Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyamanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan aman nyaman sangat mempengaruhi aktivitas
setiap individu. Dalam teori keperawatan, kebutuhan kenyamanan klien merupakan
tujuan pemberian asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien diberbagai keadaan dan situasi, yang memberikan intervensi untuk
meningkatkan kenyamanan.
Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Nyeri
merupakan perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long,
1996). Nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang
nyata, ancaman atau fantasi luka (Engel, 1970. Nyeri adalah pengalaman perasaan
emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (IASP, 1999).
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri, dan nyeri yang dirasakan pasti
memiliki tingkatan yang berbeda. Dengan adanya nyeri tersebut, setiap individu
memiliki alasan untuk datang melakukan perawatan supaya nyeri tersebut hilang.
Perawat menggunakan berbagai intervensi agar nyeri dapat hilang dan kenyamanan
pada klien kembali.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan rasa aman
nyaman dengan kasus nyeri
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian klien dengan gangguan rasa aman nyaman
b. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada klien gangguan rasa aman
nyaman
c. Untuk menyusun rencana asuhan keperawatan
d. Untuk melakukan tindakan keperawatan
e. Mampu membuat evaluasi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut
(Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,
baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992)
B. Fisiologi Nyeri
Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya
dimengerti. Akantetapi , bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri
tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan
transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus. (Mubarak & Chayatin, 2007)
C. Klasifikasi Nyeri
Menurut Mubarak & Chayatin (2007) ada tiga klasifikasi nyeri:
1. Nyeri perifer
Nyeri ini ada tiga macam:
a. Nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada
kulit dan mukosa.
b. Nyeri viseral, yakni rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada resptor
nyeri di rongga abdomen, kranium, dan toraks.
c. Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis, batang otak, dan
talamus.
3. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain, nyeri ini
timbul akibat pikiran si penderita sendir. Seringkali, nyeri ini muncul karena
faktor psikologis, bukan fisiologis.

Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya
mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri
akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya
meningkatkan persepsi nyeri.
2. Nyeri kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau
tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.
Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar
untuk menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita
menjadi lebih mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatknya,
mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari
kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu
tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (misalnya sakit kepala
migrain).
D. Teori Nyeri
Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling sederhana adalah
teori Gate Control yang dikemukakan oleh Melzack dan Well (1965). Dalam teorinya
, kedua orang ahli ini menjelaskan bahwa substansi gelatinosa (SG) pada medula
spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau menghalangi
masuknya impuls nyeri ke menuju otak. Pada mekanisme nyeri, stimulus nyeri
ditransmisikan melalui serabut saraf berdiameter besar yang juga melewati gerbang.
Akan tetapi, serabut saraf berdiameter besar yang juga melewati gerbang tersebut dapat
menghambat transmisi impuls nyeri dengan cara menutup gerbang itu. Impuls yang
berkonduksi pada serabut berdiameter besar bukan bukan sekadar menutup gerbang,
tetapi juga merambat langsung ke korteks agar dapat diidentifikasi dengancepat (Long,
1996)
Dalam uji coba yang dilakukan pada delapan orang , Melzack dan Well memakai
listrik berkekuatan yang relatif kecil, ia merangsang serabut yang lebih tebal sehingga
rasa nyeri tersebut menghilang. Dengan kata lain, uji coba ini membuktikan kebenaran
teori Gate Control. Jika ada suatu zar dapat mempengaruhi substansi gelatinosa di
dalam gate control, zat tersebut dapat digunakan untuk pengobatan nyeri. (Mubarak &
Chayatin, 2007).
E. Faktor-faktor Mempengaruhi Nyeri
 Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-
anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia
ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari.
Individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi untuk mengalami situasi-situasi
yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia telah hidup lebih lama,
mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
menyertai nyeri.
 Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons
terhadap nyeri (Gil, 1990). Ada beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis
kelamin, misal : menganggap bahwa anak laki-laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.
 Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
presepsi nyeri. Pehatian yang meningkat dihubungan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang
menurun (Gil, 1990). Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat
terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri.
 Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.m apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka presepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi.
 Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan.
Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai klien akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan.
 Ansietas dan stres
Ansitas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman yang tidak
jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa disekelilingnya
dapat memperberat pesepsi nyeri.

F. Cara Mengukur Intensitas Nyeri


Hayward(1975) mengembagan seuah alat ukur nyeri (painometer) dengan skala
longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa
nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Intensitas nyeri ini
sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran,
kosentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga.

Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7–9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa
dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

G. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif.
Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk
mendapatkan data dari klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan
fisiologis klien. Berikut adalah Mnemonik untuk pengkajian nyeri :
P : Provoking atau pemicu, faktor yang memicu timbulnya nyeri
Q : Quality atau kualitas nyeri
R : Region atau daerah nyeri
S : Severity atau keganasan, intensites nyeri
T : Time atau waktu nyeri
H. Etiologi
Adapun etiologi pada nyeri akut :
 Trauma pada perineum selama persalinan
 Trauma jaringan dan refleks spasme otot, sekunder akibat gangguan
muskulosketal, gangguan viseral, kanker, gangguan vaskular
 Inflamasi (saraf, sendi, tendon, otot)
 Kram abdomen, diare dan muntah, sekunder akibat : gastroenteritis, influenza,
ulkus lambung
 Inflamasi dan spasme otot polos, sekunder akibat : batu ginjal, infeksi
pencernaan
 Trauma jaringan dan spasme ott refleks, sekunder akibat : pembedahan,
kecelakaan, terbakar, tes diagnostik
 Demam
 Respons alergi
 Iritan kimia
I. Penetapan Diagnosis
Menurut NANDA (2015-2017), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami
nyeri adalah :
 Nyeri Akut
 Nyeri kronis
 Nyeri Persalinan
DAFTAR PUSTAKA

Nanda Intrnasional. 2015. Diagnosis keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017


edisi 10. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. 2006. Buku ajra Fundamental keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Mubarak,SKM, Wahit Iqbal & Ns. Nurul Chayatin, S.Kep. 2008. Buku ajar Kebutuhan
Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai