Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

R DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG ABIMANYU
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Dasar Profesi

Pembimbing Akademik : 

Ns. Harmilah, S.Pd.,M.Kep.,Sp.MB

Pembimbing Klinik :

Sumirat Titis, S.Kep.,Ners

Disusun oleh :

1. Muhammad Aidil Syarifudin (P07120522030)


2. Inggita Melia Putri (P07120522082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Keperawatan Dasar Profesi Yang Berjudul “Asuhan Keperawatan pada


Tn. R dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Abimanyu
RSUD Panembahan Senopati Bantul”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Dasar Profesi

Nama : Muhammad Aidil Syarifudin dan Inggita Melia Putri


Hari/tanggal : Senin-Rabu, 11 Juli 2022-13 Juli 2022
Tempat : Ruang Abimanyu RSUD Panembahan Senopati Bantul

Mengetahui ,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Ns. Harmilah, S.Pd.,S.Kep.,M.Kep.,Sp.MB Sumirat Titis, S.Kep.,Ners


BAB I

PENDAHULUAN
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem baik
secara kimia maupun fisika dimana oksigen sendiri merupakan gas tidak
berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan hidup dan untuk aktivitas berbagai
organ atau sel. Reaksinya menghasilkan energi, karbondioksida dan air
lewat proses berrnapas yaitu peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen (O2) serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi yang
keluar dari tubuh (Kusnanto, 2016).
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam
proses kehidupan karena oksigen sangan berperan dalam metabolisme
tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila
berlangsunglama akan menyebabkan kematian. Proses pemenuhan
kebutuhan oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas
dari sumbatan yang menghalangi masukanya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal.
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh
tubuh berdama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit
ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi
otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel
dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak
oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Eki, 2017). Kebutuhan oksigen digunakan untuk
kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan
hidup dan berbagi aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigen diengaruhi oleh beberapa factor seperti disiologis,
perkembangan, prilaku, dan lingkungan.
2. Etiologi
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
penyebab/etiologi dari ganguan oksigenasi, yaitu:
a. Spasme jalan napas.
b. Hipersekresi jalan napas.
c. Disfungsi neuromuskuler.
d. Benda asing dalam jalan napas.
e. Adanya jalan napas buatan.
f. Sekresi yang tertahan.
g. Hiperplasia dinding jalan napas.
h. Proses infeksi.
i. Respon alergi.
j. Efek agen farmakologis (mis. anastesi)

3. Manifestasi Klinis
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
manifestasi klinis dari gangguan oksigenasi, yaitu:
A. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif (tidak tersedia)
2. Objektif
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
e. Mekonium di jalan napas
B. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
a. Dispnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
2. Objektif
a. Gelisah
b. Sianosis
c. Bunyi nafas menurun
d. Frekuensi nafas berubah
e. Pola nafas berubah

4. Penatalaksanaan
Terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi
pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah
respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas
dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

a. Perubahan frekuensi atau pola napas 

b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas 

c. Hipoksemia

d. Menurunnya kerja napas 

e. Menurunnya kerja miokard 

f. Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa


metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen),
fisioterapi dada, napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lendir
atau suctioning.

a. Inhalasi oksigen 

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara


memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan
dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula nasal
dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia. Terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi. 

1) Sistem aliran rendah 

Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan


oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan
kantong non rebreathing. 

a) Nasal kanula/binasal kanula. 

Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat


memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.

b) Sungkup muka sederhana 

Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling


atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40 - 60 %. 

c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing 

Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki


kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,
ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit,
dengan konsentrasi 60 – 80%. 
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing 

Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu


katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat
ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara
masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit
dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.

2) Sistem aliran tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2


lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga
dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau
sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15
liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah
oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%,
merah 40%, dan hijau 60%.

b. Fisioterapi dada 
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan
jalan napas (Eki, 2017).
1. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan
pada punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan
kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan
melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan
menjadi lancar. 
2. Vibrasi 
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua
tangan yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar,
tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas. 
3. Postural drainase 
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan
pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan
memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret
tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4. Napas dalam dan batuk efektif 
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang
dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk
secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,
dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas 
5. Penghisapan lendir 
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini memiliki
tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigen (Eki, 2017).
B. Patofisiologi

(Sumber :https://otosection.com/pathway-oksigenasi/)
C. Asuhan Keperawatan
Menurut (Brunner, 2016) pengkajian keperawatan untuk pasien gagal
jantung berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan pasien
untuk memahami dan menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan gejala
kongesti paru dan kelebihan beban cairan harus segera dilaporkan yang akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen atau timbulnya masalah
oksigenasi.

a. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Meliputi batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam
tidak terlalu tinggi.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya
sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang
biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit
lain yang berpotensi menurun atau menular pada anggota
keluarga lain
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit,
tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan
terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun,
nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinari
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya
gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, dan disorientasi.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil
meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal,
walaupun terdapat komplikasi asma
2) Analisa gas darah:
a.Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH
menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan
LDH yang meninggi.
c.Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi. -
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi
pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita
bebas dari serangan.
d. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi
dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada tipe asma atopik.
3) Pemeriksaan sputum:
a.Kristal – kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi
dari kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang
merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus. -
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel
bronkus.
c.Terdapatnya neutrofileosinofil.
e. Pemeriksaan Radiologi Foto Thoraks:
1) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah.
2) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
f. Lain –Lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan
luas beratnya penyakit, mendiagnosis keadaan.
2) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

b. Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
d.d pola napas abnormal
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk
yang tidak efektif
c. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: → Pasien Faktor lingkungan (udara, Gangguan
mengatakan bakteri, virus, jamur) pertukaran gas b.d
kesulitan bernapas masuk melalui saluran ketidakseimbangan
→ Pasien napas atas ventilasi-perfusi
mengatakan ↓ d.d pola napas
kepalanya pusing Infeksi dan peradangan abnormal
→ Pasien ↓
mengatakan Hipersekresi kelenjar
penglihatannya mukosa ↓
kabur Akumulasi sekret
DO: → Td: 110/80 berlebihan ↓
mmHg Sekret mengental dijalan
→ Suhu : 380C napas
→ RR : 36 x/mnit ↓
→ Nadi : 100 x/mnt Gangguan penerimaan O2
→ Pasien tampak dan pengeluaran CO2
gelisah ↓
→ Pernapasan Dispnea, fase ekpirasi
cuping hidung memanjang, ortopnea,
→ Warna kulit pucat penurunan kapasitas paru,
kebiruan pola napas abnormal,
takipnea, hiperventilasi,
pernapasan sukar

