemberian O2
sesuai kebutuhan
Informasikan dan
ajarkan kepada
klien dan keluarga
tentang teknik
relaksasi
Kolaborasi dengan
tim medis untuk
program terapi,
pemberian
oksigen,
bronkodilator,
nebulizer, serta
pemeriksaan
medis

4. EVALUASI
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2. Tidak ada hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA

INDAR ASMARANI, P., Tahir, R., & Muhsinah, S. (2018). Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Asma Bronkial Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di
Ruang Laikawaraka Rsu Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
Reswita, D. (2020). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan
Penerapan Posisi Semi Fowler terhadap Respirasi Rate pada Pasien
Tuberkulosis: Literatur Review (KTI. 1533) (Doctoral dissertation, universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya).
Nair, M., & Peate, I., (2011). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta :
Bumi Medika.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya;
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai