Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI

NAMA : GEDE ARDIAN

NIM : 20089142181

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI

A. Pengertian.
1. Definisi Nyeri
a. Nyeri merupakan pengalaman yang bersifat subjektif (fundamental Keperawatan
vol 2, 2006)
b. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Keperawatan Medikal
Bedah vol 1, 2002)
c. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.(
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, 2008)
d. Definisi Keperawatan tentang nyeri yaitu apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya (Keperawatan Medikal Bedah vol 1, 2002)
e. Definisi medis tentang nyeri menurut Arthur C.Curton (1983) mengatakan bahwa
nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak , dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rasa nyeri (Konsep dan Proses Keperawatn Nyeri,2010 )

B. Fisiologis Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen
fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam
massa berwarna abu-abu di meduloa spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat nberinteraksi
dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
di transmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri
dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
Seorang klien yang sedang merasakan nyeri tidak dapat membedakan komponen-
komponen tersebut. Akan teteapi, dengan memahami setiap komponen, perawat akan
terbantu dalam menggali factor-faktor yang dapat menimbulakn nyeri, gejala yang
menyertai nyeri, dan rasional serta kerja terapi yang dipilih. (fundamental Keperawatan vol
2, 2006)
Skema Proses Terjadinya Nyeri
Stimulus nyeri : biologis, zat kimia, panas, listrik dan mekanik

Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

Impuls nyeri diteruskan oleh serat afferen (A-delta dan C) ke medulla


spinalis melalui dorsal horn

impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III )

Impuls melewati traktus spinothalamus

Impuls masuk ke formatio retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus

Sistem limbik Fast pain

Slow pain

C. Pengukuran nyeri
Ada tiga macam skala dalam hal mengukur intensitas nyeri pasien, guna membedakan
batasan-batasam khusus antara nyeri ringan, sedang dan berat yaitu :
1. Skala numerik (numerical rating scale, NRS )
Skala yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini,
pasien menilai nyeri dengan skala 0-10.
Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan
nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan sesuadah intervensi terapeutik. Sebagai contoh : pada hari
pertama post operasi klien menyatakan skala nyeri yang ia rasakan pada angka 8,
kemudian hari kedua post operasi saat dilakukan pengkajian klien melaporkan adanya
penurunan nyeri yang ia rasakan pada angka 4. (Konsep dan Proses Keperawatn
Nyeri,2010 )

Skema NRS :

A Pain Intensity Scale (Doris weinstock)


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri sangat berat
(dikutip dari buku Keperawatan Medikal Bedah vol 1, 2002)

2. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)


Ini merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif.
Skala deskriptif verbal ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat
pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat
pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat. Perawat
menunjukkan skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas
nyeri terbaru yang ia rasakan. (Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri,2010 )

Skema VDS :

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri


Ada Ringan Sedang Hebat Sangat Paling
Nyeri Hebat
(dikutip dari buku Konsep dan Proses Keperawatn Nyeri,2010 )
3. Skala Analog Visual ( Visual Analog Scale, VAS)
Ini merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberikan kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan
nyeri yang ia rasakan. Skala analog visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang
lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada
dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire,1984).
Skema VAS :

Tidak ada nyeri Nyeri paling hebat


(dikutip dari buku (Konsep dan Proses Keperawatn Nyeri,2010 )

D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


1. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalam nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya todak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri lebih baik pada masa yang
akan dating. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkain episode nyeri
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas atau bahkan rasa
takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalai nyeri, dengan jenis yang
sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan
lebih mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan sensasi nyeri. Akibatnya,
klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan nyeri. Apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri, meka
persepsi pertama nyeri dapat menggangu koping terhadap nyeri (fundamental
Keperawatan vol 2, 2006)
2. Pengalaman Masa Lalu Dengan Nyeri
Pengalaman masa lalu dengan nyeri adalah menarik untuk berharap dimana
individu yang mempunyai pengalaman multiple dan berkepangjangan dengan nyeri
akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya
mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimananpun hal ini tidak selalu
benar. Seringkali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut
individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini
mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia akan nyerinya segera reda
dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. (Keperawatan Medikal Bedah vol 1,
2002)
3. Usia
Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok
usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
Anak yang masih kecil mampunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang
dilakukan perawatan yang menyebabkan nyeri. Secara kognitif anak-anak pra sekolah
tidakmampu mengingat penjelasan tentang nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi
sebagai di berbagai situasi.
Pada lansia yang mengalami nyeri, perludilakukan pengkajian,diagnosis, dan
penatalaksaan secara agresif. Namun individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi
mengalami situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia telah
hidup lebih lama, mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis
yang menyertai nyeri. Namun, ketika seorang lansia mengalami bingung, maka ia akan
mengalami kesulitan mengingat pengalaman nyeri dan member penjelasan yang rinci.
(fundamental Keperawatan vol 2, 2006)

4. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita ttidak berbeda secara bermakna dalam merspons
terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jrnis kelamin saja yang merupakan suatu faktor
dalam mengekspresikan nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin
(menganggap laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (fundamental Keperawatan vol 2,
2006)
5. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara indivisu mengatasi nyeri.
Individu mepelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Petugas kesehatan seringkali berasumsi bahwa cara yang mereka lakukan dan
apa yang mereka yakini adalah sama dengan cara dan keyakinan orang lain. Dengan
demikian mereka mencoba mengira bagaimana klien akan berespons terhadap nyeri.
(fundamental Keperawatan vol 2, 2006).
6. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat
dengan latar belakang budaya individu terssebut. Individu akan mempersiapkan nyeri
dengan cara berbeda-beda., apabila nyeri tersebut member kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman, dan tantangan. (fundamental Keperawatan vol 2, 2006)
7. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respons nyeri yang
menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai
terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing, dan
masase. (fundamental Keperawatan vol 2, 2006)
8. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifak kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk
memastikan dua sensai.paice melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri
mengaktifkan bagian system limbic yang diyakini mengendalikan emosi seseorang,
khususnya ansietas. (fundamental Keperawatan vol 2, 2006)
9. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi
masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka lama.
Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih
berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode
tidur yang lelap disbanding pada akhir hari yang melelahkan.(fundamental
Keperawatan vol 2, 2006)
10. Gaya Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang mebuat anda merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,seperti di
rumah sakit,klien akan merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering
terjadi adalah klien merasa kehilangan control terhadap lingkungan atau kehilangan
control terhapap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan demikia,
gaya koping mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri.
(fundamental Keperawatan vol 2, 2006)
11. Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran orang-
orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu dari
kelompok socialbudaya yang berbeda memiliki harapan yang berbeda tentang orang
tempat mereka menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri. Individu yang mengalami
nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan,bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetep dirasakan
klien, kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien
semakin tertekan. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang sedang
mengalami nyeri.(fundamental Keperawatan vol 2, 2006)

12. Efek plasebo


Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau
tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut akan
memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar bekerja.
Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah memberikan efek positif.
Efek plasebo timbul dari produksi alamiah (endogen) endorfin dalam sistem
kontrol desenden. Efek ini merupakan respons fisiologis sejati yang dapat diputar-balik
oleh nalokson, suatu antagonis narkotik. (Keperawatan Medikal Bedah vol 1, 2002).
E. Jenis Gangguan penyebab nyeri
Jenis penyebab Dasar fisiologis
1. Mekanik - Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada
- Trauma jaringan (ex: operasi). reseptor nyeri, inflamasi.
- Perubahan jaringan - Penekanan pada reseptor nyeri
(ex:edema). - Distensi pada lumen
- Penyumbatan pada saluran - Penekanan pada reseptor nyeri, iritasi
tubuh. ujung saraf.
- Tumor. - Stimulasi pada reseptor nyeri.
- Spasme otot. - Kerusakan jaringan, perangsangan pada
2. Termal reseptor nyeri.
Panas/ dingin (ex: combustio). - Perangsangan pada reseptor nyeri karena
3. Kimia akumulasi asam laktat atau zat kimia lain
- Iskemia jaringan karena seperti asam laktat pada jaringan.
sumbatan arteri koroner. - Sekunder terhadap stimulasi mekanik
- Spasme otot. yang menyebabkan iskemia jaringan.

F. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual(terkini), lengkap dan akurat kan memudahkan
perawat dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang
teapat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut
adalah :
1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul)
2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri
Komponen pengkajian nyeri menurut Donovan dan Girton (1984) yaitu :

a. Penentuan ada tidaknya nyeri


Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan
adanya cedera atau luka
b. Kharakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
P : provocate (faktor pencetus)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyei pada klien,
dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang
mengalami cedera.
Q : quality (kualitas )
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien,
seringkali klien mendeskripsikan neri dengan kalimat-kalimat : tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah,seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain
R : regio (lokasi)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan
semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien
S : severe (keparahan)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling
subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan seperti nyeri ringan, sedang dan berat. Dengan menggunakan skala deskriptif
verbal, skala numerik dan skala analog visual
T : time (durasi )
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan “ Kapan nyeri mulai dirasakan?” atau
“Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”. Dan Faktor yang memperberat atau
memperringan nyeri
c. Respons fisiologis
Adanya respon fisiologis terhadap nyeri harus dikaji untuk mendukung diagnosa
dan membantu dalam memberikan terapi yang tepat.
d. Respons perilaku
Respon perilaku untuk memudahkan dalam membantu mengidentifikasi masalah
nyeri yang dirasakan pasien
e. Respon afektif
Menanyakan ansietas (kecemasan) yang berhubungan dengan nyeri
f. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Bertujuan untuk mngetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi
sehari-hari sehingga perawat tahu sejauh mana dapat membantu klien dalam program
aktivitas klien
g. Persepsi klien tentang nyeri
Bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan sekitarnya
h. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
i. Mengkaji cara yang biasa dilakukan oleh pasien untuk menurunkan nyeri yang ia
rasakan.

G. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan lainnya.
Sebagai contoh nyeri arthritis yang dialami klien menyebabkan masalah keperawatan
Kerusakan Mobilitas Fisik atau nyeri yang dialmai klien menyebabkan klien tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-harinya (seperti toileting, makan, minum) secara mandiri,
sehingga menimbulkan masalah keperawatan lainnya Defisit Perawatan Diri.
Diagnosa-diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan nyeri :
1. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis
2. Nyeri akut berhubungan dengan :Cedera fisik/trauma, Penurunan suplai darah ke
jaringan, Proses melahirkan
3. Nyeri kronik berhubungan dengan : Kontrol nyeri uang tidak adekuat, Jaringan parut,
Kanker maligna
4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan :Nyeri musculoskeletal, Nyeri insisi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
H. Rencanaann keperawatan dengan Diagnosa Nyeri
Tujuan dan kriteria hasil yaitu :
a. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
b. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman
c. Klien mampu memepertahankan fungsi fisk dan psikologis yang dimiliki
d. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri
e. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat di
rumah
1. Nyeri Akut

Intervensi Rasional

1. Kaji terhadap faktor yang menyebabkan Agar kita sebagai tenaga kesehatan dapat
nyeri mengetahui cara untuk mengurangi rasa
nyeri pasien dengan mengetahui faktor
penyebab nyeri tersebut

2. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang Dengan menghilangkan faktor yang dapat
dapat meningkatkan nyeri meningkatkan nyeri , kita dapat membantu
pasien untuk lebih cepat menghilangkan
rasa nyeri pasien

3. Kolaborasikan dengan individu (tenaga Agar dalam melakukan tindakan


kesehatan lain) untuk menjelaskan keperawatan tidak melakukan kesalahan
metode-metode apa saja yang dapat sehingga kesembuhan pasien dapat
digunakan untuk menurunkan rasa nyeri dipercepat

4. Kolaborasikan dengan individu untuk Agar pasien mengetahui cara-cara


memulai tindakan mengurangi nyeri mengatasi nyerinya sehingga pasien dapat
secara non-invasif yang cocok mengurangi nyerinya saat bergerak

5. Berikan analgesik pada penurunan rasa Karena obat golongan analgesik memiliki
nyeri yang optimal kandungan zat yang dapat mengurangi rasa
nyeri
6. Kaji respon terhadap tindakan penurunan Agar mengetahui tindakan yang telah
rasa sakit diberikan dapat mengurangi nyeri atau
tidak

7. Berikan penyuluhan kesehatan sesuai Agar pasien memiliki pengetahuan tentang


indikasi penanganan rasa nyerinya

8. Ajarkan beberapa teknik pilihan pada klien Agar pasien memiliki pengetahuan tentang
dan keluarga penanganan rasa nyeri dan dapat
menentukan teknik yang tepat dalam
penanganan rasa nyerinya

2. Nyeri Kronis

Intervensi Rasional

1. Kaji pengalaman nyeri individu, Agar perawat mengetahui riwayat penyakit


gambarkan intensitasnya (nyeri) yang pernah di alami

2. Kaji terhadap faktor yang Agar kita sebagai tenaga kesehatan dapat
menyebabkan nyeri mengetahui cara untuk mengurangi rasa
nyeri pasien dengan mengetahui faktor
penyebab nyeri tersebut

3. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor Agar pasien mengetahui faktor yang dapat
yang dapat meningkatkan nyeri meningkatkan nyeri sehingga pasien dapat
mengantisipasi faktor yang dapat
meningkatkan nyeri tersebut

4. Kaji efek kronis terhadap kehidupan Dengan mengkaji efek kronis yang
individu, dengan menggunakan disebebkan nyeri kita bisa mengetahui efek
individu dan keluarga sosial yang di rasakan individu selama
nyeri apakah ia menutup diri atau tidak

5. Bantu keluarga dan individu untuk Agar pasien memiliki pengetahuan tentang
menentukan metode yang dapat penanganan rasa nyeri dan dapat
digunakan untuk mengurangi nyerinya menentukan metode yang tepat dalam
penanganan rasa nyerinya

6. Diskusikan untuk individu untuk Agar pasien memiliki pengetahuan tentang


menentukan metode yang dapat penanganan rasa nyeri dan dapat
digunakan untuk mengurangi nyerinya menentukan metode yang tepat dalam
penanganan rasa nyerinya

7. Kolaborasikan dengan individu untuk Agar pasien mengetahui cara-cara


memulai tindakan mengurangi rasa mengatasi nyerinya sehingga pasien dapat
nyeri noninvasif yang cocok mengurangi nyerinya saat bergerak

8. Berikan penurunan nyeri dengan obat Dengan memberikan obat analgesik dapat
analgesik yang diresepkan mengurangi rasa nyeri pasien

9. Tingkatkan mobilisasi optimal Agar pasien membiasakan diri dalam


bergerak dan mempercepat proses
penyembuhan

I. Implementasi
Terdapat tiga kategori tindakan yang digunakan untuk mengontrol nyeri, yaitu
tindakan farmakologis, non-invasif dan tindakan invasif.
J. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan
menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melapor adanya
penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki,
mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi . 2008 . Konsep dan aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Suddarth, Brunner. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah, E/8,VOL.1. Jakarta : EGC
Perry, Potter . 2006 . Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, E/4,
VOL.2.Jakarta : EGC
Prasetyo,Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :Graha Ilmu
Tim Keperawatan Dasar. 2011. Panduan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan .
Denpasar :Stikes Bali
Priharjo Robert. Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Keperawatan, E/9.
Jakarta : EGC
Robert Priharjo.2012.Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
A.Aziz Alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikaso Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Singaraja, 15 Mei 2021


