Disusun oleh:
Mahasiswa Profesi Ners STIKes NHM
Kelompok Maternitas
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
( ) ( )
Kepala Ruangan
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan anugerah kepada kami untuk menyusun dan menyelesaikan makalah
laporan pendahuluan dan laporan kasus ini tentang “Pre Eklamsia Berat” pada Ny.
K di Ruang Sriwijaya RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari Mojokerto.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media buku referensi.
Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang telah memberikan
partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
menambah pengetahuan atau wawasan mengenai Pre Eklamsia Berat. Kami sadar
makalah ini belum sempurna maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.
Mojokerto,
Kelompok Maternitas
3
DAFTAR ISI
LEMBAR COVER ........................................................................................ 1
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................. 4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan ............................................................................................... 7
1.4 Manfaat ............................................................................................. 7
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 73
4.2 Saran ................................................................................................ 73
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Hampir 20% ibu hamil akan mengalami hipertensi selama kehamilan,
kurang dari 10% di antaranya menderita penyakit yang serius.
6
i. Bagaimana penatalaksanaan medis pada preeklamsia?
j. Apa saja komplikasi preeklamsia?
k. Apa prognosis preeklamsia?
l. Bagaimana pencegahan preeklamsia?
m. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pasien dengan preeklamsia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
7
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdilah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang keluar pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi (Afifah, 2011).
Teori Penurunan Hormon
1. 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormon progesteron
dan ekstrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul HIS bila
progesteron turun.
2. Turunnya pada hormon ekstrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menyebabkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga menganggu sirkulasi utero plasenta.
4. Teori Itritasi Mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikal (fleksus franterhaus).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
8
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminarta yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
franterhauses, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosindrip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
C. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
D. TANDA-TANDA INPARTU
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar
E. PATOFISIOLOGI
Kehamilan 37-42 minggu
Tanda-tanda inpartu
Proses persalinan
10
darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi menjadi dua
fase:
a. Fase laten
Pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam terbagi menjadi 3 sub fase:
1. Periode akselerasi adalah berlangsung 2 jam pembukaan menjadi
4 cm
2. Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam. Pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm
3. Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm
2. Kala II (Pengeluaran janin)
HIS terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggung, sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refleks menimbulkan
rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka. Pada waktu HIS kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, perineum membuka atau meregang. Dengan
HIS mengedan yang terpimpin akan lahir mengikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0,5 jam.
3. Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi 2 kali lebih
tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul HIS dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan post
partum.
11
2.2 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita
12
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau
yang dapat mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat
saraf (Syaifudin, 1997), jadi homolog dengan penis dan merupakan
organ perangsang seksual pada wanita.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora),
muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus
vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan
(Syaifudin, 1997).
6) Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis
yang menutupi sebagian
besar dari liang
senggama, ditengahnya
berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya
berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada
yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari,
ada yang dapat dilalui satu jari (Syaifudin,1997). Himen mungkin
tetap ada selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama kali.
7) Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga
kongenital dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya
disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah
depan anus.
13
b. Organ reproduksi wanita dalam.
1) Vagina
Vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan membentuk
sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal.
Namun,posisi ini berubah sesuai dengan vesika urinaria. Dinding
sentral vagina yang ditembusserviks panjangnya 7,5 cm, sedangkan
panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm. dinding anterior dan
posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnya di bagian
kranial melekat pada Ligamen Cardinale, dan di bagian Caudal
melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi.
Dinding depan liang senggama 9 cm lebih pendek daripada dinding
belakang. Pada puncak vagina menonjol leher Rahim yang disebut
posterio. Bentuk vagina dalam berlipat-lipat disebut ligae.
2) Uterus (Rahim)
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular
tebal,berotot,berbentuk buah pir, terletak didalam kavum pelvis
minor antara vesikula urinaria dan rectum. Panjang uterus 7,5 cm,
lebar 5 cm, tebal 2,5 cm,berat 50 gr. Uterus merupakan organ
dimana ovum yang telah di buahi secara normal tertanam dan
tempat normal dimana organisme selanjutnya tumbuh dan
mendapat makanan sampai ia lahir.
3) Ovarium
Secara anatomi ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan
stadium dari siklus menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi
adalah ovoid dengan permukaan licin dan berwarna merah muda
keabu-abuan. Setelah mengalami ovulasi,maka permukaan ovarium
tidak rata lagi karena banyaknya jaringan parut dan warnanya
berubah menjadi abu-abu
14
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kanan dan
kiri uterus di bawah tuba uterine. Pada dewasa muda ovarium
berbentuk ovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar 2
cm, tebal 1 cm, dan beratnya 7 g.
4) Tuba fallopii
Tuba fallopii memiliki panjang kurang lebih 10 cm, dapat dibagi
atas 4 bagian (dari uterus ke ovarium). Ada 2 saluran telur kiri dan
kanan, panjang kira-kira 12 cm diameter 3-8 mm.
15
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini
pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-
bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak
gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir
kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur.
c. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16
16
minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum
ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi
ini akan diambil alih oleh plasenta.
d. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam
karena hiperpigmentasi.
e. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi
ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah
yang membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah
secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan
32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%.
f. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa
sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena
usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga
diafragma kurang leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)
g. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena
hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga
menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai
gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness
dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis
gravidarum.
h. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan
17
hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada
akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki
Pintu Atas Panggul.
