Disusun oleh :
TAHUN 2022
TERAPI OKSIGEN
Cara pemberian terapi oksigen (O2) dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) sistem
arus rendah dan (2) sistem arus tinggi.
Oksigen transtrakeal
b. Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Tinggi
Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksigen (O2)
dengan arus tinggi, di antaranya adalah pasien dengan hipoksia yang
memerlukan pengendalian fraksi oksigen (O2) (FiO2) dan pasien hipoksia
dengan ventilasi yang abnormal. Adapun alat terapi oksigen (O2) arus tinggi
yang seringkali digunakan, salah satunya yaitu sungkup venturi. Sungkup
venturi merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan prinsip jet mixing yang
dapat memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sesuai dengan yang
dikehendaki. Alat ini sangat bermanfaat untuk dapat mengirimkan secara
akurat konsentrasi oksigen (O2) rendah sekitar 24-35% dengan arus tinggi,
terutama pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan
gagal napas tipe II di mana dapat mengurangi resiko terjadinya retensi karbon
dioksida (CO2) sekaligus juga memerbaiki hipoksemia. Alat ini juga lebih
nyaman untuk digunakan dan oleh karena adanya pendorongan oleh arus
tinggi, maka masalah rebreathing akan dapat teratasi.
Sungkup venturi
Fraksi Oksigen (O2) (FiO2) pada
Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus Tinggi
Nasal kanul
1 Liter/ menit 24
2 Liter/ menit 28
3 Liter/ menit 32
4 Liter/ menit 36
5 Liter/ menit 40
6 Liter/ menit 44
Transtrakeal
0,5-4 Liter/ menit 24-40
Sungkup oksigen (O2)
5-6 Liter/ menit 40
6-7 Liter/ menit 50
7-8 Liter/ menit 60
Sungkup dengan reservoir
6 Liter/ menit 60
7 Liter/ menit 70
8 Liter/ menit 80
9 Liter/ menit 90
10 Liter/ menit > 99
Nonrebreathing
4-10 Liter/ menit 60-100
Sistem Arus Tinggi
Sungkup venturi
3 Liter/ menit 24
6 Liter/ menit 28
9 Liter/ menit 40
12 Liter/ menit 40
15 Liter/ menit 50
PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah (TD), nadi, suhu/temperature dan respiration rate (RR) adalah
pengkajian dasar pasien, yang diambil dan didokumentasikan dari waktu ke waktu yang
menunjukkan perjalanan kondisi pasien. TD, nadi, suhu dan RR disebut dengan tanda vital
(vital sign) atau cardinal symptoms karena pemeriksaan ini merupakan indikator yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Tanda-tanda vital harus diukur dan dan dicatat
secara akurat sebagai dokumentasi keperawatan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada
pasien dapat membantu perawat dalam membuat diagnosa dan perubahan respon pasien.
Jenis pemeriksaan tanda-tanda vital diantaranya :
2. Nadi
Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit.
Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit. Lokasi pemeriksaan
denyut nadi diantaranya :
a. Arteri radialis
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis
d. Arteri karotis
e. Arteri temporalis superfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arteri femoralis
h. Arteri dorsalis pedis
i. Arteri tibialis posterior
3. Suhu
Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan pada
anak/bayi, anus (rectal) tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare, ketiak (aksila),
telinga (timpani/aural/otic) dan dahi (arteri temporalis).
a. Hipotermia (<35° C)
b. Normal (35-37° C)
c. Pireksia/febris (37-41,1° C)
d. Hipertermia (>41,1° C)
INFUS
Infus menjadi salan satu perawatan medis yang sering dilakukan. Perawatan medis ini
dilakukan dengan mengaliri tubuh lewat pembuluh darah melalui selang infus. Selang infus
ini di dalamnya terdapat cairan infus yang akan masuk ke tubuh.
1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasiion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar
ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel
“mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa 2,5%.2.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45%hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk
darah (darah), dan albumin.