Gangguan Pertukaran Gas
2. DS: → Pasien Faktor lingkungan (udara, Bersihan jalan
mengatakan bakteri, virus, jamur) napas tidak efektif
kesulitan bernafas masuk melalui saluran b.d sekresi yang
→ Pasien napas atas tertahan d.d batuk
mengatakan sulit ↓ yang tidak efektif
berbicara Infeksi dan peradangan
DO : → Td: 110/80 ↓
mmHg Hipersekresi kelenjar
→ Suhu : 380C mukosa ↓
→ RR : 36 x/mnit Akumulasi sekret
→ Nadi : 100 x/mnt berlebihan ↓
→ Batuk tidak Sekret mengental dijalan
efektif → Ronchi napas
(+) ↓
→ Pasien tampak Obstruksi jalan napas
gelisah ↓
Batuk yang tidak efektif,
penurunan bunyi napas,
sputum dalam jumlah yang
berlebihan, perubahan pola
napas tambahan

Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif
3. DS: → Pasien Faktor lingkungan (udara, Pola napas tidak
mengatakan sesak bakteri, virus, jamur) efektif b.d
saat bernapas masuk melalui saluran hambatan upaya
DO → Td: 110/80 napas atas napas d.d dispnea
mmHg ↓
→ Suhu : 380C Infeksi dan peradangan
→ RR : 36 x/mnit ↓
→ Nadi : 100 x/mnt Kontaksi otot-otot polos
→ Pasien tampak saluran pernafasan
kesulitan bernapas ↓
→ Pola napas Pernyempitan saluran
takipnea pernapasan

Keletihan otot pernapasan

Dipnea, gas darah arteri,
hiperkopnia, hipoksemia,
napas cuping hidung,
konfusi, pola pernapasan
abnormal, sianosis

Pola Nafas Tidak Efektif
d. Intervensi
No Diagnosa Tujuan SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Kriteria hasil : Pemantauan Respirasi → Untuk
pertukaran gas b.d intervensi 1. Dispnea menurun dengan Observasi mengetahui
ketidakseimban gan keperawatan maka frekuensi napas → Monitor frekuensi, irama, frekuenasi, irama,
ventilasiperfusi d.d pertukaran gas 16-20x/menit kedalaman, dan upaya napas kedalamandan upaya
pola napas abnormal meningkat 2. Bunyi napas tambahan → Monitor pola napas napas baik atau
hilang suara napas vesikuler (seperti bradipnea, takipnea, buruk → Untuk
3. PCO2 normal (35-45 hiperventilasi, Kussmaul, mengetahui
mmHg) CheyneStokes, Biot, ataksik0 kemampuan batuk
4. PO2 normal (80-100 → Monitor kemampuan → Untuk
mmHg) batuk efektif mengetahui adanya
5. Takikardia dengan → Monitor adanya produksi bunyi tambahan saat
frekuensi napas sputum bernapas
14-20x/menit → Monitor adanya sumbatan → Untuk mngetahui
6. Pola napas dengan jalan napas → Palpasi adanya sputum
frekuensi napas kesimetrisan ekspansi paru
14-20x/menit → Auskultasi bunyi napas
7. Kesadaran (5 membaik) → Monitor saturasi oksigen
8. Klien merasa nyaman → Monitor nilai AGD →
saat bernapas Monitor hasil x-ray toraks
9. Warna kulit dari pucat Terapeutik
menjadi normal → Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien →
Dokumentasikan hasil
pemantauan Edukasi
→ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
→ Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigenasi
Observasi
→ Monitor kecepatan aliran
oksigen
→ Monitor posisi alat terapi
oksigen
→ Monitor aliran oksigen
secara periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
→ Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah ), jika perlu
→ Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan → Monitor tanda-
tanda hipoventilasi
→ Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis → Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
→ Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen Terapeutik
→ Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan trachea,
jika perlu → Pertahankan
kepatenan jalan nafas
→ Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
→ Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
→ Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai dengat
tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
→ Ajarkan pasien dan
keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
→ Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
→ Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
2. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif → Untuk
tidak efektif b.d intervensi 1. Klien dapat batuk efektif Definisi : melatih pasien memaksimalkan
sekresi yang tertahan keperawatan maka 2. Klien tidak sulit berbicara yang tidak memiliki ventilasi
d.d batuk yang tidak bersihan jalan napas 3. Sianosis hilang kemampua batuk efektif → Untuk
efektif meningkat 4. Klien tidak gelisah untuk membersihkan laring, mnegetahui adanya
5. Frekuensi napas (dengan trakea, dan bronkiolus dari suara tambahan
frekuensi napas jalan napas atau bendaasing → Untuk memenuhi
14-20x/menit) di dalam jalan napas kebutuhan oksigen
6. Pola napas (dengan Tindakan/ observasi → Untuk
frekuensi napas → Identifikasi kemampuan memperbaiki pola
14-20x/menit) batuk napas
→ Monitor tanda dan gejala → Untuk
infeksi saluran napas mngoptimalkan
→ Monitor input dan output pernapasan
cairan (mis. Jumlah dan
karateristik
Kontrol Gejala Terapeutik
a. Kemampuan memonitor → Atur posisi semi fowler
munculnya gejala secara atau fowler
mandiri (3 sedang) → Pasang perlak dan
b. Kemampuan memonitor bengkok di pangkuan pasien
lama bertahannya gejala (3 → Buang sekret pada tempat
sedang) sputum
c. Kemampuan memonitor Edukasi
variasi gejala (2 cukup → Jelaskan tujuan dan
menurun) prosedur batuk efektif
Tingkat Infeksi → Anjurkan tarik napas
a. Nafsu makan dapat melaluihidung selama 4 detik,
meningkat diahan selama 2 detik
b. Demam menurun (suhu : kemudian dari mulut dengan
36,5–37,50 C) bibir mecucu selama 8 detik
c. Kemerahan menurun (3 → Anjurkan mengulangi
sedang) tarik napas dalam hingga
3kali

Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran
jika perlu
Edukasi Fisioterapi Dada
Definisi : Mengajarkan
memobilisasi sekresi napas
melalui perkusi, getaran, dan
drainase postural Tindakan
/observasi
→ Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
→ Persiapan materi dan
edukasi → Jadwalkan
waktuyang tepat untuk
memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
dengan pasien dan keluarga
→ Berikan kesempatan
pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
→ Jelaskan kontraindikasi
fisioterapi dada
→ Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi dada
→ Ajarkan mengeluarkan
sekret melalui pernapasan
dalam
→ Ajarkan batuk selama dan
setelah prosedur
3. Pola napas tidak Setelah dilakukan Kriteria Hasil: Pemantauan Respirasi → Untuk
efektif b.d hambatan intervensi 1. Tekanan ekpirasi Observasi mengetahui
upaya napas d.d keperawatan maka meningkat → Monitor frekuensi, irama, frekuenasi, irama,
dispnea pola napas akan 2. Teknan inspirasi kedalaman, dan upaya napas kedalamandan upaya
membaik meningkat → Monitor pola napas napas baik atau
3. Dispnea menurun (seperti bradipnea, takipnea, buruk → Untuk
(dengan frekuensi napas : hiperventilasi, Kussmaul, mengetahui
14-20x/menit) CheyneStokes, Biot, ataksik0 kemampuan batuk
4. Frekuensi napas (dengan → Monitor kemampuan → Untuk
frekuensi napas : batuk efektif mengetahui adanya
14-20x/menit) → Monitor adanya produksi bunyi tambahan saat
5. Kedalaman napas sputum bernapas
membaik → Monitor adanya sumbatan → Untuk mngetahui
6. Ekskursi dada membaik jalan napas adanya sputum
→ Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
→ Auskultasi bunyi napas
→ Monitor saturasi oksigen
→ Monitor nilai AGD
→ Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
→ Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
→ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
→ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
→ Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Jalan Napas
Observasi
→ Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
→ Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering) → Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
→ Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
→ Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
→ Berikan minum hangat
→ Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
→ Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
→ Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
→ Penghisapan endotrakeal
→ Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
→ Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
→ Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
→ Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin/11 Juli 2022


Jam : 15.00 WIB
Tempat : Bangsal Abimanyu RSUD Panembahan Senopati
Oleh : Muhammad Aidil Syarifudin (P07120522030)
Inggita Melia Putri (P07120522082)
Sumber data : Pasien, Keluarga Pasien, Rekam Medis
Metode : Observasi, Wawancara, Pemeriksaan Fisik, Studi
Kasus dan Studi Dokumen.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn. R
2) Tempat Tgl Lahir : Bantul, 31 Desember 1938
3) Umur : 83 Th 7 bln 168 hr
4) Jenis Kelamin : Laki-Laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Buruh
8) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
9) Alamat : Bantul
10) Diagnosa Medis : Dispnea, bronchitis, PPOK Eksaserbasi
11) No. RM : 986XXXXX
12) Tanggal Masuk RS : 10 Juli 2022
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Tn. J
2) Umur : 32 Tahun
3) Pendidikan : S-1
4) Pekerjaan : Wiraswasta
5) Alamat : Bantul
6) Hubungan dengan pasien : Cucu
7) Status perkawinan : Menikah
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan batuk disertai dahak dan semakin sering batuk apabila
digunakan untuk bicara, pasien mengatakan sesak nafas terutama saat banyak
melakukan aktivitas diatas tempat tidur dibuktikan dengan hasil pemeriksaan RR 28
x/menit, SPO2 94%. Pasien terpasang oksigen dengan nasal kanul 3 lpm.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS :
Pada tanggal 10 Juli 2022 pukul 09.20 WIB setelah melakukan
aktivitas di kebun pasien mengalami sesak nafas disertai batuk berdahak dan
terasa berat pada bagian dada.
b) Riwayat Kesehatan Pasien :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami batuk berdahak dan
sesak nafas setelah beraktivitas di kebun yang sudah dirasakan sejak 3 hari
yang lalu. Pada tanggal 10 Juli 2022 pukul 09.36 WIB pasien datang ke IGD
RSUD Panembahan Senopati dengan diantarkan oleh anaknya. Di IGD pasien
telah dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil
tekanan darah : 152/87 mmHg, nadi 120x/menit, SPO 2 94%, RR 30x/menit,
suhu 36,3oC, screening covid 19, rongten dada dengan hasil bronkitis,
pemeriksaan laboratorium, EKG dan diberikan terapi oksigen nasal kanul 3
lpm, terapi cairan dan pengobatan berupa infus NaCl 500 ml 20 tpm, injeksi
pantoprazole 40mg, injeksi furosemide 20 mg, injeksi ceftriaxone 1 gram,
nasal kanul 3 lpm, inhalasi nebulizer combivent dan pulmicort dengan dosis
1:1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan terapi tersebut pasien dipindahkan ke
Bangsal Abimanyu pada tanggal 10 Juli 2022 pukul 10.05 WIB untuk
dilakukan perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan pasien mengalami riwayat penyakit jantung (CHF) dan maag.
b. Riwayat Hospitalisasi
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
c. Riwayat Injury
Pasien mengatakan belum pernah dilakukan pembedahan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram

Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien
Perempuan
Meninggal Pisah

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan pasien atau
dengan penyakit penyerta lainnya. Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki
penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes melitus.

4. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


1) Nutrisi- metabolic
Sebelum sakit :
Sebelum masuk RS pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi habis 1
piring penuh. Pasien makan dengan nasi, lauk tempe, tahu, ayam atau ikan dan
sayur dengan kuah santan atau sayur daun singkong. Pasien mengatakan sering
makan cemilan seperti ketela goreng, keripik yang dibuat dari buah pisang. Pasien
mengatakan menyukai buah sirkaya dan jeruk. Pasien mengatakan suka minum teh
pahit sehari sebanyak 200 ml dan minum air putih sehari habis 2500 ml (8 gelas
per hari).
Saat sakit :
Saat di rawat  di RS pasien mengatakan makanan yang diberikan rumah sakit dan 
habis ¾ porsi piring. Pasien mengatakan terkadang makan cemilan yang diberikan
oleh keluarga pasien seperti roti. Pasien mengatakan menghabiskan 2000 ml air
putih.
2) Eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dan BAK 7 kali sehari. Pasien mengatakan
tidak ada keluhan mengenai BAB dan BAK.
Saat sakit :
Saat di rawat di RS pasien mengatakan sudah BAB 1 kali pada pagi hari dengan
konsistensi lembek berwarna kecoklatan berbau khas. Pasien mengatakan tidak ada
keluhan nyeri saat berkemih.
3) Aktivitas /latihan

a. Keadaan aktivitas sehari – hari


Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan kegiatan sehari-hari pasien dirumah dengan
menonton televisi, sering mendengarkan radio dan terkadang melakukan
aktivitas berkebun pada sore hari.
Saat sakit :
Pasien berbaring di tempat tidur dan untuk kebutuhan ADL dibantu oleh
keluarga dan perawat.
b. Keadaan pernafasan
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh sesak nafas
sebelumnya.
Saat sakit :
Pasien mengatakan sesak nafas
c) Keadaan Kardiovaskuler
Pasien mengatakan dada terasa berat saat bernafas. Pasien mengatakan tidak
mudah terkejut dan tidak mudah berdebar-debar
(1) Skala ketergantungan (Barthel Index)
KETERANGAN
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Bathing V
Toileting V

Eating V
Moving V
Ambulasi V
Walking V

Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = Dibantu dengan alat
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total

4) Istirahat tidur
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidur malam selama 8 jam dari pukul 21.00-05.00 WIB dan
pasien mengatakan kadang-kadang istirahat pada siang hari dari pukul 14.00-16.00
WIB
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien lebih sering tertidur dari pukul 08.00 – 15.00
WIB
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui tentang penyakit yang diderita pasien setelah
dibawa ke rumah sakit. Saat dirawat di rumah sakit keluarga menjaga pasien agar
tidak banyak bergerak dan tetap aman di atas tempat tidur.
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Saat merasakan sakit pasien menceritakan keluhan yang dirasakan kepada keluarga.
7) Pola hubungan peran
Keluarga pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota
keluarga dibuktikan dengan pasien selalu ditunggu oleh keluarga saat dirawaat di
rumah sakit.
8) Kognitif dan persepsi
Pasien dapat menyerap informasi, pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Ditandai
dengan pasien mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan dengan tepat.
9) Persepsi diri-Konsep diri
a. Gambaran Diri
Klien tidak dapat menjelaskan mengenai gambaran dirinya
b. Harga Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak malu dengan kondisi yang sedang ia
alami. Pasien juga tidak menyalahkan dirinya sendiri maupun orang lain
karena klien menganggap ini cobaan dari Allah SWT.
c. Peran Diri
Pasien berperan sebagai ayah dan memiliki 1 kakak laki-laki, tujuh adik laki-
laki dan satu perempuan.
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mudah putus asa dan menyesal
karena penyakit yang dideritanya. Pasien dapat berinteraksi dengan keluarga,
perawat dan praktikan.
e. Identitas Diri
Pasien mengatakan masih dapat mengenal dirinya sendiri dan mampu
mengenal jenis kelaminnya.
f. Reproduksi dan Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan dalam
reproduksi dan pasien sudah menikah.
g. Keyakinan dan Nilai
Keluarga pasien mengatakan pasien beragama islam Keluarga pasien
mengatakan bahwa penyakit yang derita pasien merupakan ujian dari Allah
SWT.
b. Discharge Planning/Perencanaan Pulang
1. Batasi aktivitas fisik yang terlalu berat
2. Atur posisi yang nyaman dan lakukan istirahat yang cukup
3. Terapi pengobatan yang dibawa :
a. Berikan renapar dengan dosis 400 mg diminum melalui mulut/oral setiap
pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB
b. Berikan Methyl Prednisolon dengan dosis 8 mg diminum melalui mulut/oral
setiap pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB
c. Acetil Sistein dengan dosis 200 mg diminum melalui mulut/oral setiap pukul
06.00 WIB dan 14.00 WIB
d. Candesartan dengan dosis 8 mg diminum melalui mulut/oral setiap pukul
06.00 WIB
e. Bisoprolol dengan dosis 2,5 mg diminum melalui mulut/oral setiap pukul
14.00 WIB

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi : TB = 169 cm
BB = 65 Kg
IMT = 22,7 kg/m2
(Gizi baik/Kurang/Lebih)
3) Tanda Vital : TD = 131/78 mmHg Nadi = 98 x/mnt
Suhu = 36,6°C RR = 28 x/mnt
SPO2 = 94%
4) Skala Nyeri

Menurut Numeric Rating Scale (NRS)


b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kulit
Warna kulit normal tidak pucat, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat
luka, dan tidak terdapat plebitis pada tangan. Pasien terpasang infus NaCL
20 tpm mikro pada tangan kanan.
2) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut beruban dan tidak terdapat benjolan,
tidak terdapat luka.
3) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat lesi.
4) Tengkuk
Tidak terdapat luka pada tengkuk, daerah tengkuk bersih.
5) Dada
a) Inspeksi
Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah (simetris). Dada kanan dan
dada kiri terlihat simetris, tidak ada jejas.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa.
c) Perkusi
Terdengar suara redup pada area paru.
d) Auskultasi
Terdengar suara napas tambahan, suara napas ronkhi kering.
6) Punggung
Tidak terdapat kelainan tulang belakang.
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit rata sawo matang, bentuk perut simetris.
b) Auskultasi
Bising usus terdengar 17x/menit.
c) Perkusi
Suara timpani.
d) Palpasi
Tidak ada asites.

8) Anus dan Rectum


Tidak ada nyeri. Tidak terdapat edema/hemoroid/polip/tanda-tanda infeksi
dan perdarahan.
9) Genetalia
Tidak terdapat kelainan pada bagian genetalia, dan terpasang kateter sejak
tanggal 11 Juli 2022. Pasien terpasang kateter dengan warna urin kuning
keruh, cair dan berbau khas dengan jumlah urin output 300 cc.
10) Ekstremitas
a) Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari tangan kanan atau kiri,
capillary refill < 2 detik, turgor kulit baik < 2 detik, terpasang infus NaCl
500cc dengan 20 tpm di bagian tangan kanan, perban di bagian tusukan
infus bersih dan terpasang sejak tanggal 10 Juli 2022. Kekuatan otot
tangan kanan dan tangan kiri 5.
b) Bawah
Anggota gerak lengkap, capillary refill < 2 detik, turgor kulit baik < 2
detik, Kekuatan otot kaki kanan dan kaki kiri 5.
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual plebitis :
Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan
Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: 1 Mungkin tanda dini flebitis
 Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
 Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini flebitis
 Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat flebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Pikirkan terapi
 Indurasi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
 Nyeri sepanjang kanula tromboflebitis
 Eritema  Ganti kanula
 Indurasi  Pikirkan terapi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Lakukan terapi
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam

*)Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul

Pengkajian risiko jatuh


Skoring 1 Skoring 2 Skoring 3
No Risiko Skala
Tgl 11 Tgl 12 Tgl 13
1. Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0 V V V
dalam 3 bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0 V V V
Ya 15
3. Alat bantu jalan: V V V
0
Bed rest/dibantu perwat
Penopang/tongkat/walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0
Ya 25 V V V
5. Cara berjalan/berpindah: V V V
0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30
6. Status mental: V V V
Orientasi sesuai kemampuan 0
diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 25 25 25
Tingkat Resiko Jatuh Risiko Risiko Risiko
rendah rendah rendah
Paraf & Nama Perawat Aidil & Aidil & Aidil &
Inggita Inggita Inggita
Tingkat Risiko :
Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh standar (lanjutkan
formulir pencegahan)
Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko tinggi (lanjutkan dengan
pencegahan jatuh pasien dewasa)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tn. R di Ruang Abimanyu RSUD Panembahan
Senopati Bantul

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Rujukan


Pemeriksaan
12 Juli 2022 Mikrobiologi
(Pukul 12:25 Pewarnaan BTA Negatif Negatif
WIB)
Pewarnaan gram
Bahan Sputum
Epitel 10

Bakteri
Batang
Gram (+) -
Gram (-) -

Coccus
Gram (+) +
Gram (-) -

Jamur +
Trichomonas -
Lainnya -

Kesan LP (Kualitas sputum baik)

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


Pemeriksaan (satuan)
10 Juli 2022 HEMATOLOGI
(Pukul 10:10) Hemoglobin 14.4 L:14-18 gr/dL
Lekosit 9.33 4.00-11.00 uL
Eritrosit 5.00 4.00-5.00 uL
Trombosit 286 150-450 uL
Hematokrit 45.7 36.0-46.0 vol%
HITUNG JENIS
Eosinofil 2 1-6 %
Basofil 0 0-1 %
Batang 0
Segmen 81
Limfosit 8 22-40 %

Monosit 11 4-8 %
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 30 < 31 U/l
SGPT 13 < 31 U/l
FUNGSI GINJAL
Ureum 32 17-43 mg/dl
Creatinin 0.85 0.60-1.10 mg/dl
DIABETES
Glukosa Darah 126 80-200 mg/dl
Sewaktu
ELEKTROLIT 138.0 137.0-145.0 mmol/l
Natrium 4.40 3.50-5.10 mmol/l
Kalium 102.0 98.0-107.0 mmol/l
Klorida

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

b. Pemeriksaan Radiologi
Tabel Pemeriksaan Radiologi Tn. R di Ruang Abimanyu RSUD Panembahan
Senopati Bantul

Hari/ Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi

Minggu/ Thorax PA dewasa Kesan : Bronkitis


10/07/2022 Besar Cor Normal
(Pukul 17:22
WIB)

c. Antigen Covid-19

Antigen Hasil Rujukan

RDT Antigen SARS Cov-2 Negatif Negatif

7. Terapi
Tabel Pemberian Terapi Pasien Tn. R di Ruang Abimanyu di RSUD Panembahan
Senopati Bantul

Hari / Obat Dosis dan Rute Jam pemberian


Tanggal Satuan
Senin / Furosemid 1 x 2 ml IV 09.00
11 Juli Cefuroxime 2 x 1 gram IV 09.00, 21.00
2022 Mecobalamin 2 x 500 ml IV 09.00, 21.00
Combivent 3 x 2,5 ml Inhalasi 06.00, 15.00, 22.00
Pulmicort 3 x 2 ml Inhalasi 06.00, 15.00, 22.00
Renapar 2 x 400 mg PO 06.00, 18.00
Methyl Prednisolone 2 x 8 mg PO 06.00, 18.00
Acetil Sistein 2 x 200 mg PO 06.00, 14.00
Candesartan 1 x 8 mg PO 06.00
Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO 14.00

Selasa / Furosemid 1 x 2 ml IV 09.00


12 Juli Cefuroxime 2 x 1 gram IV 09.00, 21.00
2022 Mecobalamin 2 x 500 ml IV 09.00, 21.00
Combivent 3 x 2,5 ml Inhalasi 06.00, 15.00, 22.00
Pulmicort 3 x 2 ml Inhalasi 06.00, 15.00, 22.00
Renapar 2 x 400 mg PO 06.00, 18.00
Methyl Prednisolone 2 x 8 mg PO 06.00, 18.00
Acetil Sistein 2 x 200 mg PO 06.00, 14.00
Candesartan 1 x 8 mg PO 06.00
Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO 14.00

Rabu / Furosemid 1 x 2 ml IV 09.00


13 Juli Cefuroxime 2 x 1 gram IV 09.00, 21.00
2022 Combivent 3 x 2,5 ml Inhalasi 06.00, 15.00, 22.00
Pulmicort 3 x 2 ml Inhalasi 06.00, 15.00, 22.00
Renapar 2 x 400 mg PO 06.00, 18.00
Methyl Prednisolone 2 x 8 mg PO 06.00, 18.00
Acetil Sistein 3 x 200 mg PO 06.00, 14.00
Candesartan 1 x 8 mg PO 06.00
Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO 14.00

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

ANALISA DATA
DATA MASALAH PENYEBAB
DS : Bersihan Sekresi Yang
- Pasien mengatakan batuk terutama saat Jalan Nafas Tertahan
banyak bicara Tidak Efektif (SDKI 2017,D.0149,
- Pasien mengatakan dahak sulit keluar (SDKI Halaman 19)
sendiri 2017,D.0149,
DO : Halaman 19)
- Pasien tampak batuk disertai adanya dahak
- Terdapat suara napas tambahan, suara nafas
ronkhi kering
- Terdapat sputum yang berlebih

DS : Pola Nafas Hambatan Upaya


- Pasien mengatakan sesak nafas terutama Tidak Eektif Napas
pada saat banyak aktivitas di tempat tidur (SDKI (SDKI 2017, D0005,
DO : 2017,D0005, Halaman 26)
- Pola napas cepat (takipnea) ditandai dengan Halaman 26)
RR = 28x/menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang Tertahan
(SDKI 2017,D.0149, Halaman 19) ditandai dengan :
a. Batuk saat banyak bicara
b. Dahak sulit keluar sendiri
c. Batuk disertai adanya dahak
d. Sputum berlebih
e. Terdapat suara napas tambahan, suara nafas ronkhi kering
2. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Napas (SDKI
2017,D0005, Halaman 26) ditandai dengan :
a. Sesak nafas (Dispnea)
b. Pola napas abnormal (takipnea) ditandai dengan RR = 28x/menit
3. RENCANA KEPERAWATAN

PERENCANAAN
Hari/ DIAGNOSA
RENCANA RASIONAL
TGL KEPERAWATA
TUJUAN TINDAKAN
N

Senin / Bersihan jalan Setelah Manajemen Observasi


11-7- nafas tidak dilakukan Jalan Nafas - Mengetahui
2022 efektif tindakan Observasi irama,
berhubungan keperawatan - Monitor frekuensi dan
dengan sekresi selama 3x24 pola nafas kedalamn pola
yang tertahan jam di - Monitor nafas pasien
harapkan bunyi - Mengetahui
bersihan jalan napas normal atau
napas tambahan tidak suara
meningkat - Monitor nafas pasien
dengan sputum - Mengetahui
Kriteria Hasil: Terapeutik jumlah,
1. Sputum - Posisikan warna, dan
bisa keluar semifowler kekentalan
spontan atau fowler sputum
2. Frekuensi - Berikan Terapeutik
napas dari minum - Mengurangi
28x/menit hangat sesak pada
menjadi Edukasi pasien
14-20x/me - Anjarkan - Mencairkan
nit teknik sputum pada
3. Batuk batuk pasien
menjadi efektif Edukasi
efektif Kelola - Mempermud
4. Ronkhi ah pasien
hilang, - Kelola untuk
suara pemberian mengeluarka
napas tindakan n sputum
vesikuler nebulizer Kelola
pulmicort 2 - Mengencerk
ml dan an sputum
combivent pada pasienn
2,5 ml tiap
8 jam/hari

Senin / Pola nafas tidak Setelah Manajemen Observasi


11-7- efektif dilakukan Jalan Nafas - Mengetahui
2022 berhubungan tindakan Observasi irama,
dengan keperawatan - Monitor frekuensi dan
hambatan upaya selama 3x24 pola nafas kedalamn pola
napas jam Terapeutik nafas pasien
diharapkan - Posisikan
Terapeutik
pola napas semifowler
- Mengurangi
membaik atau fowler
sesak pada
Kriteria Hasil: Edukasi
pasien
1. Sesak - Anjarkan
nafas teknik Edukasi
berkura batuk - Mempermud
ng efektif ah pasien
ditandai Kelola untuk
dengan - Kelola mengeluarka
nilai pemberi n sputum
frekuens an terapi
Kelola
i napas oksigen
- Mengurang
menjadi dengan
i sesak pada
14- nasal
pasien
20x/me kanul 3
nit lpm
2. Pola
napas
membai
k dari
28x/me
nit
menjadi
14-
20x/me
nit
3. Frekuensi
nafas
membaik
dari
28x/menit
menjadi
14-20x/me
nit
4. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : Tn. R / 986XXXXX Ruang :
Abimanyu
1) Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan

Hari/Tgl/Jam DIAGNOSA Jam PELAKSANAAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Senin, 11 Juli Bersihan jalan nafas tidak -13 : 30 WIB - Memonitor pola nafas S:
2022 efektif berhubungan dengan -13 : 40 WIB - Memonitor bunyi - Pasien mengatakan sudah nyaman
13.00-17.00 sekresi yang tertahan -13 : 50 WIB napas tambahan dengan posisi setengah duduk
WIB - Memposisikan - Pasien mengatakan jalan nafas lebih
semifowler nyaman menggunakan oksigen
O:
- Terdengar bunyi napas tambahan :
ronkhi kering
- RR : 25 x/menit
(Aidil dan Inggita)
- SPO2 : 95%.
A : Bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
- Posisikan pasien semifowler
- Berikan minum hangat
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kelola pemberian tindakan nebulizer
pulmicort 2 ml dan combivent 2,5 ml
tiap 8 jam/hari

(Aidil dan Inggita)


Selasa, 12 Juli Bersihan jalan nafas tidak - 09 : 00 WIB - Memonitor pola nafas S:
2022 efektif berhubungan dengan - 09 : 05 WIB - Memonitor sputum - Pasien mengatakan merasa lebih
08.00-14.00 sekresi yang tertahan - 09 : 10 WIB - Memonitor bunyi mudah bernapas setelah diberikan
WIB - 09 : 15 WIB napas tambahan terapi nebulizer
- 09 : 20 WIB - Memposisikan O:
semifowler - RR : 25 x/menit
- Mengajarkan teknik - Terdengar bunyi napas tambahan :
batuk efektif ronkhi kering
- Memberikan terapi - SPO2 : 96 %
nebulizer pulmicort 2 - Pasien batuk efektif dengan
ml dan combivent 2,5 mengeluarkan sputum berwarna
ml
putih kekuningan
- Pada tanggal 12 Juli 2022 hasil
(Aidil)
laboratorium pemeriksaaan sputum
menunjukkan kualitas sputum baik
A : Bersihan jalan napas tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
- Posisikan semifowler
- Berikan minum hangat
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kelola pemberian tindakan nebulizer
pulmicort 2 ml dan combivent 2,5 ml
tiap 8 jam/hari