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat
deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma
gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi
kebiru-biruan yang disebut striae livide.
18
2.3 Definisi Preeklampsia
Sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil dan masa nifas
yang terdiri atas hipertensi, oedema dan proteinuria, tetapi ibu hamil tidak
menunjukkan adanya kelainan vaskuler atau hipertensi sebelum hamil.
(Mochtar, 1988).
Definisi di inggris raya. Tekanan darah 140/90 atau lebih pada dua
kali pengukuran (dengan jarak sedikitnya 4 jam dalam 1 minggu) disertai
protein ++ atau 3 g/24jam atau lebih (international society for the study of
hypertention in pregnancy).
19
2.4 Etiologi Pre eklampsia
20
e. Preeklamsia berkisar antara 3-5% dari kehamilan yang dirawat.
a. Preeklamsi ringan
Pre-eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas (Rukiyah, 2010).
b. Preeklamsia berat
Ibu hamil dapat digolongkan kedalam preeklamsia berat jika ditemukan
tekanan darah 160/110 mmHg, urine <400cc/24 jam, hingga ke gangguan
kesadaran.
21
2.6 Patofisiologi dan Web of Caution Preeklamsia
tromboksan A2.
22
Selain kerusakan endotelial, vasospasme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Kedaan ini meningkatan edema lebih
lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang
mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru.
23
Hipoksia atau anoksia jaringa merupakan sumber reaksi hiperoksidase
lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan
konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu
metabolisme di dalam sel peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase
lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase
lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan peroksidase
terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan
timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.
24
Endotel vaskuler rusak Primigravida Gangguan Imunologik Riwayat DM Gemeli/ hamil ganda Nulipara (>35th)
Pelepasan tromboplastin di
paru
25
Koagulasi intravascular
depositLaju filtrasi
fibrin
di glomerulus
Vasokonstriksi
a. Preeklampsia Ringan
1) Pertambahan berat badan yang berlebihan
1) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
2) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHgdengan interval kenaikan 6 jam.
3) Proteinuria 0,3 gram/liter urin dalam 24 jam atau lebih dengan kuantitatif plus 1-
2 pada urine kateter atau urine aliran tengahyang diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam.
4) Tidak terjadi gangguan organ yang parah
b. Preeclampsia berat.
Apabila pada kehamilan . 20 minggu didapatkan satu atau lebih gejala/tanda
dibawah ini:
27
11) Adanya HEELP syndrome (hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet
count).
28
yang biasanya digunakan adalah mesin android, dan alat ini reliabel apabila
dipelihara dengan baik. Mesin ini perlu dikalibrasi untuk menjamin
keakuratannya. Ada banyak jenis alat otomatis yang tersedia, meskipun
sedikit sekali yang telah tervalidasi untuk digunakan selama kehamilan, dan
bahkan lebih sedikit lagi yang tervalidasi akurat untuk memprediksi
preeklampsia.
2) Ukuran menset. Selalu digunakan ukuran menset yang tepat. Kantong standr
(23 cm x 12 cm ) terlalu kecil untuk sedikitnya 25% ibu hamil. Menset yang
terlalu kecil dapat meningkatkan hasil pengukuran > 10 mm hg sehingga
terjadi overdiagnosis hipertensi. Menset yang terlalu tesar menimbulkan
pengaruh yang berlawanan (meskipun tidak besar), yakni menurut hasil
pengukuran < 5 mm hg (shennan dan shennan , 1996).
3) Posisi ibu. Pastikan ibu duduk dengan nyaman dan dengan posisi yang tepat :
skala air raksa sejajar dengan jantung. Jika menggunakan alat otomatis,
pastikan posisi ibu sesuai dengan instruksi yang diberikan pabrikan. Jangan
berbicara pada ibu dan larang ibu bicara selama pemeriksaan berlangsung.
4) Digit yang dipilih / digit yang dihindari. Pembuatan digit terakhir tekan darah
ke 0 terjadi pada lebih dari 80% pengukuran tekanan darah pada asyhan
anternal. Operator cenderung menghindari digit yang memerlukan tindakan,
mis, mereka mencatat tekanan diastolik 88, bukan 90.
5) Bunyi korotkoff. Selama pengukuran, kemkiskan menset pada kecepatan 2-3
mm/detik. Cara ini mencegah overdiagnosis hipertensi diastolik. Korotkoff 4
(bunyi yang berubah atau semakin sayup )tidak lagi direkomendasikan
karena adanya masalah reproduktibilitas. RCOG (2006) kini
mengrekomendasikan penggunaan korotkoff 5 (hilangnya suara ).
6) Pembacaan ganda. Pembacaan ini penting karena adanya variasi alami
tekanan darah (RCOG,2006).
b. Pemeriksaan urine
Selama pemeriksaan urine , dapat muncul perbedaan
interpretasi proteinuria. Hasil negatif palsu sering kali
muncul ketika kita menggunakan urinalis dipstik. Di
sejumlah unit, sebagai hasil negatif palsu ini
berkurang dengan penggunaan alat pembaca dipstick
29
otomatis. Netode ini relatif murah untuk membatasi bias operator. Tapi , secara
umum:
30
Perubahan umum pemeriksaan laboratorium pada preeklampsia
Normal PIH
Hemoglobin/Hemtokrit 12 sampai 16/37 Bisa meningkat
sampai 47
Trombosit Tidak berubah Tidak berubah
PT/PTT Tidak berubah Tidak berubah
Fibrinogen 150 sampai 400 300 sampai 600
Fibrin Split Product (FSP) Tidak ada Tidak ada
Nitrogen Urea Darah (BUN) 9 sampai 20 <10
Kreatinin 0,5 sampai 1,3 <1,0
Dehidrogenasi laktat (LDH) 84 sampai 220 Tidak berubah
Aspartat Aminotransferase 4 sampai 20 Tidak berubah
(SGOT)
Alanin Aminotransferase 3 sampai 21 Tidak berubah
(SGPT)
Protein 0 sampai 100 0 sampai 300
Klirens kreatinin 97 sampai 137 130 sampai 180
Sel burr/schistocytes Tidak ada Tidak ada
f. Uji fungsi hati. Preeklampsia dapat menyebabkan berbagai masalah penyakit pada
hati, misalnya, hemato subkapsuler, ruptur, dan infark hati.
g. Tinggi simfisis fundus (pengukuran akurat) dan atau pengkajian
ultrsonografipertumbuhan janin.
h. Kardiotokografi (CTG). Dapat memberi informasi tentng kesejahtraan janin, tapi
tidak dapat mempredeksi preeklampsia (RCOG, 2006).
i. Pengkajian volume cairan ketuban (indesk cairan ketuban atau AFI).
j. Analisis doppler arteri umbilikus.
31
5) Dorong periode istirahat tambahandan memerhatikan pembengkakan yang
signifikan atau gejala preeklamsi berat
6) Dorong ibu untuk makan diet normal (pembatasan garam harus dicegah)
7) Jangan memberikan antikonvulsan, antihipertensi, sedative, atau transqulizer
8) Jangan berikan diuretic. Diuretic berbahaya dan hanya diindikasikan untuk
preeklamsi yang disertai edema paru atau gagal jantung kongentif
9) Jika penatalaksanaan tindak lanjut seperti pada pasien rawat jalan tidak
memungkinkan, bawa ibu kerumah sakit
10) Jika tekanan darah diastolic menurun sampai tingkat normal atau kondisi ibu tetap
stabil, bawa ibu kembali ke rumah
11) Jika tekanan darah diastolic kembali meningkat, bawa kembali ibu ke rumah sakit
12) Jika tanda tanda preeklamsi ringan tidak dapat berubah, tetap rawat ibudi rumah
sakit. Lanjutkan penatalaksanaan yang sama dan pantau pertumbuhan janin
dengan mengukur ketinggian simfisis fundus
13) Jika kadar proteinmeningkat, tanganin seperti preeklamsi berat
Catatan: Tanda dan gejala preeklamsi tidak menghiangkan secara kesaluruhan
sampai kehamilan berakhir
32
2.9.2 Preeklamsi Berat
Preeklamsi berat dan eklamsia ditangani dengaan cara yang sama, dengan pengecualian
bahwa pelahiran harus dalam 12 jam awitan konvulsi pada eklamsi. Semua kasus
preeklamsi berat harus ditanani secara akitif. Tanda dan gejala “eklamsia yang segera
terjadi”( pendangan kabur, hipereffeksia) tidak dapat dipercaya dan penatalaksanaan
ibu hamil tidak direkomendasikan
33
(1) Tahan pemberian magnesium sulfat dan infuskan cairan iv (salin
normal atau laktat ringer) sebanyak 1 L per 8 jam
(2) Pantau timbulnya edema paru
e) Jangan pernah meninggalkan ibu sendiri. Konvulsi yang diikuti dengan
aspirasi muntahan dapat menyebabkan kematian ibu dan janin
f) Auskultasi basis paru setiap jam untuk mengetahui adanya rales yang
menunjukkan edema paru. Jika rales terdengar, tahan pemberian cairan
dan berikan furosemid 40 mg melalui IV satu kali
g) Kaji status pembekuan darah dengan menggunakan uji pembekuan darah
di sisi tempat tidur. Kegagalan darah untuk membeku selama 7 menit atau
bentuk bekuan darah lunak yang mudah pecah menunjukan koagulopati
Manajemen kejang eklamsi (sumber: Sofie, dkk, 2011. Obstetri
Emergensi)
34
2.9.3 Farmakoterapi
a. Antikonvulsi
Factor utama dalam terapi antikonvulsi adalah pemberian antikonvulsi yang
adekuat. Konvulsi paaibu yang dirawat di rumah sakit paling sering disebabkan oleh
terapi yang tidak adekuat. Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi konvulsi pada preeklamsi berat dan eklamsia.
35
Sebelum mengulangi pemberian obat, pastikan bahwa
36
b) Jika konvulsi tidak terkontrol dalam 10 menit, berikan tambahan diazepam 10
ng atau lebih, bergantung pada ukuran tubuh ibu dan respon klinisnya.
Siapkan bantuan ventilasi
b. Antihipertensi
Berikan antihipertensi jika tekanan darah diastolik 110 mmhg atau lebih. Tujuan
pemberian obat ini adalah mempertahankan tekanan diastolic antara 90 mmhg
sampai 100 mmhg guna mencegah hemoragig serebral. Hidralazin merupakan obat
pilihan
1) Berikan obat hidralazin 5 mmhg melalui iv secara perlahan setiap lima menit
sampai tekanan darah turun. Ulangi pemberian hidralazin setiap jam sesuai
kebutuhan atau berikan hidralazin 12,5 mg melalaui im setiap dua jam sesuai
kebutuhan
2) Jika hidralazin tidak tersedia, berikan labetotol atau nifedipin
3) Labetolol 10 mg melalaui iv
4) Jika respon pemberian labetolol tidak adekuat (tekanan darah tetep diatas 110
mmhg) setelah 10 menit, berikan 20 mg labetolol melalaui iv
5) Tingkakatan dosis menjadi 40 mg kemudian 80 mg jika respon tidak juga
memuaskan setelah 10 menit pemberian dosis tersebut
6) Nifendipin 5 mg di bawah lidah
7) Jika respon nifendipin tidak adekuat (tekanan darah tetap diatas 110 mmhg)
setelah 10 menit, berikan tambaha nifendipin sebanyak 5 ng dibawah lidah
Catatan:terdapat kekhawatiran mengenai kemungkian interaksi dengan
magnesium sulfat yang dapat menyebabkan hipotensi
c. Pengobatan obsterik
1) Belum inpartu a) amniotomi dan oxitosin drip (OD), secsio caesaria: syarat:
kontra indikasi oxytocin drip 12 jam OD belum masuk fase aktif.
2) Sudah impart: kala 1 fase aktif: 6 jam tidak masuk, fase aktif dilakukan SC, fase
laten : amniotomy saja, 6 jam kemudian pembukaan belum lengkap kemudia
lakukan SC ( bila perlu drip oxytocin). Kala II pada persalinan pervaginam,
dilakukan partus buatan vacuum Ekstraksi (VE)/ forceps Ekstraksi (FE).
3) Untuk kehamilan < 37 minggu, bila memungkinkan terminasi ditunda 2x 24 jam
untuk maturasi paru janin.
37
2.9.4 Perawatan konservatif
a. Preeklamsia ringan
1) Istirahat ditempat tidur
2) Beri diet rendah garam
3) Beri obat penenang (valium, fenobarbital)
4) Hindari pemberian diuretic dan antihipertensi
5) Pantau keadaan janin
b. Preeklamsi berat
Terdapat tanda-tanda preeklamsi berat (PEB) disertai koma dan atau kejang:
1) Rawat di ICU
2) Total bedrest dalam snipping posisition jika kesadaran menurun lateral
decucitus jika kesadaran compos mentis (CM)
3) Pada penderitaan koma yang lama berikan nutrisi per Naso Gastric Tube
(NGT)
4) Pasang sudip lidah jika terdapat kejang
5) oksigen kalau perlu
6) pasang folley catheter
7) perawatan decubitus pada penderita dengan kesadaran menurun
8) infuse dextrose/ Ringer Laktat maintenance drops
9) anti kejang
2.10 Komplikasi Preeklampsia
a. Sianosis
b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
c. Perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
38
d. Lidah tergigit
e. Pendarahan subkapsula hepar
f. Jatuh dan terjadi perlukaan dan fraktur
g. Gangguan fungsi ginjal
h. Perdarahan atau ablasio retina
i. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
j. Solusio plasenta
k. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
a. Asfiksia mendadak
b. Solusio plasenta
c. Persalinan premature
d. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
e. Kematian dalam uterus
f. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.11 Prognosis Preeklampsia
39
4) Infeksi (5%)
5) Kegagalan hepar (5%)
6) Lain-lain (5%)
c. Kematian bayi, yang disebabkan oleh:
1) Asfiksia intrauterine
2) Prematuritas
Berdasarkan criteria eden (criteria yang digunakan untuk menentuka prognosis
eklamsia), terjadi hal-hal berikut:
40
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Pada kilen dengan hypertensi, usia biasanya lanjut atau lebih dari 35 tahun
2) Anamnesa kesehatan keluarga terdiri dari penyakit diabetes mellitus,
haemophili keturunan kembar dan penyakit kronis. Pada klien hipertensi ditanya
pula apakah dari pihak keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi
3) Keluhan: sakit kepala, gangguan mata, nyeri perut atas, dan apakah sebelum
hamil atau sebelum usia kehamilan 20-21 minggu pernah menderita hipertensi,
palpitasi, mudah lelah, kaki bengkak, sukar tidur.
4) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
5) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
6) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan primigravida/multigravida,
nulipara,ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya, persalinan, nifas dan KB yang lalu,
apakah pernah disertai dengan hipertensi
7) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
8) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tekanan darah: pada usia kehamilan 20-30 minggu. Normalanya pada wanita
hamil dibagi menurut umur sebagai berikut:
a) 20 tahun : tekanan darah 120/80 mmhg
b) 20-30 tahun: tekanan darah 110/70 mmhg
2) Pada wanita hamil hipertensi kronis didapatkan tekanan darah > 140/90 mmhg
sebelum hamil atau sebel;um usia kehamilan usia 20-21 minggu.