Pembimbing

(Ns. Mochamad Heri, S.Kep., M.Kep)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. WW DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN
NYERI PADA PASIEN CLOSSED FRAKTUR RADIUS DEKSTRA
DI RUANG NAKULA RS. KERTHA USADA
TANGGAL 12-14 MEI 2021

NAMA : GEDE ARDIAN

NIM : 20089142181

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2020/2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. WW DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN


NYERI PADA PASIEN CLOSSED FRAKTUR RADIUS DEKSTRA
DI RUANG NAKULA RS. KERTHA USADA
TANGGAL 12-14 MEI 2021

1. IDENTITAS KLIEN

IDENTITAS
KLIEN
Nama Klien :Tn. WW Jenis kelamin : L
No.RM :160772
Usia :67
Tgl.MRS :12 Mei 2021
Tgl.Pengkajian :12 Mei 2021
Alamat/ telp. :Ds Banyuseri Kec. Banjar
Status Pernikahan :Menikah
Agama :Hindu
Suku :Bali
Pendidikanterakhir :SMA
Pekerjaan :Petani
Lama Bekerja :-
Sumber Informasi :Keluarga
Kontak Keluarga Dekat :-

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Pasien mengatakan nyeri pada tangan kanannya yang patah
b. Saat Pengkajian : Pasien mengatakan nyeri pada tangan kanannya yang patah

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan mengalami kecelakaan motor jam 06.00 wita ketika akan
berangkat ke sawah. Lalu pasien dibawa ke UGD RSU Kertha Usada oleh keluarganya
untuk mendapatkan penanganan. Pasien masuk UGD pada tanggal 12 Mei 2021 pada
pukul 08.00 WITA. Dari pengkajian ketika pasien di UGD didapatkan data yaitu tangan
kanan pasien tampak luka dan adanya sedikit pendarahan dari luka abrasi , pasien tampak
meringis kesakitan, pasien mengatakan nyeri pada tangan kanannya. Pasien mengatakan
takut untuk menggerakkan tangannya , pasien mengatakan merasakan nyeri yang
semakin keras ketika menggerakkan tangannya. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tanda-
tanda vital : TD : 140/60 mm Hg, Nadi : 112 x/menit, suhu : 36,7 °𝐶, RR = 20x/menit. Di
UGD pasien mendapatkan terapi :
Obat injeksi : Ketorolac 30 mg (extra IV line) 08.15 WITA
IVFD RL : 20tpm
Antibiotik : cefotaxime 1 gr PK 08.20 WITA

Pemeriksaan Diagnostik : rontgen (terlampir), pemeriksaan laboratorium darah


(terlampir). Dari hasil pemeriksaan diagnostik, pasien didiagnosa oleh dokter dengan
diagnosa medis Clossed Fraktur Radius Dextra dan pasien disarankan untuk rawat inap
di ruang Nakula , dari hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 12 Mei 2021, jam 09.00
WITA, didapatkan data :

DS :

Pasien mengatakan nyerinya pada tangan kanannya, nyeri sudah mulai berkurang dari
skal 7-6 dari skala 0-10 yang diberikan, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin
keras dirasakan ketika digerakkan

DO :

Pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak lemas, tampak ada luka abrasai

Di rawat inap pasien mendapat terapi :

IVFD RL 20 tpm
Obat Injeksi : cefotaxine 1 gr (3x1) jam 08.15 WITA
Obat injeksi : ketorolac 25 mg (extra IV line) 08.20 WITA
Pemeriksaan laboratorium darah (terlampir)
Pemeriksaan diagnostik lainnya : rontgen ( terlampir)
4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Meskipun
pasien pernah kecelakaan, tetapi luka yang dialami pasien tidak parah , hanya keseleo dan
sedikit luka abrasi saja. Dan pasien menyatakan tidak ada riwayat penyakit lainnya

NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)


1 Makan/Minum 0 2
2 Mandi 0 0
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 0
5 Berpindah 0 0
6 Berjalan 0 0
7 Naik tangga 0 0
5. POLA AKTIVITAS

KET:
0 = Mandiri 3 = Tidak Mampu
1 =Alat Bantu
2 = Di Bantu Orang Lain

6. POLA NUTRISI
NO SMRS MRS

1 Jenis makanan/diet Nasi Nasi

2 Frekuensi 4x sehari 3x sehari


tidak teratur Teratur

3 Porsi yang dihabiskan 1 Habis 1 Porsi Habis

4 Komposisi Menu Nasi, Daging/ikan, Sayur Nasi, Daging/ikan, Sayur

5 Pantangan tidak ada tidak ada

6 Nafsu makan Normal Normal

7 Fluktuasi BB 6 bln Berat badan sama 69 kg Berat badan sama 69 kg

terakhir

8 Sukar menelan Tidak Tidak


9 Riw.penyembuhan Normal Normal

luka

7. POLA ELIMINASI
a. Eleminasi BAB

Sebelum MRS pasien mengatakan biasa BAB 1 kali dan saat pengkajian pasien
mengatakan dari MRS sampai kemarin malam sudah BAB 1 kali dengan konsistensi
feses lembek, warna kuning dan bau khas feses.
b. Eleminasi BAK