(Aidil)
Selasa, 12 Juli Bersihan jalan nafas tidak - 20 : 15 WIB - Memonitor pola napas S:
2022 efektif berhubungan dengan - 20 : 20 WIB - Memonitor bunyi - Pasien mengatakan pernapasannya
20.00-08.00 sekresi yang tertahan - 20 : 25 WIB napas tambahan lebih lega setelah diberikan terapi
WIB - 20 : 30 WIB - Memposisikan nebulizer
- 07 : 10 WIB semifowler - Pasien mengatakan dapat melakukan
- Mengajarkan teknik batuk efektif
batuk efektiF O:
- RR : 24 x/menit
- Memonitor sputum
- SPO2 : 97 %
- Mengelola pemberian
- Terdapat bunyi napas tambahan :
terapi nebulizer
ronkhi kering
pulmicort 2 ml dan
- Pasien batuk efektif dengan
combivent 2,5 ml
mengeluarkan sputum berwarna
putih
A : Bersihan jalan napas tidak efektif belum
teratasi
(Inggita)
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
- Posisikan semifowler
- Berikan minum hangat
- Kelola pemberian tindakan nebulizer
pulmicort 2 ml dan combivent 2,5 ml
tiap 8 jam/hari

(Inggita)
Rabu, 13 Juli Bersihan jalan nafas tidak - 14 : 20 WIB - Memonitor pola napas S:
2022 efektif berhubungan dengan - 14 : 25 WIB - Memonitor bunyi - Pasien mengatakan batuk sudah
14.00-20.00 sekresi yang tertahan - 14 : 30 WIB napas tambahan berkurang
WIB - 16 : 10 WIB - Memonitor sputum - Pasien mengatakan lebih terasa
- Memposisikan nyaman dan lega saat bernapas
semifowler O:
- Memberikan minum - RR : 20 x/menit
hangat - SPO2 : 97 %
- Mengelola pemberian - Bunyi napas normal vesikuler,
terapi nebulizer resonan pada seluruh daerah paru
pulmicort 2 ml dan - Pasien batuk efektif dengan
combivent 2,5 ml pengeluaran sputum berwarna putih
bening, produksi sputum berkurang
- Pasien minum air hangat 200 ml
A : Bersihan jalan napas tidak efektif
(Inggita)
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Monitor sputum
- Posisikan semifowler
- Berikan minum hangat
- Kelola pemberian tindakan nebulizer
pulmicort 2 ml dan combivent 2,5 ml
tiap 8 jam/hari

(Inggita)

Rabu, 13 Juli Bersihan jalan nafas tidak - 20 : 15 WIB - Memonitor pola napas S:
2022 efektif berhubungan dengan - 20 : 20 WIB - Memposisikan - Pasien mengatakan batuk sudah
20.00-08.00 sekresi yang tertahan - 07 : 10 WIB semifowler berkurang
WIB - Mengelola pemberian - Pasien mengatakan sudah tidak batuk
terapi nebulizer saat berbicara
pulmicort 2 ml dan - Pasien mengatakan lebih terasa
combivent 2,5 ml nyaman dan lega saat bernapas
O:
- RR : 20 x/menit
- SPO2 : 98 %
(Aidil)
- Pasien minum air hangat 150 ml
A : Bersihan jalan napas tidak efektif
teratasi
P : Hentikan intervensi : Rencana pasien
BLPL

(Aidil)
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

Hari/Tgl/Jam DIAGNOSA JAM PELAKSANAAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Senin, 11 Juli Pola napas tidak efektif - 14 : 20 WIB - Memonitor pola nafas S:
2022 berhubungan dengan hambatan - 14 : 25 WIB - Memposisikan - Pasien mengatakan masih sesak nafas.
14.00-20.00 upaya napas - 14 : 30 WIB semifowler Sesak nafas berkurang saat tidak
WIB - Mengelola pemberian digunakan untuk aktivitas dan tidur,
terapi oksigen 3 lpm sesak nafas bertambah jika digunakan
melalui nasal kanul untuk beraktivitas
- Pasien mengatakan terasa berat saat
bernapas

O:
(Aidil dan Inggita) - RR : 28 x/menit
- SPO2 : 94%.
A : Pola napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Posisikan semifowler atau fowler
- Anjarkan teknik batuk efektif
- Kelola pemberian terapi oksigen 3 lpm
melalui nasal kanul

(Aidil dan Inggita)


Selasa, 12 Juli Pola napas tidak efektif - 09 : 00 WIB - Memonitor pola nafas S:
berhubungan dengan hambatan
2022 - 09 : 05 WIB - Memposisikan - Pasien mengatakan sesak nafas
upaya napas
08.00-14.00 - 09 : 10 WIB semifowler berkurang
WIB - Mengelola pemberian O:
terapi oksigen 3 lpm - RR : 25 x/menit
melalui nasal kanul - SPO2 : 96 %
A : Pola napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola napas
(Aidil)
- Posisikan semifowler
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kelola pemberian terapi oksigen 3 lpm
melalui nasal kanul

(Aidil)
Selasa, 12 Juli Pola napas tidak efektif - 20 : 15 WIB - Memonitor pola napas S:
berhubungan dengan hambatan
2022 - 20 : 20 WIB - Memposisikan - Pasien mengatakan sesak berkurang
upaya napas
20.00-08.00 - 20 : 30 WIB semifowler - Pasien mengatakan pernapasannya lebih
WIB - Mengelola pemberian
terapi oksigen terapi nyaman dari sebelumnya
oksigen 3 lpm melalui - Pasien mengatakan nyaman dengan
nasal kanul posisi setengah duduk

(Inggita)
O:
- RR : 24 x/menit
- SPO2 : 97 %
A : Pola napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola napas
- Posisikan semifowler
- Kelola pemberian terapi oksigen 3 lpm
melalui nasal kanul

