Disusun oleh :
D3 Keperawatan / IA
1. Aprilia Zurizka Dwi Saputri
2. Dinda Ardilla
3. Kemewa Dwi Laverenia
4. Lia Ratnasari
5. Titiek Nur Anisyah
6. Susilowati
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar-Dasar Keperawatan V
ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.
Tulisan ini adalah hasil belajar kami tentang kebutuhan dasar manusia 1. Pada tugas ini kami
mengambil judul Tindakan Keperawatan pada Masalah Oksigenasi
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan tugas ini,
hasil diskusi kami dapat tercatat dengan rapi dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang
lain untuk kepentingan proses belajar kita terutama dalam bidang kebutuhan dasar manusia I bab
kebutuhan Oksigenasi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....
DAFTAR ISI........
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Oksigenasi...................................................................................
2.2 Nebulizer.....................................................................................
3.1 Kesimpulan..........
3.2 Saran........
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Khusus
Tindakan keperawatan yang sering diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
oksigenasi atau pernafasan adalah :
a. Oksigenasi
b. Nebulizer
c. Section
d. Fisioterapi Vebriting
e. Fisioterapi Flepping
f. Drainase postural
2.1 Oksigenasi
Pengertian Oksigenasi
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker oksigen.
(Suparmi, 2008:66)
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru yang melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat khusus.Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen
pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu
a. kateter nasal
b. kanula nasal
c. masker oksigen.
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O 2 dan CO2 di
dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem
pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada
pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit
karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea
(pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea
(pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai
akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen
yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan
menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan
jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat
menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker
rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi
yaitu sekitar 90-95%
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya
2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya
vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Mengalirkan
oksigen konsentrasi
oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran
10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi,
dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Indikasi : klien
dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi.
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit
dengan konsentrasi 40 - 60%.
Cara kerja
Tahap Pra Interaksi
Menyiapkan alat
Tabung oksigen beserta isinya.
Regulator dan flow meter
Masker atau nasal
Slang penghubung.
Tahap orientasi
Melihat buku catatan medis pasien
Berikan salam dan panggil nama klien
Jelaskan mengenai tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Mengatur lingkungan dan posisi senyaman mungkin unguk dilakukan tindakan keperawatan
Tahap kerja
1. Cuci tangan dan memakai handskun
2. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 L/mnt.
3. Kemudian obsevasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
4. Atur posisi dengan semi-fowler.
5. Memasang nasal kanul atau masker oksigen
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7. Dicoba pada tangan perawat apakah udara sudah keluar
8. Masukkan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan.
9. Lakukan pengecekkan kateter apakah sudah masuk apa belum, dengan menekan lidah pasien
menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belkang uvula).
10. Fiksasi pada daerah hidung. Periksa kateter nasal setiap 6-8jam.
11. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
Tahap terminasi
Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
oksigenasi
Menyampaikan hasil prosedur
Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
Merapikan lingkungan dan mengembalikan alat
Tahap dokumentasi
o Kaji frekuensi pernapasan pasien setelah dikakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
o Terjadi sianosis atau tidak saat dilakukan tindakan keperawatan
2.2 Nebulizer
Pengertian Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang
ultrasonik.Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui
inhalasi / pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat lainnya namun
mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut / oral. Sebagai contoh :
yang biasa nya penyembuhan flu selama 1 minggu, dengan terapi nebulizer sembuh dalam 3 hari.
Indikasi
Alat Nebulizer berguna untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti :
Batuk, untuk mengeluarkan lendir (plegm / slem) di paru-paru / dada, mengencerkan daha
Pilek / Hidung Tersumbat, melancarkan saluran pernafasan dengan terapi inhalasi ini juga
ampuh, penggunaanya sama dengan obat oral 3x sehari, campuran (obat) uapnya biasanya
juga obat-obatan yang memang untuk melancarkan jalan nafas
Asma dan Sinusitis, bunyi tarikan nafasnya sangat kuat dan sesak nafas
Alergy yang menyebabkan batu-batuk, pilek, dan yang menjurus ke serangan asma /
sinusitis
Indikasi dan Kontraindikasi Nebulizer
Kontra indikasi
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung
o Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas
o Nacl : mengencerkan dahak
o Bisolvon cair : mengencerkan dahak
o Atroven : melonggarkan saluran napas
o Berotex : melonggarkan saluran napas
o Inflamid :untuk anti radang
o Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas
o Meptin : melonggarkan saluran napas.
Cara Kerja
2.3 Suction
Pengertian
Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital
Indikasi :
Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan
Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara
pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi,
kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada
alat bantu nafas.
Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral
Konta indikasi:
Post operasi nasal
Tumor , pembengkakan, dan perdarahan pada nasal
Cara Kerja
Tujuan
Cara
Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari penderita. Yang penting adalah perlu
diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat
perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita yang
mengerjakan PD berada di muka penderita. PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi
tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drainage) sputum yang cepat karena pengaruh
gaya beratnya disertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada . Posisi penderita yang diharapkan terjadi
drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru adalah sebagai berikut :
1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas dari
segmen apikal.
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus
atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage
lobus atas kiri segmen anterior.
3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior
4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan
lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya.
5. Tidur pada sisi kanan dengan bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah
kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.
6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala
seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan
segmen lateral.
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah
kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.
9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau beberapa
bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.
10. Tidur pada sisi kiri dengan bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk
drainage lobus bawah kanan segmen posterior.
Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa
posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 -- 10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila
penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage
memerlukan waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa posisi, maka seluruh waktu
untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap
hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret
yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10).
Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas
daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua
telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan
kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita. Berikut adalah posisi-posisi terapi dada :
Kedua lobus atas - segmen apikal
Lobus bawah kiri segmen lateral dan Lobus bawah kanan segmen kardiak ( medial )
Kedua lobus bawah segmen posterior
Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal
Lobus bawah kanan segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )
Kedua lobus bawah segmen posterior ( Dengan beberapa bantal di bawah perut )
Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa
enakan, sakit.
Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan
darah.
Apakah foto toraks ada perbaikan.
Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :
Pasien tidak demam dalam 24 48 jam.
Suara pernafasan normal atau relative jelas.
Foto toraks relative jelas.
Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.
Cara Kerja
Bantal 2-3
Tisu wajah
Segelas air hangat
Masker
Sputum pot
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur
2. Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
3. Cuci tangan
4. Pakai masker
5. Dekatkan sputum pot
6. Berikan minum air hangat
7. Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
8. Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit. Sambil PD bisa
dilakukan clapping dan vibrating
9. Berikan tisu untuk membersihkan sputum
10. Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11. Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan)
12. Cuci tangan
Dokumentasi
NB : Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali dengan
memperhatikan kondisi pasien.
2. 2. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada
bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran
nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.
lndikasi
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua
indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
Cara kerja
3. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan PD. Sesama postural drainase
terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret.
Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan
perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien
mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan
dorongan bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
Prosedur kerja :
1. Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan
dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2. Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan
tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4. Istirahatkan pasien
5. Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Jika
sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksigen maka akan langsung fatal akibatnya.Tidak
hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan, Oleh sebab itu, pada pasien yang
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya harus sesegera mungkin dilakukan
tindakan keperawatan yang sesuai dengan gejala yang dialami pasien. Tindakan keperawatan
yang sering diberikan pada pasien gangguan oksigenasi adalah
Oksigenasi
Section
Nebulizer
Fisioterapi Vebriting
Fisio terapi Flepping
Drainase postural
Saran
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/fisiosblog.html
www.google.com/tindakansuctionblog.html
www.google.com/Terapi Oksigen.html