Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS PADA NY.

S DENGAN DIANGOSA KEPERAWATAN


GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN
DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
PADA TANGGAL 26-31 OKTOBER 2020

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI RAMADHAN


NIM : P07120419065
TINGKAT/ SEMESTER : II-B/ III
PRODI : SARJANA TERAPAN

KEMENTRIAN KESEHATAN POLTEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROGAM PROFESI

TAHUN AJARAN 2020


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing akademik pada:

Hari/tanggal :
Tempat : Lingkungan masyarakat

Mengetahui,

Pembimbing akademik

(Muhamad Hasbi, M.Kep., Sp.Kep.Kom)


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

A. PENGERTIAN
1. Menurut Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut
pernah mengalaminya.
2. Menurut Wolf Weifsel Feurst (1972), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
ketegangan.
3. Menurut Keperawatan, nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapan pun individu mengatakannya.
4. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

B. ISTILAH DALAM NYERI


1. Nosiseptor adalah serabut saraf yang mentransmisikan nyeri.
2. Non-nosiseptor adalah serabut saraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri.
3. Sistem nosiseptif adalah sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi terhadap
nyeri.
4. Ambang nyeri  adalah stimulus yang paling kecil yang akan menimbulkan nyeri.
5. Toleransi nyeri adalah intensitas maksimum atau durasi nyeri yang dapat ditahan oleh
individu.

C. SIFAT-SIFAT NYERI
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
2. Nyeri bersifat subjektif dan individual.
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X dan lab darah.
4.  Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis,
tingkah laku, dan dari pernyataan klien.
5. Hanya pasien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.

4
6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
7. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya suatu kerusakan jaringan.
8. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
9. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri yang tidak
optimal.

D. SECARA RINGKAS SIFAT NYERI DAPAT DISIMPULKAN SEBAGAI


BERIKUT:
1. Nyeri bersifat individu
2. Nyeri tidak menyenangkan
3. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi
4. Bersifat tidak berkesudahan.

E. ETIOLOGI NYERI
1. Trauma psikologis
Keluhan yang berhubungan dengan psikologi
2. Gangguan sirkulasi
Terjadi penyempitan/penyumbatan pada saluran tubuh
3. Neoplasma
Jinak atau nyeri tidak ada ujung reseptor seperti tumor
4. Nyeri yang disebabkan oleh pembengkakan atau meregang syaraf dan pelepasan
mediator kimia
5. Mekanik (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk)
6. Thermis (panas dan dingin
7. Chemis (zat kimia bersifat asam dan basa serta iritasi dan korosif lainnya)
8. Elektris (listrik)
9. Peradangan (inflamasi)

F. PATOFISIOLOGI NYERI
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut sarafperifer. Serabut
nyeri memasuki medula spinalis dan menjalin salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu0 abu di medula spinalis. Terdapat tesan

5
nyeri dapat berinteraksi dengan inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks cerebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam
upaya mempersepsikan nyeri.
Semua kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi atau
stimulus listrik menyebabkan pelepaan substansi yang menghasilkan nyeri.
G. FISIOLOGIS NYERI
            Untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu mempelajari 3 komponen
fisiologi nyeri, antara lain:
a. Resepsi      : Proses perjalanan nyeri.
b. Persepsi     : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.
c. Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia ) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium ). Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri maka
akan timbul impuls saraf yang akan dibawa menghantarkan sensasi berupa sentuhan,
getaran, suhu hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di struktur permukaan.
H. FASE NYERI
Menurut Meinhart dan McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
1. Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini bukan merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar
tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam
fase ini sangat penting , terutama dalam memberikan informasi pada klien.
2. Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasa nyeri, karena nyeri itu bersifat subjektif, maka
tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri
juga akan berbeda antara satu orang dengan yang lain. Orang yang mempunyai
tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus
kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah
merasa nyeri dengn stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang toleransi

6
terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegahan nyeri, sebelum nyeri
datang. Keberadaan enkefalin dan endorphin membantu menjelaskan bagaimana
orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar
endorphin tiap individu, individu dengan endorphin tinggi sedikit merasakan nyeri
dan individu dengan sedikit endorphin merasakan nyeri lebih besar.
3. Fase akibat (aftermath)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

I. KLASIFIKASI NYERI
1. Berdasarkan sumbernya:
a. Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).Contoh: Terkena
ujung pisau atau tergunting
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada
cutaneus Contoh: Sprain sendi
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
ischemia, regangan jaringan.
2. Berdasarkan Penyebabnya
a. Fisik
Bisa terjadi karena stimulus, Contoh: fraktur femur
b. Psycogenik
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/ susah diidentifikasi, bersumber
dari emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari.Contoh: orang yang marah-
marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
3. Berdasarkan lama/ durasi

7
a. Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh mengalami cedera, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai
pemberi peringatan akan adanya cedera atau penyakit yang akan datang.
Nyeri ini kadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah
keadaan pulih pada area yang rusak.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi,
dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh
kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau
karena gangguan progresif lain. Nyeri ini dapat berlangsung terus sampai
kematian. Klien yang mengalami kronis akan mengalami periode remisi
(gejala hilang sebagian/ keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan
penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronis
yang tidak dapat diekspresikan membuat klien menjadi frustasi dan
seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalam
kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak tahu apa
yang akan dirasakan dari hari ke hari.
J. KARAKTERISTIK NYERI
    Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis
Nyeri akut Nyeri kronik
 Lamanya dalam hitungan menit  Lamanya dalam hitungan bulan (> 6
(lamanya 1 detik sampai kurang bulan).
dari 6 bulan).
 Ditandai dengan peningkatan BP,  Fungsi fisiologis bersifat normal.
nadi, dan respirasi.
 Respon pasien: fokus pada nyeri,  Tidak ada keluhan nyeri.
menyatakan nyeri dengan

8
menangis atau mengerang.
 4.   Tingkah laku menggosok  4.   Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon
bagian yang nyeri. terhadap nyeri.

4. Berdasarkan lokasi/ letak


a. Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh: cardiac
pain).
b. Reffered pain
Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab.
c. Intracable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna).
d. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (contoh: bagian
tubuh yang di amputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injury
medulla spinalis.

 Faktor yang mempengaruhi respon nyeri


a. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal
yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit
berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya
(contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).
c. Kultur

9
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka meresapon nyeri
(contoh: suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
dari kesalahannya sendiri).
d. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
e. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan
respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan
teknik untuk mengatasi nyeri
f. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas
g. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan saat ini
nyeri yang lama timbul kembali, maka ia akan lebih mudah mengatasi
nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman
di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
h. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam mengatasi
nyeri.
i. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
 Jenis Penyebab Nyeri
Jenis penyebab Dasar fisiologis
1.      Mekanik - Kerusakan jaringan, iritasi langsung
- Trauma jaringan (ex: operasi). pada reseptor nyeri, inflamasi.
- Perubahan jaringan - Penekanan pada reseptor nyeri

10
   (ex:edema). - Distensi pada lumen
- Penyumbatan pada saluran - Penekanan pada reseptor nyeri, iritasi
   tubuh. ujung saraf.
- Tumor. - Stimulasi pada reseptor nyeri.
- Spasme otot. - Kerusakan jaringan, perangsangan
2.      Termal pada reseptor nyeri.
Panas/ dingin (ex: combustio). - Perangsangan pada reseptor nyeri
3.      Kimia karena akumulasi asam laktat atau zat
- Iskemia jaringan karena kimia lain seperti asam laktat pada
   sumbatan arteri koroner. jaringan.
- Spasme otot. - Sekunder terhadap stimulasi mekanik
yang menyebabkan iskemia jaringan.

 Management Nyeri
1. Management Farmakologi, terdiri atas:
a. Analgesik non opioids ( Non Narkotik)
Termasuk nonsteroidal anti inflamatory drugs ( NSAIDS ), seperti: Aspirin,
acetaminophen, dan ibuprofen. Menurut American Pain Society, obat-obatan
ini bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan tingkat/ level
inflamasi.
b. Analgesik opioids ( Narkotika)
Analgesik opioids termasuk opium derivate, seperti morfin dan kodein. Obat-
obat ini bekerja dengan cara mengubah mood, perhatian, perasaan pasien
menjadi lebih baik, dan lebih nyaman walaupun terdapat nyeri
c. Analgesik adjuvant ( Sifat analgesik lemah)
Analgesik adjuvant adalah terapi pengobatan selain menggunakan analgesic,
tetapi dapat mengurangi tipe-tipe nyeri kronik. Contohnya Diazepam (Valium)
yang dapat menggunakan rasa nyeri pada saat terjadi spasme otot membantu
bisa tidur nyenyak.
2. Management non Farmakologi, terdiri atas:
a. Intervensi fisik
Tujuan dari intervensi fisik adalah:

11
 Membuat nyaman.
 Mengurangi disfungsi fisik.
 Menormalkan respon fisiologis.
 Mengurangi ketakutan.
b. Cutaneous Stimulation
Yang termasuk cutaneous stimulation:
 Pemijatan/massage
 Kompres panas/dingin
 Asupressure
 Contralateral Stimulation
c. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur
atau terjadi ketidakseimbangan otot. Splint ini harus diubah posisinya tiap 30
menit untuk mencegah terjadinya penyakit baru seperti dicubitus.
d. Tens
Transcutaneous electrice nerve stimulation (TENS) adalah noninvasive, teknik
control nyeri nonalgesic untuk klien dengan nyeri akut ataupun kronik.
e. Akupuntur
Akupuntur telah diterapkan di China dan mendapat perhatian tinggi dari
Amerika Utara. Biasanya digunakan untuk nyeri akut.
f. Placebo
Placebo adalah salah satu bentuk treatment seperti medikasi atau tindakan
keperawatan ya ng menghasilkan efek pada klien, bahwa tindakan yang
dilakukan atau yang diberikan perawat dapat menyembuhkan penyakit.
g. Distraksi
Contoh dari distraksi adalah pada saat klien dipindahkan dari ruang bedah
mungkin tidak merasakan nyeri saat melihat pertandingan sepak bola di
televisi, tapi nyeri akan dirasakan lagi pada saat pertandingan itu sudah selesai.
h. Hypnosis
Hypnosis digunakan untuk memfokuskan konsentrasi dan meminimalisir
distraksi.
i. Relaksasi

12
Macam-macam teknik relaksasi : meditasi, yoga, dan latihan relaksasi
progresif. Teknik ini tidak dilakukan pada pasien yang nyeri akut karena
ketidakmampuan berkonsentrasi. Latihan relaksasi progresif mencakup latihan
control nafas, kontraksi, dan relaksasi otot.

K. PENATALAKSANAAN NYERI
1. Farmakologi

Penatalaksanaan secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat (narkotik),


nonopiat/obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obatadjuvans atau
koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein.
Narkotik meredam nyeri dan memberikan perasaan euforia. Semua opiat
menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali diberikan,
tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat
juga menimbilkan mual, untah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta haru
digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan.
(Berman, et al. 2009).
Nonopiat (analgesik non narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin dan
ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer
pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di
daerah luka. (Berman, et al.2009).
Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain
penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain
melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai contoh,
dapat membantu mengurangi spasme otot yang menyakitkan, kecemasan, stress,
dan ketegangan sehingga klien dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk
mengatasi depresi dan gangguan alam penasaran yang mendasarinya, tetapi dapat
juga menguatkan strategi nyeri lainnya. (Berman, et al.2009).
2. Non Farmakologi
a. Stimulasi dan masase kutaneus

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering


dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik

13
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti reseptor nyeri
tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol deenden. Masase dapat
membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi otot (Smeltzer
dan Bare, 2002).
b. Terapi es dan panas

Terapi es daoat menurunkan prostaglandin yang memperkuat


sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun
panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk
menghidari cedera kulit.
c. Distraksi

Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat


menjadi strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang
kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri
akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi
diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol
desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan
ke otak.
d. Teknik relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan


merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang
dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode
relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri

14
FORMAT LAPORAN KASUS PRAKTIK KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

Nama Mahasiswa : SRI RAMADHAN


NIM : P07120419065
Ruang :-
No. Register :-
Tanggal MRS : - Jam: -
Tanggal Pengkajian : Senin, 26 Oktober 2020 Jam: 08.00

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Bima/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Belum Kawin
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Bima
Alamat : Desa Rasabou Kec. Sape Kab. Bima
B. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Ny. K
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempun
Suku/Bangsa : Bima/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bima
Alamat : Desa Rasabou Kec. Sape Kab. Bima
Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung

15
C. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama:
Nyeri perut
2. Keluhan saat dikaji:
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah pada saat menstruasi hari pertama
sampai ketiga
3. Upaya yang telah dilakukan:
Klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat pereda nyeri
4. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengatakan sebelumnya klien merasakan nyeri perut bagian bawah pada
saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, skala nyeri 8 dan nyeri terus
menerus, merasa lemas, kurang nafsu makan dan tidak bisa tidur karena nyeri
yang dirasakan. Setelah dilakukan pemeriksaan TTV pada tanggal 26 Oktober
2020 didapatkan hasil TD: 90/60 mmHg, Suhu: 37,1 oC, N: 82x/menit, RR:
20x/menit.
5. Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien mengatakan sebelumnya pernah merasakan nyeri yang berlebihan seperti
ini
6. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Buatkan Genogram jika ada anggota keluarga
memiliki riwayat penyakit keturunan dan atau menular)
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami nyeri perut yang
berlebihan saat menstruasi
7. Keadaan Kesehatan Lingkungan:
Klien mengatakan lingkungannya cukup bersih dan rumahnya selalu disapu
setiap harinya
8. Riwayat Kesehatan Lainnya :
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu kesehatan dan tidak memiliki
alergi

D. RIWAYAT BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
a. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat :

Sebelum sakit: Klien mengatakan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun,

menggosok gigi saat mandi

Saat sakit : Klien mengatakan mandi tetap 2 kali sehari menggunakan

sabun dan tetap menggosok gigi saat mandi

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme :


Sebelum sakit: Klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi satu piring.

16
Jenis makanan nasi, sayur, ikan dan minum 7-8 gelas sehari
Saat sakit : Klien mengatakan makan 1-2x sehari dengan porsi makanan ½
piring, minum 4-5 gelas sehari
c. Pola Eliminasi:
Sebelum sakit: Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, berwarna kuning,
konsistensi lembek, BAK 4-5 kali sehari berwarna kuning jernih
Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit klien belum pernah BAB dan
BAK 3-4 kali dalam sehari dan urin bercampur darah menstruasi
d. Pola tidur dan Istirahat :
Sebelum sakit: Klien mengatakan tidur 6-7 jam sehari dari pukul 22.00-05.00
WITA, klien jarang tidur siang
Saat sakit : Klien mengatakan selama sakit tidur hanya 3-4 jam karena
nyeri perut, kalau siang tidak tidur
e. Pola Aktivitas dan latihan :
Sebelum sakit: Klien mengatakan saat di rumah klien membantu ibunya
melakukan pekerjaan rumah, terkadang duduk-duduk dengan keluarganya
Saat sakit : Klien mengatakan jarang beraktivitas karena nyeri perut, dan
jika melakukan aktivitas nyeri yang dirasakan akan bertambah
f. Pola Hubungan dan Peran :
Sebelum sakit: Klien mengatakan berperan sebagai anak dan memiliki
hubungan yang baik dengan keluarganya
Saat sakit : klien mengatakan tidak bisa menjalankan perannya seperti
biasa karena sakit
g. Pola Sensori dan Kognitif :
Sebelum sakit: Klien mengatakan pendengaran dan penglihatan yang baik
Saat sakit : Klien mengatakan pendengaran dan penglihatan yang baik
h. Pola Persepsi Dan Konsep Diri :
Sebelum sakit: Klien mengatakan memiliki persepsi mengenai kebersihan dan
hidup sehat
Saat sakit : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan mengonsumsi obat
pereda nyeri saat menstruasi
i. Pola Seksual dan Reproduksi :

17
Sebelum sakit: Klien mengatakan tidak ada masalah pada organ
reproduksinya
Saat sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah pada organ
reproduksinya
j. Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping :
Sebelum sakit: Klien mengatakan jika merasa nyeri saat menstruasi klien
memberitahu keluarganya
Saat sakit : klien mengatakan selalu memberitahu keluhan yang dirasakan
kepada keluarganya
k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan :
Sebelum sakit: Klien mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu dan
berdoa setelah sholat
Saat sakit : Klien mengatakan jika nyerinya terasa sangat sakit, maka klien
tidak bisa melakukan sholat 5 waktu

E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Lemah GCS: E: 4 V: 5 M: 6
2. Tanda-tanda vital Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Suhu : 37,10C Antropometri:
Nadi : 82X/menit. TB: 155 cm
Respirasi : 20X/menit BB: 46 Kg (sebelum dan saat sakit)
IMT: 19 LILA : 24 cm
3. Body Systems (Untuk Gadar)
a. Pernafasan (B 1 : Breathing):
Pola nafas teratur, jenis nirmal, suara nafas vesikuler, tidak terdapat sesak
nafas
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding) :
Irama jantung reguler, tidak terdapat nyeri dada, akral hangat, nadi
82x/menit
c. Persyarafan (B 3 : Brain) :
GCS
G: 4
V: 5
M: 6

18
Kesadaran: Compos mentis
d. Perkemihan-Eliminasi Urin (B.4 : Bladder) :
Frekuensi urin 500 cc/24 jam dengan warna kuning bercampur darah haid
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel) :
Tidak pernah BAB selama sakit
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone) :
Kekuatan otot 4 4 turgor kulit baik
4 4
g. Sistem Endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, ekskresi urin tidak ada polidipso dan
poliphagi serta tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut
4. Pemeriksaan Fisik (dari kepala s.d kaki) :
a. KEPALA
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata,
rambut tampak hitam
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
b. MATA
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
c. HIDUNG
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
d. MULUT
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sianosis
Palpasi : Tidak ada pembengkakan
Perkusi :-
Auskultasi :-
e. TELINGA
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret dan pendarahan

19
Palpasi : Tidak ada pembengkakan
Perkusi :-
Auskultasi :-
f. RAMBUT :
Inspeksi : Penyebaran rambut merata dan tampak hitam
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi :-
g. WAJAH
Inspeksi : Tidak ada lesi, tampak meringis
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada udem, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
h. LEHER
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret dan tidak ada
pembesaran vena jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi :
i. DADA
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada pembesaran massa
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi :

j. PERUT
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tampak datar
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi : Bising usus 22x/menit
k. INTEGUMEN

20
Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, kulit tidak
elastis
Palpasi : Akral hangat
Perkusi :-
Auskultasi :-
l. EKSTREMITAS
Atas
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
Bawah
Inspeksi : Simetris, bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
m. GENETALIA
Inspeksi : Tidak ada penggunaan kateter
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-

F. DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG (TGL/BLN/THN)


1. Laboratoriun : -

2. Rontgen : -

3. USG : -

4. ECG : -

21
5. CT-SCAN: -

G. TERAPI (TGL/BLN/THN): -
No Nama Obat Dosis Rute Kegunaan Obat

H. DIET: -

Tanda Tangan Mahasiswa

( SRI RAMADHAN )

22
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S No. RM :-
Umur : 25 tahun Ruangan :-

A. ANALISA DATA

DATA PENUNJANG
NO ETIOLOGI PROBLEM
(SYMPTOM)
1 S : Prostagladin Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri
haid
 Klien mengatakan nyeri Miometrium terangsang
haid di bagian perut
bagian bawah
 Klien mengatakan skala Kontraksi uterus
nyeri menunjukkan skala
nyeri 8
 Klien mengatakan nyeri Nyeri akut
sering dan terus-menerus
O:
 Wajah tampak menahan
nyeri haid
 TD= 90/60 mmHg
 Suhu= 37,1oC
 RR= 20x/menit
 N=82x/menit

2 S : Dismenoria Ansietas
 Klien mengatakan merasa
gelisah terhadap keadaan
haid yang dialami Kurang pengetahuan
O:
 TD= 90/60mmHg
 S= 37,1oC
 RR= 20x/menit
 N=82x/menit
 Tampak pucat
 Klien sering bertanya
tentang nyeri haid yang
dialami

23
B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditanda dengan klien

mengatakan nyeri haid di bagian bawah perut, skala nyei 8, nyeri terus-

menerus, wajah tampak menahan nyeri

2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan klien

merasa gelisah terhadap keadaan haid yang dialami, tampak pucat, klien

sering bertanya tentang nyeri haid yang dialami

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S No. RM :-


Umur : 25 tahun Ruangan :-

A. Prioritas Masalah
1. Nyeri akut

2. Ansietas

B. Intervensi Keperawatan

NO HARI/ DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL KEP
JAM
1. Selasa 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Beri lingkungan 1. Untuk
/27 keperawatan selama 2x24 tenang dan mengurangi
Oktob jam diharapkan klien kurangi stress
er mampu, dengan kriteria rangsangan penuh 2. Untuk
2020/ hasil: stress mengurangi
08.00 1. Skala nyeri 3 2. Ajarkan strategi rasa nyeri
2. Klien tampak rileks relaksasi 3. Memudahka
3. Klien merasa (misalnya nafas n
nyaman setelah berirama lambat, mekanisme
nyeri berkurang nafas dalam) koping
4. Tanda-tanda vital 3. Evaluasi dan 4. Dapat
dalam rentang dukung menghilang
normal mekanisme kan nyeri
koping px 5. Untuk
4. Berikan kompres mengetahui
hangat kondisi
5. Lakukan nyeri yang

24
pengkajian nyeri dialami
secara 6. Untuk
komprehensif memantau
6. Observasi tanda- kondisi
tanda vital 2x24 klien
jam
2. Selasa 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan 1. Untuk
/27 keperawatan selama 2x24 pasien/orang mengurangi
Oktob jam diharapkan klien terdekat dalam kecemasan
er mampu, dengan kriteria rencana klien
2020/ hasil: keperawatan 2. Untuk
08.00 1. Klien menyatakan 2. Berikan membantu
kesadaran ansietas lingkungan klien agar
2. Pasien tenang dan merasa
menunjukkan istrahat nyaman
relaksasi 3. Bantu pasien 3. Untuk
3. Klien untuk memudahka
menunjukkan mengidentifikasi/ n
perilaku untuk memerlukan memecahka
menangani stress perilaku koping n masalah
yang digunakan 4. Untuk
pada masa lalu memudahka
4. Bantu pasien n
belajar mekanisme
mekanisme koping
koping baru,
misalnya teknik
mengatasi stress

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. S No. RM :-
Umur : 25 tahun Ruangan :-

HARI/ JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON HASIL PARAF


TGL
Selasa 09.0 1 1. Beri lingkungan tenang 1. Klien mengatakan
, 27 0- dan kurangi rangsangan sudah merasa
Oktob 11.5 penuh stress nyaman
er 0 2. Ajarkan strategi relaksasi 2. Klien megatakan
2020 (misalnya nafas berirama nyerinya berkurang
lambat, nafas dalam) 3. Klien mengatakan
3. Evaluasi dan dukung telah merasa aman
mekanisme koping px 4. Klien mengatakan
4. Berikan kompres hangat nyerinya telah
5. Lakukan pengkajian berkurang

25
nyeri secara 5. Klien mengatakan
komprehensif nyeri pada skala 3
6. Observasi tanda-tanda 6. TTV klien:
vital 2x24 jam TD= 120/70 mmHg
S=37,1oC
RR= 82x/menit
N= 20x/menit

Selasa 09.0 2 1. Libatkan klien/orang 1. Klien mengatakan


, 27 0- terdekat dalam rencana merasa aman selama
Oktob 11.5 keperawatan tindakan
er 0 2. Berikan lingkungan 2. Klien mengatakan
2020 tenang dan istrahat merasa nyaman
3. Bantu klien untuk 3. Klien mengtakan
mengidentifikasi/memerl sudah mengerti
ukan perilaku koping mekanisme koping
yang digunakan pada 4. Klien mengatakan
masa lalu stressnya berkurang
4. Bantu klien belajar
mekanisme koping baru,
misalnya teknik
mengatasi stress

V. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S No. RM :


Umur : 25 tahun Ruangan :

TANGGAL JAM DX EVALUASI PARAF


Jumat, 28 08.00 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi
Oktober
2020 O : Wajah klien tampak ceria
TD= 120/70 mmHg
S=37,1oC
RR= 82x/menit
N= 20x/menit

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

I:-

26
Jumat, 28 08.00 2 S : Klien mengatakan sudah merasa tenang
Oktober
2020 O : Wajah klien tampak bugae dan konjungtiva
merah muda

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

Mahasiswa

(SRI RAMADHAN)

27

Anda mungkin juga menyukai