(Inggita)
Rabu, 13 Juli Pola napas tidak efektif - 14 : 20 WIB - Memonitor pola napas S:
2022 berhubungan dengan hambatan - 14 : 25 WIB - Memposisikan - Pasien mengatakan jika beraktivitas
14.00-20.00 upaya napas - 14 : 30 WIB semifowler sesak napas sudah berkurang
WIB - Mengelola pemberian - Pasien mengatakan lebih terasa nyaman
terapi oksigen dengan dan lega saat bernapas
O:
nasal kanul 3 lpm - RR : 20 x/menit
- SPO2 : 97 %
A : Pola napas tidak efektif teratasi
(Inggita)
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas
- Posisikan semifowler
- Kelola pemberian terapi oksigen 3 lpm
melalui nasal kanul

(Inggita)
Rabu, 13 Juli Pola napas tidak efektif - 20 : 15 WIB - Memonitor pola S:
berhubungan dengan hambatan
2022 - 20 : 20 WIB napas - Pasien mengatakan sudah tidak sesak
upaya napas
20.00-08.00 - 20 : 30 WIB - Memposisikan saat bernapas
WIB semifowler - Pasien mengatakan lebih terasa nyaman
- Mengelola dan lega saat bernapas
pemberian terapi O:
oksigen 3 lpm - RR : 20 x/menit
melalui nasal kanul - SPO2 : 98 %
A : Pola napas tidak efektif teratasi
P : Hentikan intervensi :
(Aidil)
Rencana pasien BLPL
(Aidil)
BAB III
PEMBAHASAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang umum,


dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten
dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan saluran napas dan / atau kelainan
alveolar biasanya disebabkan oleh paparan yang signifikan terhadap partikel atau
gas (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD, 2017). Terapi
nebulizer merupakan suatu jenis terapi yang di berikan melalui saluran pernapasan yang
bertujuan untuk mengurangi atau mengatasi gangguan atau penyakit pada paru –paru.
Nebulizer merupakan suatu alat pengobatan dengan metode pemberian obat-obatan
dengan dihirup, yang sebelumnya obat-obatan tersebut harus dipecahkan dahulu menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil melalui cara aerosol atau humidifikasi. Tujuan
pemberian nebulizer yaitu rileksasi dari spasme bronchial, mengencerkan secret
melancarkan jalan napas, melembabkan saluran pernapasan (Muttaqin, 2018).
Keuntungan menggunakan nebulizer adalah mampu menampung sejumlah
obat dalam dosis besar dan penggunaan alatnya yang mudah digunakan. Pemberian
nebulizer pada pasien yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif menimbulkan
medikasi langsung pada tempat atau sasaran aksinya (seperti paru), pengiriman obat ke
paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan atau
oral, serta dosis yang rendah dapat menurunkan absorbsisistemik dan efek samping
sistemik.
Frekuensi pernapasan atau respiration rate adalah intensitas inspirasi dan ekspirasi
udara pernapasan pada manusia yang dilakukan setiap menit. Enansiomer-S pada
salbutamol yang digunakan sebagai obat nebulisasi yang meningkatkan reaktivitas dari
saluran napas dengan beberapa mekanisme yaitu meningkatkan kepekaan saluran napas
oleh adanya spasmogen dan memfasilitasi pelepasan asetilkolin dari disfungsional
autoreceptor muscarine prejunctional (Qureshi dalam (Dewi et al., 2022). Upaya tubuh dalam
melakukan mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan
serebral adalah dengan meningkatkan frekuensi pernapasan yang merupakan
pertanda adanya hipoksia jaringan, dan diharapkan dengan meningkatnya frekuensi
pernapasan maka FiO2 akan meningkat dan berdampak pula pada peningkatan PaO2
dan saturasi oksigen jaringan (Dewi et al., 2022). Kesimpulan, terdapat pengaruh nebulizer
terhadap frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah intervensi pada pasien PPOK.
BAB IV
PENUTUP
Dari asuhan keperawatan teori asuhan keperawatan pada Tn. R dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi di Ruang Abimanyu RSUD Panembahan Senopati
Bantul didapatkan 3 diagnosa keperawatan yang kemungkinanan muncul yaitu : Gangguan
Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi, Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang Tertahan, Pola Napas Tidak Efektif
Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Napas.

Berdasarkan kasus yang diambil ada 2 diagnosa keperawatan yaitu: Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang Tertahan, Pola Napas Tidak Efektif
Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Napas. Dari 2 diagnosa keperawatan yang
didapatkan sebagian banyak sudah teratasi. Dengan rincian sebagai berikut :
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang Tertahan
diharapkan bersihan jalan napas meningkat. Hasil dari asuhan keperawatan tersebut
telah mencapai tujuan yang menandakan bersihan jalan napas tidak efektif sudah
teratasi, yaitu :
a. Sputum bisa keluar spontan
b. Frekuensi pernapasan dari 28x/menit menjadi 20x/menit
c. Batuk menjadi efektif
d. Suara napas tambahan (ronkhi) hilang, suara napas menjadi vesikuler.
b. Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Napas diharapkan
pola napas membaik. Hasil dari asuhan keperawatan tersebut telah mencapai tujuan
yang menandakan pola napas tidak efektif sudah teratasi, yaitu :
a. Sesak nafas berkurang ditandai dengan nilai frekuensi napas dari 28x/menit
menjadi 20x/menit
b. Frekuensi nafas membaik dari 28x/menit menjadi 14-20x/menit
c. Pola napas membaik ditandai dengan nilai frekuensi napas dari 28x/menit
menjadi 20x/menit.
DAFTAR PUSTAKA

Ambara, Y . (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 6-53.

Brunner, S. &. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakata: EGC.

Dewi, R., Siregar, S., Harahap, M. E., & Siburian, C. H. (2022). Pengaruh Terapi Nebulizer
Terhadap Frekuensi Napas Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok). Jurnal
Ilmiah Keperawatan IMELDA, 8(1), 1–4.
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v8i1.682

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigen Pada Pasien Dengan
Congestive Heart Failure (Chf) Di Irna Penyakit Dalam Rsup Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017.

Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen . Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga.

Pradana, F. A. A. (2019) ). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Oksigenasi.

Sasmi, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Nn. R Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen.
0-27.

Rumampuk, E., & Thalib, A. H. (2020). Efektifitas Terapi Nebulizer Terhadap Bersihan
Jalan Napas Tidak Efektif Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jurnal
Mitrasehat, 10(2), 250-259.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai