Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN TERAPI OKSIGEN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun Oleh :

RIALITA TUTY BOLASTRI SINAMBELA

I4B021040

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2021
TERAPI OKSIGEN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam


mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis sehingga manusia dapat
mempertahankan kehidupannya. Menurut Maslow kebutuhan dasar ialah kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis (fisik), keamanan, kasih sayang, harga diri dan
aktualisasi diri (Andesta 2018). Dimana salah satu kebutuhan dasar manusia yang
paling penting dan harus terpenuhi adalah kebutuhan oksigenasi. Menurut Ernawati
kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup
dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Eki 2017).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh


baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
langsung dengan cara bernapas. Adanya kekurangan oksigen dapat diketahui dengan
tanda seperti hipoksia yang pada proses selanjutnya dapat menyebabkan kematian
jaringan (Takatelide, Kumaat, and Malara 2017). Dapat disimpulkan oksigen
merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, didalam tubuh,
oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme. Apabila kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi dapat terjadi kerusakan jaringan dan bila tidak ditangani segera dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tercukupi, dan sebagai perawat penting
mengetahui mengenai terapi oksigenasi yang baik bagi pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.

2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian terapi oksigenasi.
2. Mengetahui tujuan diberikannya terapi oksigenasi.
3. Menjelaskan indikasi diberikannya terapi oksigenasi.
4. Memahami kontra indikasi terapi oksigenasi.
5. Menjelaskan hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian terapi oksigenasi.
6. Menjelaskan prosedur tindakan beserta rasionalitas pemberian terapi oksigenasi.

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi upaya pengobatan dengan
pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan
mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat (Senapathi 2017). Terapi
Oksigen juga meningkatkan masukan oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan
pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan (Widiyanto 2014). Prinsip
pemberian terapi oksigen adalah melalui saluran pernapasan, membebaskan saluran
pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, dan memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Hidayat, A. Aziz
Alimul 2009). Konsentrasi yang diberikan dalam terapi oksigen harus lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi di lingkungan yang memiliki konsentrasi sebesar
21% (Mutaqin 2013).
Pemberian oksigen mempunyai beberapa cara tergantung jumlah aliran oksigen
yang akan diberikan, menurut Brunner & Suddarth (2013) alat pemberian oksigen
bisa dilihat sebagai berikut :
a. Nassal Kanul, digunakan pada pasien ketika membutuhkan aliran oksigen rendah
hingga sedang. Metode yang digunakan relative sederhana dan memungkinkan
masih bergerak bebas ditempat tidur, berbicara, dan makan tanpa terganggu.
Kecepatan pemberian oksigen dengan nasal kanul yaitu 1-2 Liter/menit yang
apabila kecepatannya melebihi angka tersebut dapat menyebabkan iritasi dan
kekeringan nasal serta mukosa faring
Gambar 1.1 Nassal Kanul

b. Simple mask, digunakan untuk konsentrasi diberikan pada konsentrasi rendah


hingga sedang. Simple mask yang memilki komsemtrasi kecepatan 6-8 liter.

Gambar 1.2 Simple Mask

c. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan


aliran 8-10 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi
sehingga konsentrasi CO2lebih tinggi daripada simple face mask.
Gambar 1.4 Rebreathing mask

d. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80- 100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.

Gambar 1.3 Non-Rebreathing Mask

2. Tujuan
Tujuan diberikannya terapi oksigen :
a. Mempertahankan fungsi pernafasan
b. Menjamin kebutuhan oksigen pada otak terpenuhi (Purnama and Aprilia 2019)
c. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh bila terjadi keadaan asidosis
respiratori.
d. Memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress miokardium (Brunner & Suddarth 2013).
Adapun tujuan pemberian terapi oksigen menurut Senapathi 2010 adalah :

e. Mencegah hipoksemia, Pemberian oksigen juga bisa bertujuan untuk pencegahan,


dimana untuk menyediakan oksigen dalam darah, seperti contohnya pada tindakan
bronkoskopi, atau pada kondisi yang menyebabkan konsumsi oksigen meningkat
(infeksi berat, kejang, dll)..
f. Mengobati keracunan karbon monoksida (CO), terapi oksigen dapat untuk
meningkatkan tekanan parsial oksigen (PO2) dalam darah dan untuk mengurangi
ikatan CO dengan hemoglobin.
3. Indikasi

Terapi oksigen diberikan apabila terdapat indikasi-indikasi seperti :

a. Pasien yang mengalami gangguan pernafasan (Pamungkas 2014).


b. Pada dewasa atau anak-anak yang memiliki nilai tekanan parsial oksigen kurang
dari 60 mmHg atau saturasi oksigen kurang dari 90%.
c. Pada pasien dengan infark miokard, edema paru, cedera kepala akut, sindrom
gangguan pernafasan dan fibrosis paru.
d. Diberikan sebelum dilakukannya beberapa prosedur, seperti pengisapan trakea
atau bronkoskopi di mana seringkali menyebabkan terjadinya desaturasi arteri
(Butterworth 2013)
e. Pemberian oksigen dengan konsentrasi 100% atau terapi hiperbarik oksigen
dengan indikasi emboli udara atau keracunan gas karbon monoksida, keracunan
sianida, inhalasi asap myositis dan mionekrosis klostridial (Lilin Rosyanti ,
Indriono Hadi, Dian Yuniar Syanti Rahayu 2019)
f. Terdapat tanda-tanda sianosis dan asidosis.
4. Kontra Indikasi
a. Nassal Kanul
- Pada pasien dengan obstruksi nasal
- Pasien apneu
b. Simple Mask, Rebreathing Mask dan Non Rebreathing Mask
- Pada pasien dengan retensi CO2 karena jika diberikan dapat memperburuk
prognosis.
- Pasien yang megalami toksisitas oksigen.
5. Hal-hal yang Perlu diperhatikan
a. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup
lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir
b.  Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit.
c. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya.
d. Menjaga supaya kantong O2 tidak terlipat/mengempes untuk mencegah
bertambahnya CO2.
e. Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena apabila ini
terjadi, aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien menghirup sejumlah besar
karbondioksida.
f. Selalu waspada seperti kelebihan oksigen, indikasi ketidakadekuatan oksigenasi
yang tidak terpantau, dan toksisitas oksigen (Brunner & Suddarth 2013).
6. Prosedur dan Rasional
a. Pengkajian
- Kaji kelancaran jalan nafas klien, tindakan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah klien dapat bernafas secara normal atau adanya sumbatan yang dapat
mengganggu pernafasan klien.
- Kaji tanda-tanda vital klien, untuk mengetahui status kesehatan klien terutama
frekuensi napas klien.
- Kaji apakah terdapat sianosis pada pasien.
- Tentukan kebutuhan oksigen yang akan diberikan kepada pasien guna
mengkoreksi penggunaan alat dalam memberikan terapi oksigen pada pasien
(Mutaqin 2013).
b. Persiapkan Alat
- Tabung
- Humidifier
- Nasal kanule/Mask
- Flow meter
- Handscoon
- Plester
- Gunting
- Pinset
- Kasa steril
- Baki atau trolly yang berisi peralatan
c. Pre Interaksi
- Cek catatan keperawatan dan catatan pasien guna memastikan bahwa pasien
menerima terapi oksigen.
- Siapkan alat-alat
- Cuci Tangan
Rasional : untuk menjaga kebersihan dan menghindar dari paparan penyakit.
d. Orientasi
- Berikan salam dan sapa pasien.
Rasional : membangun komunikasi terapeutik
- Perkenalkan diri, kemudian memastikan nama klien dengan bertanya kepada
klien sekaligus mengecek gelang pasien.
Rasional : untuk memastikan jika tindakan yang akan diberikan sudah pada
pasien yang tepat.
- Jelaskan prosedur dan tindakan, meminta persetujuan pasien dan melakukan
kontrak waktu tindakan dengan pasien.
Rasional : agar pasien mengerti dan memahami tindakan yang akan dilakukan
dan menghindari kesalahpahaman pada saat dilakukan tindakan sehingga
pasien bisa menentukan pilihan untuk menerima tindakan atau tidak.
- Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
- Jaga privasi pasien.
e. Tahap Kerja
- Menanyakan keluhan utama klien
Rasional : untuk menentukan pemberian tindakan akan dimodifikasi atau
ditunda dan menjadi indikasi dalam pemberian tindakan selanjutnya
- Memulai dengan cara yang baik.