41
3) Pernapasan: terjadi sesak napas bila terjadi komplikasi gagal ginjal dan payah
jantung.
4) Mengukur berat badan: berat badan pertambahannya sampai hamil genap bulan
lebih kurang 11-11,5 kg sehingga kenaikan rata-rata berat badan setiap minggu
0.5 kg. pada penderita hipertensi kronis yang mengarah kearah superimposed pre
eklamsi didapatkan kenaikan berat badan yang melebihi dari normal.
5) Mengukur lingkaran lengan: pengukuran tinggi badan dilakukan pada ibu yang
pertama kali dating. Tinggi badan tidak boleh ≤145 cm atas (LILA) normalnya
≥23,5 cm.
6) Tinggu fundus uteri (TFU). Hipertensi dalam kehamilan dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin (IUGR), sehingga uterus lebih kecil dari usia kehamilan
7) Detik jantung janin (DJJ). Pada hipertensi dapat terjadi asfiksia intra uteri sampai
dengan IUFD
8) Oedema: luasnya oedem dapat terjadi pada tungkai, jari tengah dan wajah.
Pola fungsi
1) Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan
atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
2) Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen
Gejala :
(a) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
(b) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil
janin di sebelah kanan.
(c) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
42
(d) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul
Auskultasi :
4) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
5) Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-
muntah
6) Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
7) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
9) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
10) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11) Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
43
Review of System
1) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari
14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes
mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
2) Sistem cardiovaskuler
(a) Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
(b) Palpasi : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan
TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan; Nadi :
biasanyanadi meningkat atau menurun; Leher : apakah ada bendungan atau
tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan
bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak
hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
(c) Auskultasi : :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin
melemah.
3) System reproduksi
(a) Dada : Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara.
(b) Genetalia : Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
(c) Abdomen : Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin,
lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
4) Sistem integument perkemihan
(a) Periksa Pitting oedem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat
gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi
ginjal menurun).
(b) Oliguria
(c) Proteinuria
5) Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
6) Sistem Pencernaan
44
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
Pengelompokan Data
1) Data Subyektif
45
q) aktivitas janin menurun
r) DJJ meningkat >160
c. Pemeriksaan penunjang
1) Ureum dan kreatinin: untuk mengetahui apakah terjadi komplikasipada ginjal
terutama fungsi ginjal (filtrasi glomerulus)
2) Hemoglobin atau hematokrit yang digunakan untuk memantau kemungkinan
hemokonsentrasi pada hipertensi gestesional
3) Hitung trombosit yang amat rendah terdapat pada sindrom HELLP (hemolysis,
elevated, liver enzyme and low platelet count).
4) Pemeriksaan enzim AST, ALT, LDH juga diperlukan
5) Urinalisis diperlukan untuk melihat proteinuria
6) Peningkatan asam urat diindikasikan sebagai adanya preeklamsi
7) Gula darah
8) Kultur urune
9) EKG
10) Thorak foto
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi injury, kejang (kejang berulang) b/d perubahan peredaran darah pada
otak, spasme arteriola otak.
2) Pola napas tidak efektif b/d peningkatan tekanan paru yang mengakibatkan edema
ditandai dengan sesak napas.
3) Gangguan pertukaran gas b/d edema paru ditandai dengan difusi terganggu
4) Nyeri b/d hipoksia jaringan otak ditandai dengan nyeri kepala
5) Gangguan perfusi cerebral b/d vasospasme vaskuler otak ditandai dengan pusing
6) Gangguan perfusi pada jaringan berhubungan dengan vasokontriksi, spasme,
edema
7) Gangguan persepsi sensori, penglihatan b/d spasme arteriola retina ditandai dengan
diplopia
8) Perubahan eliminasi urine b/d penurunan filtrasi glomerulus, ditandai oliguria dan
proteinuria
9) Kelebihan volume cairan b/d retensi garam dan air ditandai dengan edema
10) Kerusakan integritas kulit b/d pembentukan edema
46
11) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nyeri epigastrium yang ditandai
dengan anoreksia
12) Ansietas b/d kurang informasi terhadap perjalanan penyakit
13) Resiko tinggi injury pada janin b/d penurunan perfusi plasenta yang menyebabkan
hipoksia janin
3.3 Rencana Intervensi
Resiko tinggi injury, kejang (kejang berulang) b/d perubahan peredaran darah pada otak,
spasme arteriola otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi
kejang atau kejang tidak berulang
Kriteria Hasil :
Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
Hiperaktif tendon berkurang
Tidak ada tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda vital :
TD : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Rencana Intervensi Rasional
Monitor tekanan darah tiap 4 jam Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160
atau lebih merupakan indikasi dari PIH
Catat tingkat kesadaran pasien Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan
aliran darah otak
Kaji adanya tanda-tanda eklampsia Gejala tersebut merupakan manifestasi dari
(hiperaktif, reflek patella dalam, perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri yang mendahului status kejang
epigastrium dan oliguria)
Monitor adanya tanda-tanda dan Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang
gejala persalinan atau adanya akan memungkinkan terjadinya persalinan
kontraksi uterus
Kolaborasi dengan tim medis dalam Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah
pemberian anti hipertensi dan SM dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
47
Pola napas tidak efektif b/d peningkatan tekanan paru yang mengakibatkan edema
ditandai dengan sesak napas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x 24 jam pola napas
kembali efektif
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan tanda dan gejala sesak nafas berkurang
Tidak terlihat usaha napas
PCH (-)
Retraksi intercostae (-)
Penggunaan otot bantu napas (-)
RR pasien normal 16 - 24x/menit
Rencana Intervensi Rasional
a) Identifikasi faktor pencetus Tepat dalam memilih tindakan terapeutik
b) Awasi kesesuaian pola nafas Kesulitan nafas dan peningkatan tekanan jalan
nafas dapat memperburuk kondisi terjadinya
komplikasi
c) Auskultasi bunyi nafas, tandai Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi
daerah paru adanya bunyi / infeksi pernafasan
adventisius, misal: krekels,
mengi, ronchi
d) Berikan periode istirahat yang Menurunkan konsumsi O2.
cukup dientara waktu aktivitas
perawatan
e) Pertahankan perilaku tenang, Membantu pasien mengalami efek fisiologis
bantu pasien kontrol diri dengan hipoksia yang dapat di menifestasikan sebagai
nafas lambat atau dalam rasa takut
Kolaborasi :
a) Berikan tambahan O2 melalui Mempertahankan ventilasi/ oksige-nasi efektif
cara yang sesuai lewat masker, untuk mencegah/ mem-perbaiki krisis pernafasan
kanul
b) Berikan obat-obatan sesuai Mungkin diperlukan untuk meningkatkan /
indikasi seperti bronkodilator, mempertahankan jalan nafas
ekspektoran
48
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru ditandai dengan difusi terganggu
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, dalam waktu 1 x 24 jam gangguan pertukaran gas
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a) Keluhan pasien berkurang
b) Denyut dalam normal dan irama reguler
c) Kesadaran penuh
d) Gas darah dalam batas normal
pH :7,35-7,45
TCO2: 23-27 mmol/L
PCO2 :35-45 mmHg
BE : 0 ± 2 mEq/L
PO2 : 80-100 mmHg
saturasi O2: 95 % atau lebih
HCO3: 22-26 mEq/L
Rencana Intervensi Rasional
Kaji adanya kelainan pernapasan Kondisi ini baik yang ada sebelum atau selama
yang dapat mempengaruhi fungsi kehamilan, yang menurunkan atau mempengaruhi
paru, seperti asma atau tuberculosis. kapasitas pertukaran oksigen, mengganggu
Perhatikan frekuensi pernapasan pertukaran gas normal.
atau upaya ibu dan munculnya
bunyi napas
Pantau TD dan nadi Peningkatan TD dan nadi menandakan HAK;
penurunan TD dan peningkatan nadi dapat
menyertai hemoragi
Tingkatkan istirahat di tempat Posisi ini menurunkan upaya pernapasan dan
tidur/kursi pada posisi tegak atau meningkatkan konsumsi oksigen
semifowler bila upaya napas
menurun.
Tinjau ulang sumbet diet vitamin C, Ketidakadekuatan nutrisi mengakibatkan anemia
zat besi, dan protein. Diskusikan defisiensi zat besi dan dapat menimbulkan
49
kebutuhan kalori individu. masalah transport oksigen
Anjurkan ibu menghindari potensial Asidosis/ hipoksia maternal, dapat mengakibatkan
stressor yang dapat mencetuskan kelainan SSP. Krisis berulang cenderung
krisis sel sabit meningkatkan mortelitas/morbiditas klien dan
janin
Pantau pemeriksaan laboratorium Adanya reduksi pada kadar Hb atau volume
ibu sesuai indikasi (Hb, Ht, BUN, sirkulasi darah mengurangi persediaan oksigen
BGA) untuk jaringan ibu.
Berikan obat-obatan :
Teofilin Membantu dilatasi bronkial, namun efek :
takikardi pada ibu dan janin
Besi dekstran Pemberian parenteral mungkin perlu pada anemia
defisiensi zat besi berat untuk meningkatkan
kapasitas pembawa oksigen
Nyeri b/d hipoksia jaringan otak, kerusakan hati ditandai dengan nyeri kepala, nyeri
epigastric
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam skala nyeri
menurun atau nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
Laporan secara verbal bahwa nyeri kepala dan ulu hati berkurang.
Skala nyeri menurun.
Wajah Nampak lebih rileks.
Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri :
Tentukan karakteristik nyeri. Cari Nyeri kepala dan nyeri epigastrik biasanya timbul
perubahan dalam karakteristik nyeri dalam beberapa tingkatan, dapat juga
menunjukkan dari timbulnya komplikasidari
preeclampsia dan eklampsia
Berikan tindakan kenyamanan Tindakan nonanalgesik dengan sentuhan akan
meringankan ketidaknyamanan
50
Instruksikan dan membantu pasien Membantu mengontrol ketidaknyamanan yang
untuk istirahat dengan posisi ditimbulkan akibat nyeri
nyaman
Hindarkan stressor lingkungan pada Stressor lingkungan dapat menyebabkan pasien
klien lebih banyak berpikir atau tidak dapat istirahat
dengan nyaman dan menambah nyeri kepala
Ajarkan distraksi dan relaksasi Membuat pasien mandiri untuk mengontrol nyeri
nyeri
Kolaborasi :
Berikan analgesik sesuai indikasi Obat-obat ini digunakan menekan batuk
nonproduktif atau mereduksi mukus yang
berlebihan dan meningkatkan kenyamanan secara
umum.
Gangguan perfusi cerebral b/d vasospasme vaskuler otak ditandai dengan pusing
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam gangguan
perfusi cerebral teratasi
Kriteria Hasil :
Status mental (GCS) normal = CM
Pusing berkurang
Nyeri kepala menurun
Distensi JVP (-)
Rencana Intervensi Rasional
Observasi status mental Mengetahui dan memantau perubahan yang terjadi
untuk mengetahui derajat hipoksia otak
anjurkan klien berbaring setelah Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai
pemeriksaan perubahan tekanan intracranial dan hipoksia
Monitor tanda-tanda peningkatan Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus di
tekanan intrakranial selama laporkan ke dokter untuk intervensi awal.
perjalanan penyakit (nadilambat,
tekanan darah meningkat,
kesadaran menurun, nafas irregular,
51
reflex pupil menurun, kelemahan)
Monitor TTV dan neurologis tiap 5- Perubahan ini menandakan ada hipoksia otak
30menit. Catat dan laporkan segera berat
perubahan yang terjadi
Hindari posisi tungkai di tekuk atau Untuk mencegah peningkatan nyeri lebih lanjut
gerakan klien, anjurkan untuk tirah
baring.
Bantu seluruh aktifitas dan gerakan Untuk mencegah kemungkinan kejang tiba-tiba
klien. (eclampsia)
Waktu prosedur perawatan di Untuk mencegah eksitasi yang merangsang otak
sesuaikan dan di atur tepat waktu yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan
dengan periode relaksasi, hindari kejangan
rangsangan lingkungan yang tidak
perlu.
Beri penjelasan kepada keadaan Untuk mengurangi disorientasi dan untuk
lingkungan klien klasifikasi persepsi sensorik yang terganggu
Evaluasi selama masa Untuk merujuk ke rehabilitasi
penyembuhan terhadap gangguan
motorik, sensorik, intelektual
52
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
Auskultasi HR dan ritme, serta catat Mengetahui adanya kelainan jantung yang
suara BJ tambahan menyertai
Observasi warna dan temperatur Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan
kulit/membran mukosa tahanan perifer
Kaji kualitas peristaltic Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi
saluran cerna, serta dampak penurunan elektrolit
Kaji turgor kulit dan kelembaban Turgor kulit yang baik dan membran mukosa yang
membran mukosa lembab menunjukkan keadekuatan volume cairan
Catat perubahan edema ekstremitas Edema ekstremitas menunjukkan perfusi perifer
(berkurang atau tidak) daerah ektremitas (terutama ekstremitas bawah)
mengalami gangguan.
Anjurkan posisikan pasien miring Posisi ini meningkatkan perfusi ginjal/plasenta;
kiri jua merupakan posisi yang efektif untuk
mencegah sindrom hipotensi telentang
Pantau urine output Produksi urine < 600 ml/hari merupakan tanda-
tanda terjadinya syok
Gangguan persepsi sensori, penglihatan b/d spasme arteriola retina ditandai dengan
diplopia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x 24 jam gangguan
penglihatan teratasi
Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Rencana Intervensi Rasional
Orientasikan klien terhadap Untuk memperkenalkan pada klien tentang
lingkungan, serta ukur jarak lingkungan dan aktifitas sehingga dapat
pandang klien meningkatkan stimulus terhadap lingkungan
Tentukan ketajaman penglihatan, Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
Observasi tanda-tanda disorientasi. mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
53
Perhatikan tentang suram atau Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman
penglihatan kabur dan iritasi mata, setelah penggunaan tetes mata dilator
dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata.
Letakkan barang yang Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah
dibutuhkan/posisi bel pemanggil diterima dengan jelas.
dalam jangkauan/posisi yang tidak
jauh.
Perubahan eliminasi urine b/d penurunan filtrasi glomerulus, ditandai oliguria dan
proteinuria
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam perubahan
eliminasi urine teratasi
Kriteria Hasil :
Oliguria (-)
Urine out put 500-1500 cc/Hari
Proteinuria (-) atau berkurang
Rencana Intervensi Rasional
Awasi TTV. Kaji nadi perifer, Indikator keseimbangan cairan. Menunjukkan
turgor kulit, mukosa mulut dan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi pengganti
timbang tiap hari. cairan
Berikan informasi mengenai Mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal
perlunya masukan cairan 6 sampai adekuat, yang mengurangi natriumdiet untuk
8 gelas/hari, penurunan masukan 2- mempertahankan status isotonic.
3 jam sebelum beristirahat, dan
penggunaan garam, makanan dan
produk mengandung natrium dalam
jumlah sedang
Berikan informasi mengenai bahaya Kehilangan / pembatasan natrium dapat menekan
menggunakan diuretic dam regulator RAA dari kadar cairan sehingga dapat
penghilangan natrium dari diet terjadi dehidrasi / hypovolemia berat sehingga
memperberat keadaan pasien
54
Anjurkan posisi miring kiri sata Meningkatkan perfusi ginjal
tidur
Tes urin midstream untuk Melihat adanya indikasi spasme glomerulus
memeriksa albumin
Kelebihan volume cairan b/d retensi garam dan air ditandai dengan edema
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam, volume cairan
pasien seimbang
Kriteria Hasil :
Edema berkurang
Berat badan berkurang / tidak bertambah secara berlebihan
Pitting edema (-)
Rencana Intervensi Rasional
Patau berat badan secara teratur Mendeteksi penambahan berat badan berlebihan
dan retenci cairan yang tidak kelihatan.
