Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan

Nyeri

Disusun oleh :
Eka Mutiara Marfu’ah
C2017031
RSUD KARANGANYAR

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
Nyeri adalah sensasi yang sangat personal yang tidak dapat dibagi dengan
orang lain.nyeri dapat memuhi pikiran seseorang, mengarahkan semua aktivitas, dan
mengubah kehidupan seseorang. Namun nyeri adalah konsep yang sangat sulit untuk
di komunikasikan oleh seorang klien (Kozier, 2011).
Menurut International Association of the Study of Pain (IASP), nyeri adalah
rasa inderawi dan pengalaman yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang nyata atau potensial rusak atau tergambar seperti itu. Nyeri adalah
keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam
berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Awaludin, 2007)

B. Karakteristik
Karakteristik nyeri secara umum dibag menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot .
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan, biasanya
berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan.

Berdasarkan tempat , nyeri dibagi menjadi lima yaitu :


a) Pariefal pain yang terdiri dari nyeri bagian permukaan, dalam dan alihan
(bukan pada sumber nyerinya)
b) Central pain : nyeri yang diakibatkan perangsangan sistem saraf pusat dan
batang otak
c) Phsyeogenic pain : nyeri yang terjadi akibat faktor psikologis..
d) Radiating pain : nyeri yang terjadi dan meuas ke jaringan sekitar
e) Panthompain : nyeri pada bagian tubuh yang sudah tidak ada lagi, seperti
akibat amputasi

Berdasarkan sifatnya nyeri di bagi menjadi empat, yaitu :


a) Insidentil : nyeri yang terjadi dan mengjilang secara tiba tiba
b) Steady : nyeri yang menetap dan terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama
c) Paroxysmal : nyeri dengan intensitas tinggi dan rasa sskit yang kuat dan
menyiksa.
d) Intractable pain : nyeri yang resisten dengan obat.
Berdasarkan berat ringannya, nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Nyeri ringan : nyeri dengan taraf dan intensitas ringan
b) Nyeri sedang : nyeri dengan taraf dan intensitas sedang
c) Nyeri berat : nyeri dengan taraf dan intensitas berat
(Corwin,2009)

