Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KEPERAWATAN NYERI PADA TN. S

DI INSTALASI DIALISIS

RUMAH SAKIT WAVA HUSADA

Oleh :
EMILIYA DWI ARISMA
NIM : 2230015

PROGRAM KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2023
LAMPIRAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan masalah Keperawatan Nyeri
di RS WAVA HUSADA, yang dilakukan Oleh:
Nama : Emiliya Dwi Arisma
NIM : 2230015
Prodi : PROFESI NERS
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Program Keperawatan
Pendidikan Profesi Ners yang dilaksanakan pada tanggal 06 - 23 Maret 2023 yang telah
disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Kepanjen,
Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (...........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya
diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
dirusak, dan menyebabkan individu tersebut beraksi untuk menghilangkan rasa rangsangan.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala/lingkungan, hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan/mengevaluasi nyeri yang dialaminya.
Menurut (Sa’diyah, 2015) nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri merupakan fenomena


subjektif, dimana setiap orang akan mengalami reaksi yang berbeda-beda untuk
menunjukkan adanya masalah atau ketidaknyamanan.

2. Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri berdasarkan sifatnya

a) Incidental Pain: yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang

b) Steady pain: yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama

c) Paroxymal Pain: yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
nyeri tersebut menetap kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang kemudian
lagi timbul lagi.

2. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan

a) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari kurang 3
bulan.
b) Nyeri Kronis

Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan


dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang
berlangsung lebih dari 3 bulan.
3. Nyeri Berdasarkan Tempatnya

a) Pheripenal Pain
Mrupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri
inintermasuk nyeri pada kulit dan permukan kulit.
b) Deep Pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
(nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral.
c) Reffered Pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di
daerah yang berbeda bukan dari daerah asalnya.
d) Central Pain
Merupakan nyeri yang didahului atai disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf pusat

3. Etiologi
Faktor -faktor yang mempengaruhi nyeri

a. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak , dan lain-lain.

b. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien
sadari adanya nyeri
c. Toleransi Nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan intensitas nyeri
dimana individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya
d. Ambang Nyeri
Ambang nyeri adalah intensitas rangsangan terkecil yang akan menimbulkan
rangsangan nyeri, suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta
berespons terhadap nyeri.
e. Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembap meningkatkan intensitas nyeri individu
f. Usia
Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi nyeri
g. Kebudayaan
Norma / aturan dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang dan
berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
h. Kepercayaan
Ada keyakinan yang memandang bahwa nyeri merupakan suatu penyucian atau
pembersihan dan hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan.
i. Kecemasan dan Stress
Keadaan individu yang cemas dan stress dapat menghambat keluarnya endokrin yang
berfungsi menurunkan presepsi nyeri.

Ada juga fakto-faktor lain seperti:

a. Mekanis
1) Trauma jaringan tubuh → Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada
reseptor nyeri, peradangan
2) Perubahan dalam jaringan → oedem yang merangsang reseptor nyeri
3) Sumbatan pada saluran tubuh → distensi lumen saluran
4) Kejang otot → Rangsangan pada reseptor nyeri
5) Tumor → iritasi pada ujung – ujung saraf

b. Thermis
1) Panas/dingin yang berlebihan

c. Kimia
1) Iskemia jaringan
2) Kejang otot Sekunder
4. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri diantaranya
yaitu usi, jenis kelamin, etnis, budaya
a. Usia
Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibansingkan
pada lansia. Cara menafsirkan nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah
normal dari proses penuaan. Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor
penting dalam pemberian obat. Perubahan metabolik pada orang yang lebih
tua mempengaruhi respon terhadap analgesik opioid.
b. Jenis kelamin
Longan dan Rose (20004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 1001
pasien untuk mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan
perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon nyeri
lebih baik dari laki-laki
c. Etnis
Bahwa orang kulit hitam memiliki level nyeri yang lebih tinggi untuk migrain,
nyeri pasca operasi, nyeri myofasial, dan nyeri kronik non kanker. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor etnik memiliki hubungan langsung terhadao aspek
sensivitas nyeri dan pelaporanya
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunya hubungan negatif dengan persepsi nyeri,
semakin rendah pendidikan menyebabkan peningkatan intensitas nyeri dan
disabilitas akibat nyeri. Hal tersebut berhubungan dengan strategi coping,
yaitu konsekuensi masing-masing individu untuk menilai suatu keadaan
e. Budaya
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa
nyeri adalah akibat yang harus ditemui karena mereka melakukan kesalahan
jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri
5. Patofisologi Nyeri
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan
tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory

neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat 


edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik,
 proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai
nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat
ke substantia gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord  ke otak melalui
spinothalamic tracts  thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk
reticular formation, limbic system, dan somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri  individu
mulai menyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid  menghalangi /menghambat
transmisi nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek
menghilangkannyeri
5. Pathway