Pasien mengatakan sebelum MRS kencing kira-kira 1400cc dalam sehari, namun
setelah MRS pasien hanya kencing kira-kira 1200cc dalam sehari dengan warna urine
kuning bening, bau khas urine.
8. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
Pasien mengatakan sebelum MRS biasa tidur 8-9 jam dan setelah MRS kemarin
malam pasien hanya tidur 4-5 jam karena merintih nyeri sehingga merasa tidurnya
terganggu dan sering terjaga karena nyeri yang timbul.

9. POLA KEBERSIHAN DIRI


Sebelum pengkajian pasien mengatakan biasa mandi 2-3 kali sehari dan
menggosok giginya 3 kali sehari. Pasien mengatakan biasa mencuci rambut 3 hari sekali
dan mengganti pakaian 2 kali sehari. Saat pengkajian pasien mengatakan sejak MRS
pasien dimandikan 1-2 kali sehari dan menggosok gigi 3 kali sehari, mencuci rambut 3
hari sekali, dan mengganti baju 1 kali sehari semuanya dibantu oleh keluarganya.
10. POLA TOLERANSI- KOPING STRES
Pasien mengatakan tidak merasa khawatir dengan keadaannya sekarang
(tangannya patah) tetapi berharap cepat sembuh
11. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
Pasien mengatakan sebelum dan saat pengkajian hubungannya dengan anggota
keluarganya dan disekitarnya berjalan dengan baik. Dan memilki hubungan yang baik
dengan dokter yang menanganinya dan perawat yang merawatnya.
12. POLA KOMUNIKASI
Bahasa utama :daerah Bali, Bicara : normal , Tempat tinggal : sendiri ,
Penghasilan keluarga : Rp. 3juta – 4,5 juta

13. POLA SEKSUALITAS


Masalah hubungan seksual selama sakit : pasien mengatakan sudah lama tidak
melakukan hubungan sex, Upaya mengatasi tidak adaa, karna pasien sudah merasa lanjut
usia

14. NILAI DAN KEPERCAYAAN


Pasien beragama Hindu, sembahyang setiap hari dan hari besar agama-Nya. Sejak
MRS pasien hanya berdoa di tempat tidur dan keluarganya selalu mebanten canang di
rumah sakit dan pasien yakin bahwa penyakit yang dideritanya sekarang murni masalah
medis
15. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
a) Kesadaran : compos mentis/ sadar penuh (GCS :15)
( E: 4, M: 5, V: 6)
b) Gejala Kardinal : TD : 130/80 mmHg
N :112x/menit

S :36,1˚C

RR:20x/menit

b. Kepala dan Leher


Bentuk kepala simetris, kulit kepala bersih,rambut sedikit rontok, tidak ada luka
serta nyeri tekan.
Bentuk leher simetris, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan, tidak ada bekas
jahitan pada leher. Saat dipalpasi tidak ada pembesaran pada vena jugularis dan
kelenjar tiroid

c. Mata
Bentuk mata dan bentuk alis simetris, kemampuan membuka dan menutup mata
baik, bulu mata tidak ada yang rontok, sklera putih, pergerakan bola mata normal,
pupil isokor dan refleks pupil normal, medan pengelihatan normal, tidak ada kelainan
pada mata, tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Bentuk hidung simetris, cukup bersih, penciuman baik, tidak ada secret, tidak
terdapat nafas cuping hidung, tidak terdapat luka, tidak ada pembesaran polip,dan
tidak terdapat nyeri tekan.
e. Mulut dan Tenggorokan
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada perdarahan gusi, lidah bersih,
tidak terdapat lubang pada gigi, pasien tidak menggunakan gigi palsu tidak ada
peradangan dan pembengkakan pada tonsil, tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik, bersih, tidak memakai alat bantu pendengaran,
tidak ada lesi saat dilakukan tes pendengaran Rinner, Weber, dan Swabach hasilnya
pasien normal, dan tidak ada nyeri tekan.
g. Dada dan thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada bebas, ridak ada secret
Palpasi : Tidak terkaji
Perkusi : Suara paru vesikuler/normal
Auskultasi : Suara nafas normal (vesikuler), tidak ada suara nafas tambahan (ronchi
dan wheezing), suara jantung S1 S2 tunggal reguler.
h. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat luka, tidak terdapat pelebaran pembuluh darah,
Auskultasi : Peristaltik usus 12x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada semua kuadran, tidak ada pembesaran
hepar.
Perkusi : Tidak terdapat distensi dan asites
i. Genetalia
Tidak Terkaji

j. Rectum dan Anus


Tidak Terkaji

k. Ekstrimitas
a) Ekstremitas Atas
Kanan : adanya clossed fraktur radius dextra , ada oedema,serta adanya
perubahan pada tulang
Kiri : tampak ada luka abrasi di telapak tangan kiri tetapi pergerakan tidak
terbatas.
b) Ekstremitas Bawah
Kanan : normal

Kiri :Tampak ada luka pada lutut kiri pasien dan pergerakan tidak terbatas.