C. Faktor faktor yang mempengaruhi


Faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya persepsi nyeri, usia, jenis
kelamin, faktor sosiobudaya, pengalaman masa lalu (Black & Hawks, 2014 dalam
Mulyanto dkk, 2014; Potter & Perry, 2010 ; Lusianah dkk, 2012).
1. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan persepsi individu menerima dan
menginterpretasikan nyeri berdasarkan pengalaman masing-masing. Nyeri
yang dirasakan tiap individu berbeda-beda. Persepsi nyeri dipengaruhi
oleh toleransi individu terhadap nyeri.
2. Faktor sosiobudaya
Faktor sosiobudaya merupakan faktor penting dalam respons individu
terhadap nyeri. Respon terhadap nyeri cenderung merefleksikan moral dan
budaya masing-masing.
3. Usia
Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Individu yang
berumur lebih tua mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio
lemak tubuh terhadap masa otot lebih besar dibanding individu berusia
lebih muda, sehingga analgesik dosis kecil mungkin cukup untuk
menghilangkan nyeri.
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat menjadikan faktor yang dapat mempengaruhi respon
nyeri. Pada dasarnya pria lebih jarang melaporkan nyeri dibandingkan
wanita.
5. Pengalaman masa lalu
Pengalaman sebelumnya mengenai nyeri mempengaruhi persepsi akan
nyeri yang dialami saat ini. Individu yang memiliki pengalaman negatif
dengan nyeri pada masa kanak-kanak dapat memiliki kesulitan untuk
mengelola nyeri.
6. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dengan kecemasan bersifat kompleks. Kecemasan
terkadang meningkatkan persepsi terhadap nyeri, tetapi nyeri juga
menyebabkan perasaan cemas. Dalam teorinya melaporkan bahwa
stimulus nyeri yang mengaktivasi bagian dari sistem limbic dipercaya
dapat mengontrol emosi, terutama kecemasan. Sistem limbik memproses
reaksi emosional terhadap nyeri, apakah dirasa mengganggu atau berusaha
untuk mengurangi nyeri.
7. Suku bangsa
Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap budaya mempengaruhi bagaimana
seseorang individu mengatasi rasa sakitnya. Individu belajar tentang apa
yang diharapkan dan diterima oleh budayanya, termasuk bagaimana reaksi
terhadap nyeri. Beberapa budaya percaya bahwa menunjukan rasa sakit
adalah suatu hal yang wajar. Sementara budaya yang lain lebih cenderung
untuk tertutup. Ada perbedaan makna dan perilaku yang berhubungan
dengan nyeri antara beragam kelompok budaya. Suatu pemahaman yang
baik tentang makna nyeri berdasarkan budaya seseorang akan membantu
perawat dalam membuat rencana asuhan keperawatan yang lebih relevan
untuk nyeri yang dialami.
8. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi
nyeri yang dirasakan, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan
dengan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk
menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing
(guided imagery), dan masase. Dengan 13 memfokuskan perhatian dan
kosentrasi klien terhadap stimulus lain, kesadaran mereka akan adanya
nyeri menjadi menurun.
9. Kelemahan (fatigue)
Kelemahan akan meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri dan
dapat menurunkan kemampuan untuk mengatasi suatu masalah. Apabila
kelemahan terjadi disepanjang waktu istirahat, persepsi terhadap nyeri
akan lebih besar.
10. Teknik koping
Teknik koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi
nyeri. Seseorang yang memiliki koping yang baik mereka dapat
mengontrol rasa nyeri yang dirasakan. Tetapi sebaliknya, jika seseorang
yang memiliki koping yang buruk mereka akan merasa bahwa orang
lainlah yang akan bertanggung jawab terhadap nyeri yang dialaminya.
Konsep inilah yang dapat diaplikasikan dalam penggunaan analgesik yang
dikontrol pasien (patient-controlled analgesia/PCA).
11. Keluarga dan dukungan sosial
Seseorang yang merasakan nyeri terkadang bergantung kepada anggota
keluarga yang lain atau teman dekat untuk memberikan dukungan,
bantuan, atau perlindungan. Walaupun rasa nyeri masih terasa, tetapi
kehadiran keluarga ataupun teman terkadang dapat membuat pengalaman
nyeri yang menyebabkan stress sedikit berkurang. Kehadiran orang tua
sangat penting bagi anak-anak yang mengalami nyeri.
D. Tahapan – tahapan
Proses terjadinya nyeri terdiri dari 4 fase:
1. Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimul) dirubah menjadi
suati aktifitas listrik yang akan diterima ujung – ujung saraf. Stimuli ini dapat
berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (subtansi nyeri)
2. Transmisi
Merupakan proses penyampaian impils nyeri dari nosiseptor saraf perifer
melewati kornudorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang
akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke
pasca sinaps melewati neurotransmitter.

3. Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sitem saraf, dapat meningkatkan atau
mengurangi penerusan impils nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia
endogen yang melibatkan bermacam – macam neurotansmiter antara lain
endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini
bermula dariare periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre
maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor
perifer medula spinalis atau suprasipinalis.
4. Persepsi
Adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima.
Rekonstruksi merupakan hasi interaksi sistem saraf sensorik, informasi kognitif
(korteks serebri) dan pengalaman emosiaonal (hipokampus dan amigdala).
Persespsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. (Mubarok,2008)

Skala nyeri menurut hayward


1 : tidak nyeri
2 : Nyeri ringan
3: nyeri sedang
4: sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol dengan aktifitas biasa
5: sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

E. Masalah/gangguan yang timbul


1. Nyeri dada : rasa nyeri/sakit pada bagian dada
2. Nyeri abdomen L rassa nyeri pada bagian abdomen
3. Insomnia (susah tidur)
4. Pikiran tidak terarah
5. Pengeluaran cairan pada jalan lahir
6. Gelisah, imobilisassi, ketegangan otot (Hidayat Aziz,2008)
Etiologi :
Agen Cidera
Biologis : penyebab nyerikarena kerusakan fungsi organ/jaringan tubuh
Fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik
Zat kimia : penyebab nyeri karena bahan/zat kimia
Psikologis : penyebab nyeri yang bersifat psikogenik seperti traumatic.

F. Pengkajian pada kebutuhan dasar manusia


Pengkajian nyeri yang akurat untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena
nyeri
merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing –
masing individu. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien
2. Observasi langsung padda respons perilaku dan fisiologis klien

Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan cara Mneminic :

P Provoking atau pemicu yaitu faktor pemicu timbulnya pasien


Q Quality atau kualitas nyeri, yaitu seperti apa nyeri tersebut (tajam,
tumpul atau tersayat)
R Region atau daerah perjalanan nyeri
S Severity atau keparahan ., yaitu inntesitas nyeri
T Time atau waktu, yaitu lama / waktu serangan/frekuensi nyeri.

Riwayat nyeri secara umum, pengkajiannya meliputi:


1. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukan
rasa nyerinya, bisa dengan bantuan gambar tubuh. Klien bisa menandai bagian
tubuh yanbg mengalami nyeri.

2. Intesitas Nyeri
Penggunaan skala intesitan nyeri adalah metodeyang mudah dan terpercaya
untuk menentukan intensitas nyeri pasien.

3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri biasa seperti dipukul pukul atau ditusuk – tusuk

4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu mulai nyeri, durasi dan kekambuhan atau interval
nyeri (apakah nyeri berulang dari kapan nyeri terakhir muncul)

5. Faktor presipitasi
Faktor pemicu muculnya nyeri, contoh : aktivitas fisik yang beratbdapat
menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang
sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan emosional juga dapat
memicu munculnya nyeri.
G. Diagnosa
Menurut Nanda 2015, diagnose keperawatan untuk klien dengan nyeri yaitu :
1. Nyeri Akut
Batasan Karakteristik
1. Perubahan selera makan
2. Perubahan tekanan darah
3. Mengekspresikan perilaku(misal : gelisah, merengek, menangis)
4. Sikap melindngi rasa nyeri
5. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

Faktor yang berhubungan

Agen cidera (misal: biologis, fisik,psikologis, zat kimia)

Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut
berkurang.

Kriteria Hasil :

S (Spesifik) = sasaran harus jelas, sulit mengambil Langkah – Langkah praktik


bila tuuan tidak jelas

M (Measurable) = sasaran harus terukur

A (Attainable) = tujuan ada perkembangan dalam kurun waktu terentu

R (Ralistik) = tujuan dapat dicapai berdasarkan kondisi saat ini

T (Time) = tuuan akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Intervensi keperawatan

1. Lakukan pengkajian nyeri secara kooperatif termasuk lokasi, karaakteristik,


luas frekuensi, kualitas
2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi trapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Pantau pasien dan keluarga untuk melanjutkan dukungan
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan teknik farmakologi

2. Nyeri kronis
Batasan karakteristik
1. Anoreksia
2. Perubahan kemampuan untuk menurunkan aktifitas sebelumnya
3. Atrofi kelompok otot yang terlibat
4. Perubahan pola tidur
5. Perilaku melindungi
6. Intabilitas
7. Gelisah
8. Perilaku interaksi dengan orang lain
9. Perubahan berat badan

Faktor yang berhubungan

1. Ketunadayaan fisik kronis


2. Ketunadayaan psikososial kronis

Tujuan dan kriteria hasil

1. Tidak ada gangguan tidur


2. Tidak ada gangguan konsentrasi
3. Tidak ada gangguan interpersonal
4. Tidak ada hubungan ekspresi menahan diri dan ungkapan secara verbal

Intervensi keperawatan

1. Monitor kepuasan klien terhadap manajemne nyeri


2. Tingkatkaan istirahat dan tidur klien
3. Jelaskan pada klien penyebab nyeri
4. Lakukan teknik non faramalogi
Daftar pustaka

Asmadi.2018. tekhnik prosedural Keperawatan : konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.


Jakarta Salemba Medika.

Herlman, T. Heater.2012. NANDA international Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Muhammad. Wahit qb al dkk. 2007. Buku ajar kebutuhab dasar manusia. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai