Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Tindakan Keperawatan pada Masalah Oksigenasi

Disusun oleh :
D3 Keperawatan / IA
1. Aprilia Zurizka Dwi Saputri
2. Dinda Ardilla
3. Kemewa Dwi Laverenia
4. Lia Ratnasari
5. Titiek Nur Anisyah
6. Susilowati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar-Dasar Keperawatan V
ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.

Tulisan ini adalah hasil belajar kami tentang kebutuhan dasar manusia 1. Pada tugas ini kami
mengambil judul Tindakan Keperawatan pada Masalah Oksigenasi

Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan tugas ini,
hasil diskusi kami dapat tercatat dengan rapi dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang
lain untuk kepentingan proses belajar kita terutama dalam bidang kebutuhan dasar manusia I bab
kebutuhan Oksigenasi.

Jombang, 6 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....

DAFTAR ISI........

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......

1.2 Rumusan Masalah ............

1.3 Tujuan Penulisan..............

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Oksigenasi...................................................................................

2.2 Nebulizer.....................................................................................

2.3 Section ......................................................................................

2.4 Terapi Dada................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........

3.2 Saran........

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Tidak makan atau
tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai pada
keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksigen maka akan langsung fatal
akibatnya.Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan, oksigen juga sangat
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigen juga bisa dijadikan sarana untuk mengatasi berbagai
macam penyakit. Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsur vital dalam proses
metabolisme tubuh, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,kardiovaskuler,dan
keadaan hematologis. Oleh sebab itu, pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem
pernafasannya harus sesegera mungkin dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan gejala
yang dialami pasien. Tindakan keperawatan yang sering diberikan pada pasien gangguan oksigenasi
adalah
Oksigenasi
Section
Nebulizer
Terapi Dada :
1. Fisioterapi Vebriting
2. Fisioterapi Flepping
3. Drainase postural

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tindakan keperawatan pasien dengan masalah oksigenasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Umum
Menyelesaikan tugas Dasar-dasar keperawatan 5

Khusus

Pembaca dapat mengetahui pengertian dari oksigenasi, nebulizer, section, fisioterapi


vebriting dan flepping serta drainase postural
Pembaca dapat mengetahui tujuan dari oksigenasi, nebulizer, section, fisioterapi
vebriting dan flepping serta drainase postural
Pembaca dapat mengetahui indikasi dan konta indikasi dari oksigenasi, nebulizer,
section, fisioterapi vebriting dan flepping serta drainase postural
Pembaca dapat mengetahui cara kerja dari oksigenasi, nebulizer, section, fisioterapi
vebriting dan flepping serta drainase postural
BAB II
PEMBAHASAN

Tindakan keperawatan yang sering diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
oksigenasi atau pernafasan adalah :

a. Oksigenasi
b. Nebulizer
c. Section
d. Fisioterapi Vebriting
e. Fisioterapi Flepping
f. Drainase postural

2.1 Oksigenasi
Pengertian Oksigenasi
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker oksigen.
(Suparmi, 2008:66)
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru yang melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat khusus.Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen
pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu
a. kateter nasal
b. kanula nasal
c. masker oksigen.

Tujuan Pemberian Oksigenasi


1. Memenuhi kekurangan oksigen
2. Membantu kelancran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hipoksia
5. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
6. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru

Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O 2 dan CO2 di
dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem
pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada
pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit
karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea
(pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea
(pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai
akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen
yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan
menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan
jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat
menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker
rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi
yaitu sekitar 90-95%
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah

3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.

Prosedur Pemberian Oksigen

a. Melalui Nasal Kanula

Pemberian oksigen pada klien


yang memerlukan oksigen secara
kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%,
dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung
dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke
dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 1,3 cm. Pemasangan nasal
kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif
nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien
untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.

Tujuan

a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.

Indikasi

Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).

Prinsip

a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya
2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.

b. Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya
vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)

Macam Bentuk Masker :


a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan
aliran 5-8 liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan
aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi
sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. Indikasi : klien dengan
kadar tekanan CO2 yang rendah.

c. Pemberian Oksigen Melalui Non rebreathing mask

Mengalirkan
oksigen konsentrasi
oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran
10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi,
dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Indikasi : klien
dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi.

Tujuan

Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.

Prinsip

Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit
dengan konsentrasi 40 - 60%.

Cara kerja
Tahap Pra Interaksi
Menyiapkan alat
Tabung oksigen beserta isinya.
Regulator dan flow meter
Masker atau nasal
Slang penghubung.
Tahap orientasi
Melihat buku catatan medis pasien
Berikan salam dan panggil nama klien
Jelaskan mengenai tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Mengatur lingkungan dan posisi senyaman mungkin unguk dilakukan tindakan keperawatan

Tahap kerja
1. Cuci tangan dan memakai handskun
2. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 L/mnt.
3. Kemudian obsevasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
4. Atur posisi dengan semi-fowler.
5. Memasang nasal kanul atau masker oksigen
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7. Dicoba pada tangan perawat apakah udara sudah keluar
8. Masukkan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan.
9. Lakukan pengecekkan kateter apakah sudah masuk apa belum, dengan menekan lidah pasien
menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belkang uvula).
10. Fiksasi pada daerah hidung. Periksa kateter nasal setiap 6-8jam.
11. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
Tahap terminasi
Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
oksigenasi
Menyampaikan hasil prosedur
Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
Merapikan lingkungan dan mengembalikan alat
Tahap dokumentasi
o Kaji frekuensi pernapasan pasien setelah dikakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
o Terjadi sianosis atau tidak saat dilakukan tindakan keperawatan

2.2 Nebulizer
Pengertian Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang
ultrasonik.Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui
inhalasi / pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat lainnya namun
mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut / oral. Sebagai contoh :
yang biasa nya penyembuhan flu selama 1 minggu, dengan terapi nebulizer sembuh dalam 3 hari.

Tujuan Pemberian Nebulizer


Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak,
bronkospasme berkurang/ menghilang.
Cara Bekerja NebulizerCara bekerja Nebulizer adalah dengan penguapan. Jadi obat-
obatannya diracik (berupa cairan), dimasukan ketabungnya lalu dengan bantuan
listrik menghasilkan uap yang dihirup dengan masker khusus. Tidak ada bau apa-apa,
jadi rasanya seperti bernapas biasa. terapi penguapan sekitar 5-10 menit, 3-4 kali
sehari ( seperti jadwal pemberian obat ). Dapat dipakai sejak bayi 0 bulan, anak-anak
(toddler/kids) hingga dewasa.
Pengobatan lewat Nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena
langsung dihirup masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan pun lebih
kecil, otomatis juga lebih aman. Biasanya dipakai untuk anak asma atau yang
memang sering batuk pilek berat karena allergi maupun flu.

Indikasi

Alat Nebulizer berguna untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti :
Batuk, untuk mengeluarkan lendir (plegm / slem) di paru-paru / dada, mengencerkan daha
Pilek / Hidung Tersumbat, melancarkan saluran pernafasan dengan terapi inhalasi ini juga
ampuh, penggunaanya sama dengan obat oral 3x sehari, campuran (obat) uapnya biasanya
juga obat-obatan yang memang untuk melancarkan jalan nafas
Asma dan Sinusitis, bunyi tarikan nafasnya sangat kuat dan sesak nafas
Alergy yang menyebabkan batu-batuk, pilek, dan yang menjurus ke serangan asma /
sinusitis
Indikasi dan Kontraindikasi Nebulizer

Kontra indikasi
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung

Obat-obatan untuk Nebulizer

o Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas
o Nacl : mengencerkan dahak
o Bisolvon cair : mengencerkan dahak
o Atroven : melonggarkan saluran napas
o Berotex : melonggarkan saluran napas
o Inflamid :untuk anti radang
o Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas
o Meptin : melonggarkan saluran napas.

Cara Kerja

Tahap Pra Interaksi


Menyiapkan alat
Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier
Masker Nebulizer
Obat yang akan diberikan
Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)
Alat Tulis
Melihat buku catatan medis pasien
Tahap orientasi
Berikan salam dan panggil nama klien
Jelaskan mengenai tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Mengatur lingkungan dan posisi senyaman mungkin unguk dilakukan tindakan keperawatan
Tahap kerja
a. Mengontrol flowmeter dan humidifier
b. Cuci tangan dan memakai handskun
c. Memberi posisi yang nyaman pada klien
d. Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen dengan selang penghubung
e. Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik
f. Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker
nebulizer
g. Memasang masker sesuai wajah klien
h. Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik
Tahap terminasi
Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
oksigenasi
Menyampaikan hasil prosedur
Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
Merapikan lingkungan dan mengembalikan alat
Tahap dokumentasi
Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan
Waktu pemberian
Reaksi pasien.

2.3 Suction
Pengertian

Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk


mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang
adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri. Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas
dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.

Tujuan diberikan suction

1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas


2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.

Prinsip:

Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital

Indikasi :
Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan
Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara
pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi,
kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada
alat bantu nafas.
Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral
Konta indikasi:
Post operasi nasal
Tumor , pembengkakan, dan perdarahan pada nasal

Cara Kerja

Tahap Pra Interaksi


Menyiapkan alat
1. Satu set mesin penghisab/suction dengan botol bantu pernafasan
2. Kateter penghisab sesuai kebutuhan
3. Selang penghisab
4. Pinset steril
5. Handskun steril
6. Dua kom berisi larutan Nacl 0,9 dan larutan klorin sebagai desinfektan
7. Kassa steril dan tempatnya
8. Tissu
9. Stetoskope
10. bengkok
Tahap Orientasi
Melihat buku catatan medis pasien
Berikan salam dan panggil nama klien
Jelaskan mengenai tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Mengatur lingkungan dan posisi senyaman mungkin unguk dilakukan tindakan keperawatan
Tahap Kerja
1. Mendekatkan alat didekat pasien
2. Mencuci tangan
3. Atur posisi pasien terlentang dengan kepala miring kr arah perawat
4. Cek suara nafas
5. Gunakan sarung tangan (handskun)
6. Tangan di atur satu steril satu on
7. Hubungkan kateter penghisab dengan selang penghisab
8. Tangan on digunakan untuk menghidupkan alat
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan perlahan.
Saat dimasukan lubang suction dibuka saat mengeluarkan ditutup
11. Lamanya suction dimasukan pada oral tidak boleh lebih dari 15 detik
12. Bila kateter yang telah digunakan dengan larutan nacl dan klorin atau desinfektan setelah
itu dikeringkan dengan kassa
13. Jika lendir masih ada pada pasien maka lakukan sekali lagi masukan kateter pada oral
pasien, tahap sesuai dengan tindakan sebelumnya
14. Setelah selesai rendam kateter pada larutan desinfektan
Tahap terminasi
Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
oksigenasi
Menyampaikan hasil prosedur
Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
Merapikan lingkungan dan mengembalikan alat
Tahap Dokumentasi
Kaji warna secret
Kekentalah secret
Ada atau tidaknya darah pada secret
Kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan

2.4 Terapi Dada


Pengertian
Terapi dada pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot
pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan
sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian :
postural drainage, perkusi, dan vibrasi
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status
asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru
berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya
keganasan serta adanya kejang rangsang. (bingung)
1. Postural Drainase
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Mengingat kelainan pada
paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan
kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan
pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari.PD dapat dilakukan untuk mencegah
terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga
tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila
disertai dengan clapping dan vibrating.

Tujuan

Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru


Memperkuat otot pernapasan
Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.

Indikasi dan Kontra indikasi

Mencegah penumpukan secret yaitu pada:

pasien yang memakai ventilasi


pasien yang melakukan tirah baring yang lama
pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik, bronkiektasis

Mobilisasi secret yang tertahan :

pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret


pasien dengan abses paru
pasien dengan pneumonia
pasien pre dan post operatif
pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk

Kontra Indikasi Drainase Postural


tension pneumothoraks
hemoptisis
gangguan system kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infarkniokard, aritmia
edema paru
efusi pleura
tekanan tinggi intracranial

Cara
Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari penderita. Yang penting adalah perlu
diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat
perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita yang
mengerjakan PD berada di muka penderita. PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi
tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drainage) sputum yang cepat karena pengaruh
gaya beratnya disertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada . Posisi penderita yang diharapkan terjadi
drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru adalah sebagai berikut :
1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas dari
segmen apikal.
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus
atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage
lobus atas kiri segmen anterior.
3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior
4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan
lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya.
5. Tidur pada sisi kanan dengan bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah
kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.
6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala
seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan
segmen lateral.
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah
kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.
9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau beberapa
bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.
10. Tidur pada sisi kiri dengan bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk
drainage lobus bawah kanan segmen posterior.

Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa
posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 -- 10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila
penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage
memerlukan waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa posisi, maka seluruh waktu
untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap
hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret
yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10).
Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas
daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua
telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan
kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita. Berikut adalah posisi-posisi terapi dada :
Kedua lobus atas - segmen apikal

Lobus atas kanan - segmen anterior

Lobus atas kiri - segmen anterior

Lobus atas kanan segmen posterior ( dipandang dari depan )


Lobus atas kanan segmen posterior dipandang dari belakang

Lobus atas kiri segmen posterior

lobus atas kiri - segmen posterior ( posisi lain )

Lobus tengah kanan


Perhatikan : pasien bagian badannya terlentang.
Lingula ( dipandang dari belakang )

Kedua lobus bawah segmen anterior

Lobus bawah kanan segmen lateral

Lobus bawah kiri segmen lateral dan Lobus bawah kanan segmen kardiak ( medial )
Kedua lobus bawah segmen posterior
Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal

Lobus bawah kanan segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )

Kedua lobus bawah segmen posterior ( Dengan beberapa bantal di bawah perut )

Penilaian Hasil Pengobatan :

Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa
enakan, sakit.
Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan
darah.
Apakah foto toraks ada perbaikan.
Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :
Pasien tidak demam dalam 24 48 jam.
Suara pernafasan normal atau relative jelas.
Foto toraks relative jelas.
Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.

Cara Kerja

Alat dan bahan :

Bantal 2-3
Tisu wajah
Segelas air hangat
Masker
Sputum pot

Prosedur kerja :

1. Jelaskan prosedur
2. Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
3. Cuci tangan
4. Pakai masker
5. Dekatkan sputum pot
6. Berikan minum air hangat
7. Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
8. Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit. Sambil PD bisa
dilakukan clapping dan vibrating
9. Berikan tisu untuk membersihkan sputum
10. Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11. Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan)
12. Cuci tangan

Dokumentasi

Jam, hari, tanggal, respon pasien

NB : Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali dengan
memperhatikan kondisi pasien.

2. 2. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada
bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran
nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.
lndikasi
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua
indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

Cara kerja

Alat dan bahan :


Handuk kecil
Prosedur kerja :
1. Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi
ketidaknyamanan
2. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk
mangkok

3. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan PD. Sesama postural drainase
terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret.
Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan
perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien
mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan
dorongan bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
Prosedur kerja :
1. Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan
dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2. Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan
tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4. Istirahatkan pasien
5. Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Jika
sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksigen maka akan langsung fatal akibatnya.Tidak
hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan, Oleh sebab itu, pada pasien yang
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya harus sesegera mungkin dilakukan
tindakan keperawatan yang sesuai dengan gejala yang dialami pasien. Tindakan keperawatan
yang sering diberikan pada pasien gangguan oksigenasi adalah
Oksigenasi
Section
Nebulizer
Fisioterapi Vebriting
Fisio terapi Flepping
Drainase postural

Saran

1. Diharapkan tersusunnya makalah ini para penyusun dan mahasiswa keperawatan


dapat menerapkan tindakan keperawatan dengan baik.
2. Diharapkan pula dalam penulisan makalah yang akan datang dapat menjelaskan
secara detail dan menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.Azizi,2006,Kebutuhan Dasar Manusia,Jakarta : EGC.

Ulyati, Musrifah, 2007,Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik Aplikasi Dasar


Kebidanan, Jakarta : Salemba Empat.

Perry,2003. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC

www.google.com/fisiosblog.html

www.google.com/tindakansuctionblog.html

www.google.com/Terapi Oksigen.html

Anda mungkin juga menyukai