MANAJEMEN NYERI
DI SUSUN OLEH :
IRAWATI
1914201328
DOSEN PEMBIMBING:
Ns.MUHAMMAD ARIF,M.Kep
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut
Potter dan Perry (2006) nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri sangat bersifat subjektif dan
sangat bersifat individual. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa nyeri merupakan kondisi yang tidak menyenangkan yang dialami oleh seseorang
sebagai akibat dari kerusakan jaringan aktual maupun potensial, yang bersifat subjektif
dan individual. Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila
ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2007).
2. Jenis-jenis Nyeri
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi.
Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu
bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara
spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik.
Nyeri kronis tidak mempunyai awitan yang dapat ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefinisikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer & Bare,
2002). Nyeri kronis yang terjadi setelah suatu cidera atau proses penyakit diduga
terjadi karena ujung-ujung saraf yang normalnya hanya mentransmisikan stimulus
yang sangat nyeri, mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak nyeri sebagai
stimulus yang sangat nyeri.
4. Fisiologi Nyeri
a. Masuknya aktivitas saraf aferen dimodulasi oleh mekanisme pembukaan / penutupan
gerbang (gating mechanism) di dalam tanduk dorsal korda spinalis dan batang otak.
Gerbang ini merupakan inhibitor atau fasilitator bagi aktivitas sel Transmisi (T) yang
membawa aktivitas lebih jauh sepanjang jalur saraf.
b. Gerbang dipengaruhi oleh derajat relatif dari aktivitas serabut beta A dengan
diameter besar, serabut delta A diameter kecil serta serabut C. Serabut beta A
diameter besar diaktifkan oleh stimuli tidak berbahaya dan pada aktifitas serabut
aferen besar cenderung menutup gerbang sedangkan aktifitas serabut kecil cenderung
membukanya.
c. Mekanisme kontrol serabut saraf desendens dari tingkatan yang lebih tinggi di susunan
saraf pusat dipengaruhi oleh proses kognitif, motivasional dan afektif Derajat mekanisme
yang lebih tinggi ini juga memodulasi gerbang. Aktivitas di dalam serabut aferen besar
tidak hanya cenderung menutup gerbang secara langsung tetapi juga mengaktifkan
mekanisme kontrol pusat yang menutup gerbang.
d. Saat gerbang terbuka dan aktivitas di dalam aferen yang baru masuk cukup untuk
mengaktifkan sistem transmisi, dua jalur asendens utama diaktifkan. Yang pertama
adalah jalur sensoris-diskriminatif, yang bersambung dengan korteks somatosensoris
serebri melalui thalamus ventroposterior. Jalur ini memungkinkan penentuan tempat
nyeri. Kedua, jalur asendens yang melibatkan informasi retikuler melalui sistem
thalamus dan limbus medial. Jalur ini berurusan dengan rasa tidak enak, penolakan
(aversif) dan aspek emosional dari nyeri. Jalur desendens, selain berpengaruh pada
gerbang tanduk dorsal, dapat juga berinteraksi dengan kedua sistem asendens ini.
5. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri
paska pembedahan yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien digunakan
untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien
dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Ada beberapa
skala penilaian nyeri pada pasien sekarang:
a. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari
senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan
gangguan komunikasi, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau
pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.
b. Verbal Rating Scale (VRS)
Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala lima
poin ; tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, J.M.C., & Bulechek, G.M. (2004). Nursing intervention classification (4th
ed.). Missouri: Mosby.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran (11th ed.). Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24986/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31992/4/Chapter%20II.pdf
Johnson, M., Maas, M., & Moorhead, S. (2004). Nursing outcomes classification (2nd ed.).
Missouri: Mosby.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., & Setiowulan, W. (Eds.). (2009).
Kapita selekta kedokteran (3rd ed. 1st vol). Jakarta: Media Aesculapius.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses,
dan praktik. (4th ed. 2nd vol). Jakarta: EGC
Santosa, B. (2005). Panduan diagnosa keperawatan NANDA. Jakarta: Prima Medika.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth (8th ed. 2nd vol). Jakarta: EGC.