Trauma jaringan infeksi

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri

Merangsang nosiseptor (reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A serabut tipe C

Medula Spinalis

Sistem aktivasi retikular Sistem aktivasi retikular Area grisea peraikueduktus

Talamus Hipotalamus dan sistem Talamus


limbik

Otak (korteks somato


sensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri Akut/Nyeri Kronis


6. Manifestasi Klinis Nyeri
Menurut Tim Pokja DPP PPNI (2016), tanda dan gejala pada masalah nyeri
antara lain :
1) Nyeri akut
a. Tanda dan gejala mayor
- Mengeluh nyeri
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
b. Tanda dan gejala minor
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
2) Nyeri kronis
a. Tanda dan gejala mayor
- Mengeluh nyeri
- Merasa depresi (tertekan)
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
b. Merasa takut mengalami cedera berulang
- Bersikap protektif (mis. Posisi yang menghindari nyeri)
- Waspada
- Pola tidur berubah
- Anoreksia
- Fokus menyempit
- Berfokus pada diri sendiri
7. Penatalaksanaan Nyeri
a. Penatalaksanaan keperawatan
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
- Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
- Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
- Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang
yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
- Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf
perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang
dihasilkan luka.
8. Pemeriksaan Penunjang Nyeri
- Pemeriksaan dengan skala nyeri
- Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
- Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
- Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
- CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
- EKG
- MRI
B. Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
 Riwayat kesehatan keluarga
 Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas,
dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri. Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat
menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau
laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala :
ada yang membentur.
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri. Untuk mengetahui lokasi nyeri,
perawat meminta utnuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak
nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih spesifik,
perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik
yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi
(nyeri menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat atau
melibatkan segmen terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri. Karakteristik paling
subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah ini berbeda
bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga
sulit untuk dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri. Perawat
mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan
rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama
nyeri yang dirasakan? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu
yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
 Macam skala nyeri
1) Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya
rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan
pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini ,
dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan
keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang
sangat hebat.

Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
2) Visual Analog Scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.

Visual Analog Scale (VAS)


Tidak ada Sangat
rasa nyeri Nyeri

3) Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk
"mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak
usia 3 (tiga) tahun.
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu,
rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan,
atau suara napas tambahan
2. Diagnosa keperawatan
SDKI : Nyeri Akut (D.0077)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Absen, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
SDKI : Nyeri Kronis (D.0078)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan
Penyebab :
1. Kondisi muskuloskeletal kronis
2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Infiltrasi tumor
5. Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor
6. Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIC, virus varicella-zoster)
7. Gangguan fungsi metabolik
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks masaa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
13. Riwayat penggunaan obat/zat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
2. Merasa deprei (tertekan)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif
1. Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 a) Nyeri akut Tingkat Nyeri (I.008006) Manajemen Nyeri (I.08238)
b) Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat 3. Identifikasi nyeri non verbal
2. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Meringis menurun meringankan nyeri
4. Sikap protektif menurun Terapeutik
5. Gelisah menurun 1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi
6. Kesulitan tidur menurun rasa nyeri (mis. Terapi musik, kompres air
7. Menarik diri menurun hangat/dingin, terapi bermain, dll)
8. Frekuensi nadi membaik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
9. Pola napas membaik 3. Fasilitasi istirahat tidur
10. Tekanan darah membaik Kolaborasi
11. Nafsu makan membaik 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
12. Pola tidur membaik 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi msalah kesehatan klien (Nursalam,
2008).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi dan
implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor keadaan
pasien selama pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi intervensi
(Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. (2015). Pemeriksaan Fisik pada Pasien dengan Kebutuhan Nutrisi. Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Ternate. 243–256.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sa’diyah, I. (2015). LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


NYERI. Kesehatan, 7(1), 37–72.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/54817
3090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil wars_12

Anda mungkin juga menyukai