Kekuatan otot
--- 555
555 555
l. Kulit dan Kuku
Tidak ada kelainan

16. PEMERIKSAAN PENUNJANG


N RUANG HARI/ JENIS HASIL NILAI
O TANGGAL PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN NORMAL
/ LABORATORIUM

JAM

1. NAKULA Rabu, 12 1. Rontgen Clossed fraktur -


Mei 2021/ radius dextra.
08.30
WITA

2. NAKULA Rabu, 12 2.Pemeriksaan WBC : 7000 5000-10.000


Mei 2021 Laboratorium
(darah)
09.15
WITA

17. Dx Keperawatan berkaitan dg kebutuhan dasar manusia.

a. Data Fokus
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

- Pasien mengeluh nyeri pada tangan - Pasien terlihat meringis kesakitan menahan
kanan,pasien mengatakan nyeri nyeri yang dirasakan
terasa senut-senut (ditusuk-tusuk)
TTV :
skala nyeri 7 dari 0 -10 yang
- TD : 130/80 mmHg
diberikan,pasien mengatakan nyeri
- N :112x/menit
yang dirasakan semakin keras ketika
- S :36,1˚C
menggerakkan tangannya.
- RR:20x/menit

b. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif Masalah

- Pasien mengeluh nyeri pada tangan -Pasien terlihat meringis -Gangguan


kanan,pasien mengatakan nyeri kesakitan menahan nyeri yang Kenyamanan
terasa senut-senut (ditusuk- dirasakan (Nyeri)
tusuk),pasien mengatakan nyeri
- TTV :
yang dirasakan semakin keras
- TD : 130/80 mmHg
ketika menggerakkan
- N :112x/menit
tangannya,skala nyeri 7 dari 0 -10
- S :36,1˚C
yang diberikan
- RR:20x/menit
-pasien mengatakan takut untuk
menggerakkan tangan kanannya
karena nyeri

c. Rumusan Masalah Keperawatan


1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
d. Diagnose keperawatan
Gangguan Kenyamanan (Nyeri) berhubungan dengan cedera pada tangan kanan
(fraktur radius dekstra ) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada tangan
kanan,pasien mengatakan nyeri terasa senut-senut (ditusuk-tusuk),pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan semakin keras ketika menggerakkan tangannya,skala nyeri 7
dari 0 -10 yang diberikan
18. TERAPI/ PENGOBATAN
IVFD RL : 20tpm
Antibiotik : cefotaxime 1 gr (Inj. IV)
Ketorolac 30 mg ( Inj IV)
19. RENCANA KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA NYERI PADA PASIEN DENGAN CLOSED FRACTUR
RADIUS DEXTRA

No Hari/tgl/jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf

1, Rabu, 12 Gangguan Kenyamanan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
Mei 2021 (nyeri) berhubungan keperawatan selama 2 x 24 pengaruh nyeri pasien
dengan cedera pada tangan jam diharapkan nyeri yang terhadap peningkatan
10.00 wita
kanan (clossed fraktur dirasakn pasien berkurang TD dan N pasien
radius dekstra ) ditandai (terkontrol) dengan kriteria 2. Kaji skala nyeri
2. Mempengaruhi
dengan : hasil : pasien dengan
pengawasan
teknik PQRST
DS : 1. Nyeri pada tangan keefektifan intervensi,
kanannya berkurang , tingkat ansietas dapat
- Pasien mengeluh nyeri
nyeri yang dirasakan mempengaruhi
pada tangan kanan,pasien
tidak seperti ditusuk- persepsi / reaksi
mengatakan nyeri terasa
tusuk lagi, skala nyeri 1-3 terhadap nyeri.
senut-senut (ditusuk-
dari 0 – 10 skala nyeri
tusuk),pasien 3. Berikan pasien 3. Mengurangi nyeri
yang diberikan, nyeri
mengatakan nyeri yang posisi yang nyaman karena otot-otot
tidak terlalu terasa meski
dirasakan semakin keras menjadi rileks dengan
saat digerakkan
ketika menggerakkan peredaran darah ke
2. Pasien lebih nyaman dan
tangannya,skala nyeri 7 jaringan
wajah pasien tampak
dari 0 -10 yang diberikan
rileks (tidak meringis)
DO : 3. TTV dalam batas normal 4. Anjurkan teknik 4. Memfokuskan kembali
S : 36-38°𝐶 distraksi dan perhatian
- Pasien terlihat meringis
N : 60-100x/menit relaksasi pada saat meningkatkan rasa
kesakitan menahan nyeri
100−140 pasien merasa nyeri kontrol dan dapat
yang dirasakan TD : mm Hg
60−90
meningkatkan
RR : 16-24x/menit
- TTV : kemampuan koping
- TD : 130/80 mmHg dalam manajemen
- N :112x/menit nyeri
- S :36,1˚C
- RR:20x/menit
5. Diberikan untuk
5. Kolaborasi dalam menurunkan nyeri /
pemberian obat spasme otot
analgetik dan
antibiotik
20. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA Tn WW DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

NO Hari/tgl/jam No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf

Keperawatan

Rabu, 12 Mei
2021(dinas pagi)

10.15 WITA
1. Dx.1 -Mengkaji skala nyeri DS :

Pasien mengatakan nyeri pada tangan


kanannya,pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk – tusuk,skala nyeri 7 dari 0 – 10 skala
nyeri yang diberikan,pasien mengatakan nyeri saat
digerakkan.

