Disusun oleh :
B. Etiologi
Beberapa etiologi dari nyeri diantaranya :
a. Mekanik, trauma
b. Kimia, perforasai oragan visceral iritasi kimiawi oleh sekresi pada ujung-ujung saraf
yang sensitive misalnya rupture apendiks, ulkus duodenum dan colic renal.
c. Termal, terbakar akibat panas atau dingin yang ekstrim, inflamasi atau hilangnya
lapisan superficial atau epidermis, yang menyebabkan peningkatan sensitivitas ujung-
ujung saraf.
d. Listrik, terbakar kulit disertai cedera jaringan subkutan dan cedera jaringan otot,
menyebabkan cedera pada ujung-ujung saraf (Potter dan Perry,2010).
C. Manifestasi Klinis
1. Gangguan tidur.
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi, frustasi
D. Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan (Asmadi,2010), klasifikasi nyeri adalah :
a. Nyeri berdasarkan waktunya
Nyeri berdasarkan waktunya dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan selama kurang dari 6 bulan, klien
mengalami atau mengetahui lokasi nyeri, biasanya dikarenakan dari suatu
penyakit.
2. Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan, biasanya klien
mengalami nyeri semakin meningkat walau sudah dilakukan pengobatan,
misalnya nyeri karena neoplasma.
b. Nyeri berdasarkan letaknya
1. Nyeri perifer adalah nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit atau mukosa.
2. Nyeri dalam adalah nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau organ-organ viseral.
3. Refered pain adalah nyeri yang disebabkan karena penyakit organ atau struktur
organ tubuh ditransmisikan kebagian tubuh lain didaerah yang berbeda, bukan
asal dari nyeri.
4. Central pain adalah nyeri yang terjadi karena perangsangan system syaraf pusat,
spinal cord, batang otak.
c. Nyeri berdasarkan sifatnya
1. Incidental pain adalah nyeri yang timbul sewktu-waktu kemudian menghilang.
2. Steady pain adalah nyeri yang timbul dan menetap yang dirasakan dalam waktu
yang lama.
3. Paroximal pain adalah nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali,
biasanya nyeri dirasakan ±10-15 menit kemudian menghilang.
Alat pengukur nyeri
Alat pengukur nyeri yang bersifat universal membagi 4 tahapan yaitu
nyeri ringan, sedang, berat, dan nyeri sangat berat ; berikut klasifikasinya dari alat
ukur nyeri tersebut :
0 = Tidak nyeri1
1-3 = Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 = Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 = Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi.
10 = Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi.
E. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri (Aziz,2010) :
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting mempengaruhi nyeri khususnya anak-anak
dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan tentang nyeri atau
mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi.
Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari,
karena lansia telah hidup lebih lama mereka kemungkinan lebih tinggi untuk
mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk
menginterprestasikan nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai
penyakit disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang
sama.
2. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang
melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa
memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok
budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu
perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang
mengalami nyeri.
4. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu
kehilangan dan tantangan. Misalnya, seorang wanita yang bersalin akan
memperpsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat
cedera karena pukulan pasangan.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungankan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai
terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan
massage. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang
lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih
mempu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki
status emosional yang kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita
penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan
diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang
sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur maka presepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat. Nyeri seringkali
lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap disbanding
pada akhir hari yang melelahkan.
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih muda pada masa yang akan dating. Apabila seorang
klien tidak pernah mengalami nyeri maka presepsi nyeri dapat mengganggu koping
terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti di
rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi
adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol
terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan
ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan atau total.
10. Dukungan Keluarga
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-
orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu dari
kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang berbeda tentang orang
tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.
F. Patofisiologi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamine, bradikinin, kalium. Substansi
tersebut menyebabkan nonsiseptor bereaksi, apabila nonsiseptor mencapai ambang nyeri,
maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawah oleh serabut saraf perifer. Serabut
syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta
yang bermielinasi dan serabut C yang tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta
lambat. Impuls syaraf akan dibawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis
medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan membawa dan menyebabkan kornu dorsalis
melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapsis
dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls nyeri
ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di
otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon protektif (Potter and
Perry,2010).