- Cuci tangan
Rasional : mencegah adanya paparan penyakit dari pasien maupun perawat
- Gunakan handscoon
Rasional : sebagai alat perlindungan diri
- Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
Rasional : agar oksigen yang disalurkan memiliki kelembaban yang cukup
sehingga menghindari adanya iritasi kulit atau jalan napas karena oksigen
terlalu kering.
- Menghubungkan selang dari kanule nasal/mask ke tabung pelembab
Rasional : agar oksigen dapat tersalurkan dengan baik
- Memasang kanule pada hidung klien
Rasional : agar okigen dapat langsung dihirup pasien dan masuk ke saluran
pernapasan
- Menetapkan kadar O2 sesuai dengan program medis yang sudah ditentukan
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien sesuai dengan
indikasi yang didapatkan
- Fiksasi selang
Rasional : memastikan oksigen tidak bocor atau selang terlepas dan pasien
mendapat kadar oksigen lengkap sesuai kebutuhan
- Merapikan alat setelah semua terpasang.
- Lepas Handscoon.
Rasional : menjaga diri dan lingkungan dari paparan penyakit karena telah
bersinggungan dengan lingkungan pasien.
f. Terminasi
- Berikan pujian kepada pasien bahwa pasien telah bekerjasama dengan baik
selama kegiatan.
- Melakukan kontrak pertemuan kembali dengan pasien.
- Cuci tangan.
- Dokumentasi.
g. Hal yang perlu di evaluasi
- PO2 arterial pada batas normal.
- Kondisi hipoksia dapat teratasi.
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal.
- Peningkatan perilaku pasien agar melakukan pernapasan dalam secara efektif
terutama pada klien yang menderita penyakit paru kronis (Mutaqin 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Andesta, Dian. 2018. “Analisis Kebutuhan Anak Usia Dasar Dan Implikasinya Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan.” JIP: Jurnal Ilmiah PGMI 4 (1): 82–97.
https://doi.org/10.19109/jip.v4i1.2269.
Eki. 2017. “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien
Dengan Congestive Heart Failure (Chf).” Tugas Akhir, 176. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Eki_KTI_DIII_Keperawatan_Padang_2017.pdf.
Hidayat, A. Aziz Alimul, Uliyah Musrifatul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Edited by
Monica Ester. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lilin Rosyanti , Indriono Hadi, Dian Yuniar Syanti Rahayu, Agus Bintara Bira Wida. 2019.
“HIJP : HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN MEKANISME YANG
TERLIBAT DALAM TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK ( Theoritical Review Hyperbaric
Oxygen Therapy /HBOT)” 11.
Mutaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Penerbit Salemba Medika.
Pamungkas, Nur Permadi. 2014. “Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat Di Ruang Instalasi
Gawat Darurat RSUD Karanganyar.” STIKes Kusuma HUsada Surakarta, 1–8.
https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0693-06.2006.
Purnama, Ely, and Hanura Aprilia. 2019. “Hubungan Pemberian Terapi Oksigen Sistem Aliran
Rendah Dengan Status Fisiologis (Revised Trauma Score) Pada Pasien Trauma Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.” Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan 10 (2): 665–74. https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2.476.
Takatelide, F., L. Kumaat, and R. Malara. 2017. “Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong
Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.” Jurnal Keperawatan UNSRAT 5 (1): 111716.
Widiyanto, Budi. 2014. “Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Melalui
Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark Miokard Akut (Ima).” Prosiding Konferensi
Nasional II PPNI Jawa Tengah 2014, 138–43.

Anda mungkin juga menyukai