10.30 WITA DO :
2. Dx.1 -Mengobservasi TTV

TTV :

- TD : 130/80 mm Hg
- N : 112x/menit
- S : 36,1 ° 𝐶
- RR : 20x/menit
-
DS :
3. 10.45 WITA Dx.1 -Memberikan pasien posisi
nyaman -pasien mengatakan nyeri dapat dialihkan dan lebih
nyaman setelah diberikan posisi nyaman
DS :
-Menganjurkan teknik distraksi -pasien mengatakan mengerti teknik tersebut guna
4. 10.50WITA Dx.1
(pengalihan nyeri seperti mengalihkan nyeri yang dirasakan
mengobrol, mendengarkan musik,
memikirkan hal selain nyeri, dll)
dan relaksasi DS :

-Memasangkan mitella pada -pasien mengatakan cukup terbantu untuk


5. 12.00 WITA Dx.1
tangan pasien yang fraktur meggerakkan tangannya meski tetap nyeri

D0 :

-pasien tampak lebih nyaman setelah di beri injeksi


-Menerima delegasi dalam
anti nyeri
6. 12.15 WITA Dx.1 pemberian ketorolac dengan dosis
30 mg (IV line), IVFD RL 20tpm,
dan antibiotik : cefotaxime 1 gr
No. Hari/Tgl/Jam No.Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
Keperawatan

Rabu, 12 Mei
2021 (dinas
malam)
1.
17.00 WITA
Dx.1 -Mengkaji skala nyeri DS :

Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang dan


nyeri mulai jarang dirasakan,skala nyeri turun
dari 7 menjadi 6.

DS :
2. Dx. 1 - Menerima delegasi dalam
17.15 WITA Pasien mengatakan nyerinya mulai berkurang
pemberian ketorolac dengan
karena sudah dapat minum obat penurun rasa
dosis 25 mg (extra IV line),
nyeri
IVFD RL 20tpm, dan
antibiotik : cefotaxime 1 gr
(1x1)
3. 18.00 WITA Dx.1 -Mengobservasi TTV DO :

TTV

- TD : 130/60 mm Hg
- N : 107x/menit
- S : 36,2 ° 𝐶
- RR : 19x/menit
DS :
-pasien mengatakan nyerinya masih sama seperti
4. 18.15 WITA Dx. 1 -Mengkaji skala nyeri
tadi dengan skala 6
DS :
-pasien mengatakan pengalihan nyeri lumayan
efektif saat nyeri mulai dirasakan
5. 18.20 WITA Dx.1 - Menganjurkan teknik
distraksi (pengalihan nyeri
seperti mengobrol
,mendengarkan musik
DS :
,memikirkan hal selain nyeri
-Pasien mengatakan nyeri semakin berkurang
,dll) dan relaksasi
dengan posisi yang nyaman sehingga merasa
-Memberikan pasien posisi lebih nyaman
6. 18.25 WITA Dx.1
nyaman
No. Hari/Tgl/jam No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf

Keperawatan

Kamis, 13 Mei
2020 (dinas pagi)

08.00 WITA
1. Dx.1 -Mengkaji skala nyeri DS :

Pasien mengatakan nyeri semakin jarang


dirasakan dan skala nyeri turun dari 6 – 5

DO :

Pasien tampak lebih jarang meringis.

08.15 WITA DO :
2. Dx.1 -Mengobservasi TTV
TTV : -TD : 120/80 mm Hg

-N : 98x/menit
-S : 36,1 ° 𝐶

-RR : 19x/menit

3. 08.30 WITA Dx.1 - Menerima delegasi dalam DS :


pemberian ketorolac dengan
-Pasien mengatakan nyerinya sudah mulai
dosis 25 mg (extra IV line),
berkurang setelah terus diberikan obat penurun
IVFD RL 20tpm, dan
rasa nyeri
antibiotik : cefotaxime 1 gr
(1x1)

-Mengkaji skala nyeri DS :


4. 10.00 WITA Dx. 1
-pasien mengatakan nyerinya lebih jarang
dirasakan, skala nyerinya turun dari 5-4

DS :
-Menganjurkan teknik
5. 10.10 WITA Dx. 1
distraksi (pengalihan nyeri -Pasien mengatakan nyeri yang dialami dapat
seperti mengobrol, diatasi dengan melakukan pengalihan nyeri
mendengarkan musik seperti yang disarankan
,memikirkan hal selain nyeri,
dll) dan relaksasi rkan teknik
. distraksi dan relaksasi
7. 10.15 WITA Dx.1 -memberi posisi nyaman DS :

- Pasien mengatakan nyeri dapat dialihkan dan


lebihnyaman setelah dianjurakan posisi yang
nyaman
No. Hari/Tgl/Jam No Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi respon Paraf
keperawatan