PATHWAYS
Stimulasi Nyeri
Kerusakan Adanya Tumor Spasme Otot Iskemik
Jaringan Integumen
Nonsiseptor
Impuls nyeri diteruskan ke konsus dorsalis pada bagian medulla spinalis melalui saraf perifer
Thalamus
Korteks Selebri
NYERI
Gangguan Pola
Tidur
2. Non Farmakologi
a. Distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu.
Contohnya : membaca, menonton tv, mendengarkan musik dan bermain.
b. Stimulasi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
1. Kompres dingin
2. Counteriritan, seperti plester hangat
3. Contralateral Stimulation, yaitu message kulit pada area yang berlawanan
dengan area yang nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.(2010).Teknik Prosedural Konsep Dan Aplikatif Konsep Kebutuhan Dasar Klien
Salemba Medika.Jakarta.
Aziz.(2010).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 1.Jakarta.Salemba Medika
Perry & Potter.(2010).Fundamental Keperawatn.Jakarta:EGC
Tamsuri.A.(2013).Konsep dan pelaksaan nyeri.Jakarta:EGC
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah
dengan memfokouskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat dalam memulai
mengkaj respon nyeir yang dialami pasien, diantaranya :
a. Penentuan ada tidakan nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien
melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera
atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh pasien adalah nyata.
b. Karakterisktik nyeri
- Faktor Pencetus (P : Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,
dalam hal inin perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami
cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat
mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan apa yang mencetuskan nyeri.
- Kualitas (Q: quality)
Sering kali pasien mengungkapkan nyeri dengan kalimat0kalimat : tjam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain dimana tiap pasien
mungkin berbeda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
- Lokasi (region)
Mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta pasien menunjukkan semu bagian/daerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh pasien.
- Keparahan (S: serve)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeir merupakan karakteristik yang palin subjektif. Pada
pengkajian ini pasien diminta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,
sedang atau berat.
Skala deskriptif Verbal (VDS) merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang
lebih bersifat objetif. Skala inimerupakn sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat
pendeskrispsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis.
Skala Numerik (NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini
pasien menilai eyri dengan skal 0 sampai 10. Skal ini efektif digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
Skala Analog Visual (VAS) merupakan garis lurus yang mewakili alat pendeskripsi
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang ia rasakan.
VAS merupakn pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat
mengidentifikasi setiap ttik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
- Durasi (Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri.
- Faktor yang memperberat/memperingan
Perlu mengkaji faktor-faktor yang mempererat nyeri pasien untuk memberikan tindakan
yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada pasien.
c. Respon perilaku
d. Respon afektif
Respon asfektif jua perlu diperhatikan missalnya cemas, depresi, dll.
e. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam berpartisipasi
terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejau mana dia
membantu dalam program aktivitas pasien.
f. Persepsi klien tentang nyeri
Perawat perlu mnegkaji persepsi pasien terhapada nyeri, bagaimana pasien
menghubungkan antara neyri yang dialami dengan proses penyakti atau hal lain dalam diri atau
lingkungan sekitarnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri :
a. Nyeri berhubungan dengan :
- Cedera fisik/trauma
- Penurunan splai darah ke jaringan
- Proses melahirkan
b. Nyeri kronik berhubungan dengan :
- Kontrol nyeri yang tidak adekuat
- Jaringan parut
- Kanker maligna
c. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis
d. Gangguan mobilitas fisik b.d :
- Nyeri muskuloskeletal
- Nyeri insisi
e. Gangguan pola tidur b.d nyeri yang dirasakan.
Nama Perawat
( ...........................................)
DAFTAR PUSTAKA
Perry dan Potter, 2002. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Penerbit buku kedokteran :EGC
Tarwoto dan Wartonah, 2000, Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Medika Salemba : Jakarta
Nian SP, 2010. Konsep dan proses keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Surakarta