Pantau lokasi/luasnya edema, Edema biasanya terjadi di ekstremitas bawah dan
masukan atau haluaran cairan juga di wajah yang menunjukkan peningkatan
retensi natrium dan air
Anjurkan meningkatkan ekstremitas Peninggian ekstremitas membantu mencegah
secara periodic selama beberapa penekanan arteria tau vena besar pada femur yang
hari sampai edema menghilang atau dapat menghalangi kembalinya cairan ke jantung
berkurang
Tes urin terhadap albumin secara Meengevaluasi masalah vaskuler berkenaan
periodic dengan spasme glomelurar dari ginjal yang
menurunkan resorpsi albumin
55
Tanda – tanda inflamasi (rubor, kalor, dolor, tumor dan functio laesa) tidak ada
Edema berkurang.
Rencana Intervensi Rasional
a) Observasi kulit setiap hari catat Menentukan garis dasar dimana perubahan pada
turgor sirkulasi dan sensori serta status dapat dibandingkan dan melakukan
perubahan lainnya yang terjadi. intervensi yang tepat
b) Gunakan pakaian tipis dan alat Menurunkan iritasi pada bagian yang mengalami
tenun yang lembut. edema dan tekanan dari baju, membiarkan insisi
terbuka terhadap udara meningkat proses
penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
c) Jaga kebersihan daerah di Untuk mencegah infeksi
sekitar pasien.
d) Kolaborasi dengan tim medis Untuk mencegah infeksi lebih lanjut
lain untuk segera mengatasi
edema
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nyeri epigastrium yang ditandai dengan
anoreksia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam kebutuhan
nutrisi pasien tercukupi
Kriteria Hasil :
Nafsu makan pasien bertambah
Nyeri epigastric berkurang
Berat badan pasien tetap atau bertambah (0,5-1 Kg)
Peristaltic usus meningkat (12-35x/menit)
Rencana Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus Bising usus mungkin berkurang / tidak
Beri makan sedikit dan sering, Hal ini dapat meningkatkan intake meskipun
termasuk makanan ringan atau nafsu makan mungkin kembali menurunan
makanan yang disukai pasien.
Kembangkan rencana dengan klien Mencegah malnutrisi dan dehidrasi, yang
mengenai pemberian nutrient yang membahayakan fungsi optimal uterus dan plasenta
56
diperlukan, termasuk cairan yang dan meningkatkan kepekaan uterus, yang dapat
adekuat. Anjurkan 2 quart cairan mencetuskan persalinan premature.
per hari
Tes urin untuk adanya keton Menandakan ketidakadekuatan penggunaan
glukosa dan pemecahan lemak untuk proses
metabpolisme
Buat rujukan yang perlu sesuai Memperhitungkan asupan ayng tepat terhadai ibu.
indikasi pada ahli gizi
Evaluasi status nutrisi secara umum Adanya kondisi kronis atau pembatasan dana
mengkontribusi terjadinya malnutrisi
57
Resiko tinggi injury pada janin b/d penurunan perfusi plasenta yang menyebabkan
hipoksia janin
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam injury pada
janin tidak terjadi, janin tidak mengalami gangguan yang berarti
Kriteria Hasil :
DJJ Normal: antara 120-160x/mnt
Gerakan janin masih terasa
Tidak terjadi fetal distress
Rencana Intervensi Rasional
Istirahatkan ibu. Dengan mengistirahatkan ibu diharapkan
metabolisme tubuh menurun dan peredaran
darah keplasenta menjadi adekuat, sehingga
kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi
Anjurkan ibu agar tidur miring ke Dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena
kiri. kava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus
yang membesar, sehingga aliran darah ke
plasenta menjadi lancar.
Jelaskan adanya tanda-tanda solutio Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
rahim tegang, aktifitas janin turun )
Kaji respon janin pada ibu yang Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin
diberi SM dan fungsi jantung serta aktifitas janin
Pantau tekanan darah ibu Dengan memantau tekanan darah ibu dapat
diketahui keadaan aliran darah ke plasenta
seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke
plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke
janin berkurang
Memantau bunyi jantung janin Dengan memantau bunyi jantung janin dapat
diketahui keadaan jantung janin lemah atau
menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta
berkurang, sehingga dapat direncanakan
tindakan selanjutnya.
58
Beri obat hipertensi setelah Dengan obat anti hipertensi akan menurunkan
kolaborasi dengan dokter tonus arterei dan menyebabkan penurunan
afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh
darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi
adekuat
3.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang telah
ditetapkan. Implementasi ini mencakup tindakan yang dilakukan, respon pasien dan
tanta tangan serta waktu tindakan dilakukan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada ibu hamil dengan mesalah kesehatan hipertensi dalam
kehamilan, preeklamsi dan eklamsi adalah didapatkannya hasil seperti:
59
60