Anda di halaman 1dari 11

TERAPI O2 NRM

PADA PASIEN DI RUANGAN CVCU RSUP M.DJAMIL PADANG

OLEH

KELOMPOK II :

SRI WAHYU SAWITRI (2214901024)


RATIH INDAH PERMATASARI (2214901016)
SENTIA WIDIA PUTRI (2214901019)

PRECEPTOR AKADEMIK PRECEPTOR KLINIK

( ) ( )

PRAKTIK PROFESI KEGAWATDARURATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya
kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Tugas ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan tugas Keperawatan kegawat daruratan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan


kami kesempatan untuk membuat tugas dengan judul “Terapi O2 NRM”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bantuan,
petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Di dalam tugas ini terdapat konsep Terapi O2 NRM serta prosedur Terapi O2
NRM. Kami menyadari bahwa tugas yang kami buat ini masih belum baik, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk kebaikan kami dalam
membuat makalah dikemudian hari. Kami berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Padang, 21 Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Tidak makan
atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hinga
sampai pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksigen maka akan
langsung fatal akibatnya.Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan,
oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigen juga bisa dijadikan sarana
untuk mengatasi berbagai macam  penyakit. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat
berfungsi secara normal kembali. Pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan
keperawatan dapat dilakukan dengan  pemberian oksigen dengan masker ( Suciati, 2018).

Nonrebreathing oxygen face mask (NRM) atau sungkup oksigen nonrebreathing adalah
alat untuk mengalirkan oksigen kecepatan rendah pada pasien yang bisa bernapas spontan.
NRM memiliki komponen reservoir oksigen murni dan katup pernapasan satu arah arah yang
memungkinkan pengiriman oksigen konsentrasi tinggi kepada pasien (FiO2 sekitar 90%)
( Saputra, 2018).

Tindakan pemberian terapi oksigen pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi
oksigen di udara bebas, misalnya dengan penggunaan nasal kanul dan nonrebreathing oxygen
face mask (NRM), merupakan prosedur yang sering dilakukan pada tata laksana pasien gawat
darurat. Hal ini bertujuan untuk mengatasi atau mencegah hipoksemia sehingga meningkatkan
ketersediaan oksigen bagi jaringan tubuh. Jumlah dan metode terapi oksigen yang diberikan
ditentukan oleh penyebab hipoksemia serta karakteristik gagal napas yang dialami pasien
(Suciati, 2018).

NRM adalah bagian dari sistem pengiriman oksigen aliran rendah (low-flow oxygen
delivery) yang secara parsial membantu meningkatkan fraksi oksigen dalam udara yang dihirup
pasien. Dengan demikian, sistem oksigen aliran rendah tidak memberikan konsentrasi oksigen
yang dihirup pada tingkat yang konstan, dengan variabilitas yang dipengaruhi oleh pernapasan
pasien (Hidayat, 2017).

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum

a) Mahasiswa mampu memahami konsep Terapi O2 NRM

b) Mahasiswa mampu memahami prosedur Terapi O2 NRM


b. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa memahami konsep Terapi O2 NRM

b) Mahasiswa memahami prosedur Terapi O2 NRM


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Terapi Oksigen

Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam  paru yang melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat khusus. Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker
yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya
berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien.
Bentuk dari face mask  bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing
mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aziz,
2017).
Non-rebreathing mask (NRM) adalah peralatan medis yang dapat membantu memberikan
oksigen tambahan dalam situasi darurat. Masker ini terdiri dari masker wajah yang terhubung ke
kantong reservoir yang diisi dengan oksigen konsentrasi tinggi. Kantong reservoir ini akan
terhubung ke tangki oksigen. Dengan masker yang menutupi hidung dan mulut, katup satu arah
mencegah udara yang dihembuskan masuk kembali ke reservoir oksigen. Selama bernapas, katup
yang terletak di permukaan masker bagian luar harus selalu terbuka (Hidayat, 2017).

Masker non-rebreathing digunakan dalam situasi darurat untuk mencegah hipoksemia,


atau juga dikenal sebagai kadar oksigen darah rendah. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan
paru-paru Anda untuk menyerap oksigen atau kemampuan jantung untuk memompa darah dapat
menyebabkan kadar oksigen menjadi rendah. Jika kadar oksigen darah Anda turun terlalu rendah,
Kondisi hipoksemia bisa berlanjut menjadi hipoksia yang di mana sel dan jaringan penting Anda
tidak dapat berfungsi dengan normal. Selain digunakan pada masalah gangguan pernapasan
seperti hipoksemia, masker non-rebreathing juga dapat digunakan pada kondisi setelah cedera
traumatis, menghirup asap, atau keracunan karbon monoksida untuk menjaga kadar oksigen
darah dalam kisaran normal (Saputra, 2018).