1. Asering
Cairan dalam tiap liternya memiliki komposisi sebagai berikut : Na 130 mEq, Cl
109 mEq, Ca 3 mEq, K 4 mEq, Asetat/garam 28 mEq. Fungsi cairan ini dapat
diberikan saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik danasidosis), demam
berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock hemoragik. Adapun
manfaat cairan asering yaitu:
a. Dapat menjaga suhu tubuh sentral pada anestasi dan isofluran terutama kandungan
asetatnya pada saat pasien dibedah
b. Meningkatkan tonisitas sehingga dapat mengurangi resiko edema serebral
2. Cairan Kristaloid
a. Normal Saline
c. Deaktrosa
Cairan terdiri dari beberapa komposisi yakni : Glukosa = 50 gr/l,100 gr/l,200
gr/l. Manfaat deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi
intravena,dandiperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
Komposisi cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer Laktat namun
keduanya memiliki manfaat yang berbeda bagi pasien yaitu :
1) Berguna sebagai cairan metabolisme di otot pasien
2) Bermanfaat bagi pasien resusitasi (kehilangan cairan akut) yang mengalami
dehidrasi yang berat dan syok maupun asidosis
3) Bagi pasien diare (yang kehilangan cairan dan bikarbonat masif)
4) Demam berdarah
5) Luka bakar (syok hemoragik)Manfaat yang dirasakan pasien dengan cairan
ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripadacairan Ringer Laktat (RL).
3. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk
menembus pada membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan
yang hilang yakni cairan intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose
plasma lebih terjaga dan mengalami peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a. Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari
plasma manusia (misalnya 5 %). Adapun manfaat albumin yaitu mengganti
jumlah volume yang hilang atau protein ketika pasien mengalami syok
hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal ginjal yang akut dan
luka bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi
pengaruh diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam penurunan berat
badan.
b. Hidroxyetyl Starches (HES)
Komposisi : Starches (memiliki 2 tipe polimer glukosa:amilosa dan
amilopektin). Manfaat cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas
pembuluh darah pada pasien post trauma. Sehingga resiko kebocoran kapiler
dapat terhindarkan dan membantu menambah jumlah volume plasma walaupun
pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c. Dextran
Komposisi : Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri Leuconosyoc
mesenteroides melalui media sukrosa). Manfaat dextran, membantu menambah
plasma ketika pasien mengalami trauma, syok sepsis, iskemia celebral, vaskuler
perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran memberi efek anti
trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan mencegah agregasi
platelet.
d. Gelatin
Komposisi: hidrolisi kolagen bovine. Manfaat : Memberi efek antikoagulan,
dapat membantu menambah volume plasma pada pasien.
4. Cairan Mannitol
5. KA-EN 1B
Komposisinya dalam tiap 1000 ml yaitu : Sodium klorida 2,25 g, Anhidrosa
dekstros 37,5 g, Elektrolit (meq/L) yang terdiri dari : Na+ (38,5), Cl- (38,5), dan
glukosa (37,5 g/L). Manfaat cairan KA-EN 1B : Dapat menjadi cairan elektrolit
pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena tidakmendapat asupan oral
dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan kepada bayi
prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
Komposisi :
KA-EN 3A : Sodium klorida 2,34 g, Potassium klorida 0,75 g, Sodium laktat 2,24 g,
Anhydrous dekstros 27 g, Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-
50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
KA-EN 3B : Sodium klorida 1,75 g, Ptasium klorida 1,5 g, Sodium laktat 2,24,
Anhydrous
dekstros 27 g, Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl-
(50),laktat- (20),glukosa (27g/L),kcal/L(108)
Manfaat kedua larutan ini adalah : Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan
cairan dan elektrolit karena kandungan kaliumnya (pada KA-EN 3A mengandung
kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandungkalium 20 mEq/L) yang cukup
walaupun pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi : Sodium klorida 1,75 g, Anhydrous dekstros 100 g, Sodium laktat
2,24 g, Cairan elektrolit (mEq/L) yang terdiri dari: Na+ (50),K+ (20),Cl- (50),laktat-
(20),glikosa(100 g/L),kcal/l (400). Manfaatnya yakni membantu cairan elektrolit
harian pasien maupun saat pasien mendapatasupan oral terbatas, memenuhi kebutuhan
kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai suplemen NPC yang dibutuhkan pasien (400
kcal/L).