Kamis, 13 Mei
2020 (Dinas
malam)

17.00 WITA
1. Dx 1 Mengkaji skala nyeri DS :

Pasien mengatakan nyeri semakin jarang


dirasakan dan skala turun dari 4 – 3

DO :

Pasien tampak lebih jarang meringis

DO :
2. Dx.1 Mengobservasi TTV
17.10 WITA
TTV :

-TD : 120/80 mm Hg

-N : 89x/menit

-S : 36,3 ° 𝐶

-RR : 20x/menit
3. 17.30 WITA Dx 1 Menerima delegasi dalam DO:
pemberian ketorolac dengan
Pasien tampak sudah tidak terlalu meringis lagi
dosis 30 mg (IV line), IVFD
RL 20tpm, dan antibiotik :
cefotaxime 1 gr

4. 19.00 WITA Dx 1 -Menganjurkan teknik distraksi DS :


(pengalihan nyeri seperti
-Pasien mengatakan nyeri yang dialami dapat
mengobrol, mendengarkan
diatasi dengan melakukan pengalihan nyeri
musik, memikirkan hal selain
seperti yang disarankan
nyeri, dll) dan relaksasi rkan
teknik distraksi dan relaksasi

-Mengkaji skala nyeri DS :


5. 19.05 WITA Dx.1
-pasien mengatakan nyeri berkurang , skala nyeri
2 dari skala 0-10 yang diberikan

DS :
-Memberikan pasien posisi
6. 19.10 WITA Dx.1 - Pasien mengatakan lebih rileks ketika diatur
nyaman
dengan posisi yang nyaman
No. Hari/Tgl/Jam No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf

Keperawatan

1. Jumat, 14 Mei
2021 (dinas pagi)

08.00 WITA
Dx.1 -Mengkaji skala nyeri DS :

-pasien mengatakan nyeri yang dirasakan lebih


jarang dirasakan meski saat digerakkan,

Skala yang dirasakan 1 dari skala 0-10

DO :

-pasien terlihat lebih rilkes

-pasien terlihat tidak meringis lagi

08.05 WITA DO :
2. Dx.1 -Mengobservasi TTV
TTV :

-TD : 120/80 mm Hg

-N : 87x/menit

-S : 36,4 ° 𝐶
-RR : 21x/ menit

3. 08.20 WITA Dx.1 - Menerima delegasi dalam DS :


pemberian ketorolac dengan
-pasien mengatakan obat yang diberikan
dosis 25 mg (IV line), IVFD
memberikan efek yang baik karena dapat
RL 20tpm, dan antibiotik :
membuat nyerinya berkurang
cefotaxime 1 gr

4. 09.25 WITA Dx.1 -Menganjurkan teknik distraksi


(pengalihan nyeri seperti DS :
mengobrol, mendengarkan -pasien mengatakan selain obat yang diberikan ,
musik, memikirkan hal selain pengalihan nyeri yang dianjurkan dapat
nyeri, dll) dan relaksasi rkan membantu dalam proses pengalihan dan
teknik distraksi dan relaksasi pengilangan nyeri

-Memberikan pasien posisi DS :


5. 09.30 WITA Dx.1 nyaman
-pasien mengatakan posisi nyaman yang
dianjurkan dapat mengalihkan nyeri dan merasa
lebih nyaman

DO :

-pasien terlihat lebih rileks

6. 11.00 WITA Dx.1 DS :


-Mengkaji skala nyeri
-pasien mengatakan nyerinya semakin jarang
dirasakan, nyeri juga semakin berkurang dengan
skala 1 dari skala 0-10 yang diberikan

DS :

-pasien terlihat jauh lebih rileks , dan pasien


tampak lebih jarang meringis
21. EVALUASI KEPERAWATAN PADA Tn. WW DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

No. Hari / Tgl / Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Respon Paraf

1. Jumat, 14 Mei 2021


(dinas pagi)
11.15 WITA Gangguan Kenyamanan (nyeri)
berhubungan dengan cedera pada tangan S :
kanan (fraktur radius dekstra ) -pasien mengatakan nyeri yang dirasakan lebih jarang
dirasakan meski saat digerakkan,

Skala yang dirasakan 1 dari skala 0-10

-pasien mengatakan obat yang diberikan memberikan


efek yang baik karena dapat membuat nyerinya
berkurang

-pasien mengatakan selain obat yang diberikan ,


pengalihan nyeri yang dianjurkan dapat membantu
dalam proses pengalihan dan pengilangan nyeri

-pasien mengatakan posisi nyaman yang dianjurkan


dapat mengalihkan nyeri dan merasa lebih nyaman
O:

-pasien terlihat rileks

-pasien terlihat tidak meringis lagi

TTV :

-TD : 120/80 mm Hg

-N : 87x/menit

-S : 36,4 ° 𝐶

-RR : 21x/ menit

A:

Tujuan No. 1,2 dan 3 tercapai, masalah gangguan


kenyamanan teratasi

P:

Hentikan Tindakan Keperawatan, Pertahankan Kondisi


Pasien

Anda mungkin juga menyukai