Oleh
Salsabila Aulia Arya Putri
NIM : 211615
Praktikan
……………………………………………
Mengetahui
(………………………………...) (…………………………)
A. Laporan Pendahuluan
1. Konsep Gangguan
a. Definisi nyeri
Rasa nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan
yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015).
Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi
yang tidak menyenangkan dalam merespons terhadap sesuatu
rangsangan yang berbahaya. Nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif.
Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Tetty, 2015).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan
(Herdman, 2018).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai suatu kerusakan
(International Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan
atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan (Herdman, 2018).
b. Anatomi Fisiologi
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang
berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat
pada stimulus kuat yang secara potensial merusak. Perasangan
nosiseptor menimbulkan persepsi nyeri serta respons motivasional
dan emosional. Tidak seperti modalitas somatosensorik lain, sensasi
nyeri disertai respons perilaku bermotif (menarik diri atau bertahan)
serta reaksi emosional (menangis atau takut). Tidak seperti sensasi
lain persepsi subjektif nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu atau sekarang (berkurangnya persepsi nyeri pada seorang atlet
yang cedera ketika sedang bertanding). Nyeri adalah pengalaman
pribadi yang multidimensi (Sherwood, 2015).
Kategori reseptor nyeri terdapat tiga kategori nosiseptor:
Nosiseptor mekanis berespons terhadap kerusakan mekanis
(sayatan,terpukul dan cubitan). Nosiseptor suhu berespons terhdap
suhu ekstrim (panas). Nosiseptor polimodal berespons sama kuat
terhadap semua jenis rangsangan yang merusak terutama bahan kimia
yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera. Semua nosiseptor
ditingkatkan kepekaannya oleh adanya prostaglandin yang sangat
meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang dapat
menimbulkan kerusakan. Prostaglandin adalah kelompok khusus
turunan asam lemak yang dipecah dari lapis – ganda lemak membrane
plasma dan bekerja lokal setelah dibebaskan. Cedera jaringan dapat
menyebabkan pelepasan lokal prostaglandin. Bahan – bahan kimia ini
bekerja pada ujung perifer nosiseptor untuk menurunkan ambang
pengaktifan reseptor. Obat golongan aspirin menghambat
pembentukan prostaglandin yang ikut berperan menentukan sifat
analgesik (Sherwood, 2015).
c. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai
berikut Menurut Handayani (2015) dibagi menjadi :
1. Menurut lokasinya:
a) Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b) Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot,
sendi/tendon, pembuluh darah)
c) Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik,
cholesistisis/radang kandung empedu, apendisitis, ulkus
gaster)
d) Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata,
viseral, otot), ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e) Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena
trauma psikologis.
f) Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah
tidak ada. Contohnya yaitu nyeri pada kaki yang sudah
diamputasi.
g) Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a) Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas
berat, area dapat diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot
meningkat, dan cemas.
b) Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga
berat, sumber nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan,
sensasi difus (menyebar).
d. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma,
mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan
(inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
serta yang terakhir adalah trauma psikologis (Handayani, 2015).
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakaekuatan sumber daya mis (mis. dukungan finansial,
sosial dan pengetahuan)
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (mis. medikasi, radiasi, kemoterapi)
7) Gangguan adaptasi kehamilan (SDKI, 2016).
e. Manifestasi Klinis
1) Nyeri Akut
a) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b) Menunjukan kerusakan
c) Gangguan tidur
d) Muka dengan ekspresi nyeri
e) Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
f) Posisi untuk mengurangi nyeri
g) Penurunan Tanda-tanda vital
2) Nyeri Kronis
a) Perubahan berat badan
b) Melaporkan secara verbal dan non verbal
c) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri
d) Kelelahan
e) Perubahan pola tidur
f)Takut cedera
g) Interaksi dengan orang lain menurun
1) Unidimensional:
a) Hanya mengukur intensitas nyeri
b) Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
c) Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi pemberian
analgetik
d) Skala assessment nyeri unidimensional ini meliputi:
1. Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling
banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri
yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri
diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau
tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua
ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah
yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau
horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala
hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak
>8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun,
untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak
bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual
dan motorik serta kemampuan konsentrasi.
2) Farmakologi
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan
penggunaan opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti
inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau koanalgesik.
Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan
kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan perasaan
euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada
awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian
yang teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga
menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan
serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang
mengalami gangguan pernapasan (Berman, et al. 2009).
Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS
seperti aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri
dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan
menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di
daerah luka. (Berman, et al. 2009).
Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk
tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi
nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya.
Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai contoh, dapat
membantu mengurangi spasme otot yang menyakitkan,
kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur
nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan
gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga
menguatkan strategi nyeri lainnya (Berman, et al. 2009)
h. Komplikasi
1) Edema pulmonal
2) Kejang
3) Masalah mobilisasi
4) Hipertensi
5) Hipertermi
6) Gangguan pola istirahat dan tidur
i. Batasan Karakteristik
Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai
batasan karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur,
gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks,
kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang
senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak
nyaman, merintih, dam takut.
j. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis gangguan rasa nyaman ditegakan apabila rasa tidak
nyaman muncul tanpa ada cedera jaringan, Apabila ketidaknyamanan
muncul akibat kerusakan jaringan, maka diagnosis yang disarankan ialah
nyeri akut atau kronis (SDKI, 2016).
Diagnosa Keperawatan
(D.0077)
Nyeri Akut b.d
Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
Minor :
Tekanan darah
meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berpikir
terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri
sendiri
Diaforesis
k. Intervensi Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
keperawatan selama… maka
tingkat nyeri menurun dengan Observasi
kriteria hasil : Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kemampuan menuntaskan durasi, kualitas, intensitas nyeri
aktivitas meningkat (5) Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun (5) Identifikasi respons nyeri non verbal
Meringis menurun (5) Identifikasi faktor yang memperberat rasa
Sikap protektif waspada nyeri
menurun (5) Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
Sikap protektif menghindari Identiikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri menurun (5) nyeri
Gelisah menurun (5) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
Kesulitan tidur menurun (5) hidup
Berfokus pada diri sendiri Monior keberhasilan terapi komplementer
menurun (5) yang sudah diberikan
Diaforesis menurun (5) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Perasaan depresi atau
tertekan menurun (5) Terapeutik
Anoreksia menurun (5) Berikan terapi komplementer untuk
Ketegangan otot menurun mengurangi rasa nyeri ( misal : TENS,
(5) hipnosis, akupressure, terapi musik,
Frekwensi nadi membaik (5) biofeedback, terapi pemijatan, aroma terapi,
Pola nafas membaik (5) tehnik imajinasi terbimbing kompres
Tekanan darah membaik (5) hanga/dingin)
Proses berfikir membaik (5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Kemampuan mengenali nyeri
onset nyeri meningkat (5) Fasilitasi istirahat dan tidur
Penggunaan analgetik Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
menurun (5) pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebaba, periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meedakan nyeri
Anjukan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Setelah dilakukkan Tindakan Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan selama Observasi
…. jam di harapakan tingkat Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil : Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun (5) Identifikasi respons nyeri non verbal
Mengeringis menurun (5) Identifikasi faktor yang memperberat dan
gelisah menurun (5) memperingan nyeri
kesulitan tidur menurun (5) Monitor keberhasilan terapi komplementer
berfokus pada diri sendiri yang sudah diberikan
menurun (5) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Perasaan depresi (tertekan)
menurun (5) Terapeutik
Sikap protektif menurun Berikan teknik nonfarmakologis untuk
(5) mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas dalam)
muntah menurun (5) Fasilitasi istirahat dan tidur
mual menurun (5) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
frekuensi nadi membaik (5) pemilihan strategi meredakan nyeri
tekanan darah membaik (5) Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan selama Observasi
…. jam maka diharapkan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
status kenyamanan meningkat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
Kesejahteraan fisik Identifikasi respons nyeri non verbal
meningkat Identifikasi faktor yang memperberat dan
Kesejahteraan psikologis memperingan nyeri
meningkat Monitor keberhasilan terapi komplementer
Dukungan sosisal dari yang sudah diberikan
keluarga meningkat Monitor efek samping penggunaan analgetik
Keluhan tidak nyaman
menurun Terapeutik
Gelisah menurun Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Keluhan sulit tidur mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas
menurun dalam)
Memori masa lalu Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Pola tidur membaik pemilihan strategi meredakan nyeri
Pola hidup membaik
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Daftar Pustaka