8. KA-EN 4A
9. KA-EN 4B
Komposisi terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu : Na+ =130, K+ = 4, Cl-
=108.7, Laktat = 28, Ca++ = 2.7. Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat
dan sebagai cairan asidosi metabolik dansebagai resuisitasi.
12. MARTOS-10
13. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan yaitu: L-
leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent
10,5g),L-threonine 5,7g, L-tryptophan 2g, L-methionine 3,9g, L-phenylalanine 7g, L-
cysteine 1g,L-tyrosine 0,5g, L-arginine 10,5g, L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline
5g, L-serine3g,aminoacetic acid 5,9g, L-aspartic acid 30 w/w%, total nitrogen 15,7g,
sodium kurang lebih2 mEq, acetate kira-kira 1220 mEq dan kandungan Sodium
bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator. Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang
mengalami stres metabolik berat, mengalami luka bakar, kwasiokor dan sebagai
kebutuhan nutrisisecara parental.
Komposisi cairan ini tiap 600 liter terdiri atas : amino acid (L-form) 50g, D-
sorbitol 100g, ascorbic acid 400mg, inositol 500mg, nicotinamide 60mg, pyridoxine
HCl 40mg, riboflavin sodium phosphate 2,5mg. Selain itu komposisinya terdiri dari
elektrolit: Sodium 35 mEq, potassium 25 mEq,magnesium 5 mEq, acetate 35 mEq,
maleate 22 mEq, chloride 38 mEq. Manfaatnya adalah meningkatkan kebutuhan
metabolik pada pasien yang mengalami luka bakar, trauma pasca operasi serta pasien
yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu,cairan diberikan kepada pasien GI
sebagai penambah nutrisi.
PERAWATAN KATETER
1. Pengertian Kateter
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter
terutama terbuat dari bahan karet atau plastik. Kateterisasi urine adalah tindakan
memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan
mengeluarkan urine.
1. Pengertian
Range of motion (ROM) adalah tindakan atau latihan otot dan persendian
yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit,
disabilitas atau trauma. Dimana pasien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
2. Tujuan
a. Mencegah risiko atropi otot pada klien yang mengalami imobilisasi
b. Mencegah terjadinya kontraktur pada sendi
c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot d
d. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot
3. Jenis ROM
a. ROM aktif : perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal (klien aktif).
b. ROM pasif : perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal (klien pasif).
c. ROM aktif dengan bantuan : klien melakukan gerakan ROM dengan sedikit
bantuan dari perawat
4. Indikasi
Klien dengan tirah baring yang lama, klien dengan penurunan tingkat kesadaran,
kelemahan otot, dan fase rehabilitas fisik.
5. Kontra Indikasi
Klien dengan fraktur, kelainan sendi atau tulang, dank lien fase imobilisasi karena
kasus penyakit (jantung).
6. Pengkajian
a. Identifikasi kemampuan masing-masing sendi dalam meakukan gerakan,
pengkajian dapat pula dilakukan saat klien melakukan aktivitasnya dengan
mengobservasi kemampuan atau keterbatasan dalam pergerakan.
b. Identifikasi daerah sendi terhadap tanda peradangan seperti kemerahan, bengkak,
nyeri saat sendi bergerak atau diam.
c. Identifikasi adanya deformitas atau perubahan bentuk pada sendi.
7. Gerakan ROM
Fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, sirkumduksi, supinasi, pronasi, abduksi,
adduksi, dan oposisi.
b) Gerakan bahu :
1. Fleksi : letakkan kedua lengan pada sisi tubuh, perlahan angkat lengan ke arah
depan mengarah ke atas kepala, lakukan sesuai batas kemampuan (ROM 180
derajat).
2. Extensi : gerakan lengan kembali mengarah kesisi tubuh (ROM 180 derajat).
3. Hiperextensi : pertahankan lengan pada sisi tubuh dengan lurus, lalu perlahan
gerakan lengan ke arah belakang tubuh (ROM 45-60 derajat).
4. Abduksi : angkat lengan lurus kearah sisi tubuh hingga berada di atas kepala
dengan mengupayakan punggung tangan mengarah ke kepala dan telapak
tangan ke arah luar (ROM 180 derajat).
5. Adduksi : turunkan kembali lengan mengarah pada tubuh dan upayakan
lengan menyilang di depan tubuh semampu klien.
6. Rotasi internal : lakukan fleksi pada siku 45 derajat, upayakan bahu lurus dan
tangan mengarah ke atas, lalu gerakkan lengan kea rah bawah sambil
mempertahankan siku tetap fleksi dan bahu tetap lurus.
7. Rotasi external: dengan siku yang dalam keadaan fleksi, gerakkan kembali
lengan ke arah atas hingga jari-jari menghadap ke atas (ROM 90 derajat).
8. Sirkumduksi : luruskan lengan pada sisi tubuh, perlahan lakukan gerakan
memutar pada sendi bahu (ROM 360 derajat).
c) Gerakan siku :
1. Fleksi : angkat lengan sejajar bahu. Arahkan lengan ke depan tubuh dengan
lurus,posisi telapak tangan menghadap ke atas, perlahan gerakkan lengan
bawah mendekati bahu dengan membengkokkan pada siku dan upayakan
menyentuh pada bahu (ROM 150 derajat).
2. Extensi : gerakkan kembali lengan hingga membentuk posisi lurus dan tidak
bengkok pada siku (ROM 150 derajat).
d) Gerakan lengan :
1. Fleksi : arahkan kaki kedepan dan angkat tungkai perlahan pada posisi lurus,
(ROM 90-120 derajat).
2. Extensi : turunkan kembali tungkai hingga berada pada posisi sejajar dengan
kaki yang lainnya (ROM 90-120 derajat).
3. Hiperextensi : luruskan tungkai, perlahan gerakan tungkai kearah belakang
menjauhi tubuh (ROM 30-50 derajat).
4. Abduksi : arahkan tungkai dengan lurus menjauhi sisi tubuh kearah samping
(ROM 30-50 derajat).
5. Adduksi : arahkan tungkai dengan lurus mendekati sisi tubuh, lakukan hingga
kaki dapat menyilang pada kaki yang lain (ROM 30-50 derajat).
6. Rotasi internal : posisikan kaki denga jari-jari menghadap kedepan, perlahan
gerakkan tungkai berputar kearah dalam (ROM 90 derajat).
7. Rotasi eksternal : arahkan kembali tungkai ke posisi semula yaitu posisi jari
kaki menghadap kedepan (ROM 90 derajat). h) Sikumduksi : gerakan tungkai
dengan melingkar (ROM 360 derajat).
h) Gerakan lutut :
j) Gerakan kaki :
1. Inversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak kaki kearah
medial (ROM 10 derajat).
2. Eversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak kaki kearah
lateral (ROM 10 derajat).
3. Fleksi : arahkan jari-jari kaki ke bawah (ROM 30-60 derajat).
4. Extensi : luruskan kembali jari-jari kaki (ROM 30-60 derajat).
5. Abduksi : regangkan jari-jari kaki hingga jari-jari saling menjauhi (ROM 15
derajat).
6. Adduksi : satukan kembali jari-jari kaki hingga jari-jari saling merapat (ROM
15 derajat).
DAFTAR PUSTAKA
Nuarni, L. (2019). 15 Jenis Cairan Infus Dan Kegunaannya. 15 Jenis-Jenis Cairan Infus dan Fungsinya.