B.Tujuan pemberian oksigen melalui masker


1. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadinya hipoksia
3. Untuk memberikan tambahan oksigen dengan konsentrasi relative tinggi (Suciati, 2018).

C. Macam bentuk masker


1. Simple masker
Pemberian oksigen untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang, dengan aliran 5-8
liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%. Masker ini kontraindikais pada pasien
dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Pemeberian alran O2
tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker.
2. Rebreathing masker
Pemberian oksigen dengan dengan konsentrasi tinggi yaitu 35-60% dengan aliran 6-15
liter/menit, serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur
dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan
hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong
dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong
reservoir

3. Non rebreathing masker


Pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90% dengan aliran
6-15 liter/menit dengan prinsip udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi,
udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup, sehingga
dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke
dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3
bagian kantong reservoir (Suciati, 2018).

D. Indikasi pemberian oksigen secara NRM


Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidak mampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal oksigen dan
karbondioksida dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukan oksigen dan karbondioksia
sehingga system  pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh

2. Gangguan jantung (gagal jantung)


Ketidak mampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrisi dan oksigen.
 
3. Kelumpuhan
alat pernafasan Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernafasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan fentilasi secara adekuat sehingga
terjadi ke gagalan pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida.
 
4. Perubahan pola nafas
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan) dyspnea (kesulitan  berenafas) sianosis
(perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada  permukaan kulit karena kekurangan oksigen),
apnea (tidak bernafas atau berhenti bernafas) bradipnea (pernafasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi < 16 x/mennit), takipnea (pernafasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi
> 20 x/menit).
 
5. Keadaan gawat
Pada keadaan gawat, missal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
nafas sehingga mengalami penurunan oksiganasi.
 
6. Trauma paru
Jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi
dan ekspirasi.
 
7. Metabolisme yang meningkat
Pada luka bakar konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai
akibat dari keadaan hipermetabolisme.
 
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
 
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan karbondioksida di dalam tubuh akan sangat berbahaya  jika dihirup karena
akan menggantikan posisi oksigen yang  berikatan dengan haemoglobin dalam darah (Hidayat,
2017)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai

organ atau sel.

Terapi Oksigen NRM sering digunakan untuk mengatasi atau mencegah hipoksemia

sehingga meningkatkan ketersediaan oksigen bagi jaringan tubuh. Jumlah dan metode

terapi oksigen yang diberikan ditentukan oleh penyebab hipoksemia serta karakteristik

gagal napas yang dialami pasien.

B. Saran

Kami memiliki saran untuk pembaca agar perbanyak informasi dan pengetahuan

mengenai keperawatan, semoga perawat dapat menerapkan pelaksanaan Terapi O2 NRM

dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Lyndon.2018. Panduan Praktik Keperawatan Klinis. Tangerang selatan : Binarupa


aksara publisher

Suciati,dewi kartika,2018.Ilmu Keperawatan Dasar (IKD).Yogyakarta : Pustaka  pelajar

Hidayat, aziz Alimul.2017.Kebutuhan Dasar Manusia.Surabaya: Health Books Publishing

DAFTAR TILIK
MEMBERIKAN TERAPI OKSIGEN MELALUI NRM

NO URAIAN DAN SISTEMATIKA TINDAKAN Metode KOMPETE Catatan


NSI
K BK
A Pra Interaksi : Wawancar
1. Assesi mampu menyebutkan identitas pasien antara lain a
nama pasien dan nama ibu kandung
2. Assesi mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain….
3. Assesi mampu menyebutkan tujuan memberikan terapi
oksigen melalui NRM
4. Assesi mampu menyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien antara lain
pemasangan pembatas pasien

B Fase Orientasi
1. Assesi melakukan kebersihan tangan* Observasi
2. Assesi mengucapkan salam (senyum, assalamualaikum,
selamat pagi / siang / sore / malam).
3. Assesi melakukan identifikasi pasien)*
4. Assesi menyiapkan alat :
a. Masker NRM
b. Sumber oksigen dengan humidifier
c. Handscoon

C Fase Interaksi /Kerja Observasi


1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan dan pasang sarung tangan
3. Mengatur posisi dengan semi fowler
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan sesuai order (lihat batas maximal
pemberian aliran tergantung jenis oksigen) kemudian
observasi humidifier pada tabung air yang
menunjukkan adanya gelembung.
5. Menempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung
klien dan atur pengikat untuk kenyamanan klien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 – 8 jam , catat
kecepatan aliran oksigen , rute pemberian, dan respon
klien
7. Buka sarung tangan dan cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
8. Mencatat dalam lembaran catatan perawatan

D Fase Terminasi Observasi


1. Assesi menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Assesi Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Assesi Mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya

Anda mungkin juga menyukai