NYERI
TUGAS
Oleh
Putri Daratama
1490120071
1) Proses transduksi
Transduksi nyeri adalah rangsang nyeri (noksius) diubah menjadi
depolarisasi membran reseptor yag kemudian menjadi impuls saraf
resepto nyeri. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan fisik
(tekanan), suhu (panas), atau kimia.
2) Proses Transmisi
Transmisi adalah proses penerusan impuls nyeri dari nosiseptor saraf
perifer melewati kornu dorsalis menuju korteks serebri. Saraf
sensoris perifer yang melanjutkan rangsang keterminal dimedula
spinalis disebut neuron aferen primer. menghubungan jaringan saraf
yang naik dari medula spinalis kebatang otak dan talamus disebut
neuron penerima kedua. Neuron yang menghubungkan dari talamus
ke korteks serebri disebut neuron peenerima ketiga.
3) Proses Modulasi
Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem
analgesi endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan impuls nyeri
yang masuk ke kornu posterior medua spinalis. Sistem analgesi
endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan noradrenalin
memiliki efek yang dapatmenekan impuls nyeri pada kornu posterior
medula spinalis. Proses medulasi ini dapat dihambat oleh golongan
opioid.
4) Proses persepsi
Proses persepsi merupakan hasil ahir proses interaksi yang kompleks
dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan
modulasi yang pada giliranya menghasilkan suatu perasaan yang
subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. (Giri Wiarto,2017)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
McCaffery dan Pasero (1999) dalam Prasetyo (2010) menyatakan
bahwa hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang
nyeri yang ia rasakan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi individu terhadap nyeri. Faktor-faktor tersebut
antara lain
a. Usia
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan
prosedur yang dilakuan perawat yang menyebabkan nyeri. Sebab,
mereka beum dapat mengucapan kata-kata untuk mengungkapkan
secara verbal dan mengekspesikan nyeri kepada orang tua atau
petugas kesehatan. Pada sebagian anak, terkadang segan untu
mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami disebabkan
mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka trima
nantinya. Pada pasien lansia, seorang perawat harus melakukan
pengkajian secara lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan
adanya nyeri. (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis
kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian
nyeri (Gil,1990 dalam Potter & Pery, 2006).
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan memengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan
apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo dan Flaskerud, 1991
dalam Poter & Perry, 2006).
d. Makna Nyeri
Makna seseorag yang dikaitkan dengan nyeri memengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
individu tersebut. Apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya, seorang
wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda
degan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat edera karena
pukulan pasanganya. Derajat dan kualitas nyeri akan dipersepsikan
klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Pery, 2006).
e. Perhatian
Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatianya pada nyeri
dapat memengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya
pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun (Gill, 1990 dalam Potter & Pery,2006).
f. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Paice (1991) dikutip dari
Potter & Pery (2006), melaporkan suatu bukti bahwa stimulus
nyeri mengaktifkan bagian sistem limbic yang diyakini
mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas.
g. Keletihan
Keletihan/ kelelahan yang dirasakanseseorang akan menigkatkan
persepsi nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan sensasi nyeri
semakin insentif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila
keletihan disertai sulit tidur, persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih berkurang setelah individu
mengalami suatu periode tidur yang lelap (Potter & Pery, 2006).
6
h. Pengalaman Sebelumnya
Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian
episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang
berat maka ansietas atau bahkan rasa takut dapat muncul.
Sebaliknya, apabila indivu mengalami nyeri dengan jenis yang
sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan
berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut
untuk menginterpretasikan sensasi nyeri akibtnya, klien akan lebih
siap untuk meakuan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan nyeri (Potter & Pery, 2005).
i. Gaya Koping
Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian
maupun keseluruhan/ total. Pasien sering kali menemukan
berbagai cara untuk mengembankan koping terhadap efek fisik dan
psikologis nyeri. Penting untuk memaham sumber-sumber koping
pasien selama ini mengalami nyeri. Sumber-sumber seperti
berkomunikasi dengan keluarga pendukung melakua latihan, atau
menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan
dalam upaya mendukung pasien da mengurangi nyeri sampai
tingkat tertentu (Potter & Pery, 2006).
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor lain yang bermakna memengaruhi respon nyeri ialah
kehadiran orang-orang terdekat pasien da bagaimana sikap mereka
terhadap pasien. Individu yang mengalami nyeri sering kali
bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun
nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai pasien
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada
keluarga atau teman, sering kali pengalaman nyeri membuat pasien
semakin tertekan. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-
anak yang sedang mengalami nyeri (Potter & Pery, 2006).
7
Frekuensi jantung
meningkat
8
Tekanan darah
meningkat
Dilatasi pupil
meningkat
sarap ferifer. Nyeri ini lebih sulit diobati pasien akan mengalami
nyeri seperti terbakar.
c. Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Superficial atau Kutaneus
Nyeri superficial adalah nyeri yang disebabkan stimulusi kulit.
Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi.
Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh tertusuk
jarum suntik.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ
internal. Karakteristik nyeri bersifat difus dan dapat menyebar
kebeberapa arah. Durasinya bervariasi tetapi biasanya berlangsung
lebih lama dari nyeri superficial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul,
tergantung organ yang terlibat.Contoh sensasi pukul (crushing)
seperti angina pectoris
3) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat
awal cedera kebagian tubuh yang lain. Karakteristik nyeri terasa
seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanang bagian
tubuh. Nyeri dapat menjadi interminten atau konstan. Contoh nyeri
punggung bagian bawah akibat diskus intravertebral yang ruptur
disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf
skiatik. (Andarmoyo, 2017)
5. Pengukuran Skala Nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah
nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran skala nyeri sangat subjektif
dan
10
sampai angka 10 (nyeri berat). Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7
= nyeri sedang 7 – 10 = nyeri berat.
6. Pengkajian
Pengkajian Lengkap
a) Data Biografi
Meliputi:
1. Identitas pasien yaitu nama,umur, jenis kelamin, agama,
suku atau bangsa, status perkwinan, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggalmasuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
catatan kedatangan
2. Keluaga terdekat yang dapat dihubugi yaitu nama, umur,
jenis keamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, sumber
informasi, beserta nomor telepon.
b) Riwayat kesehatan atau perawatan
Meliputi:
1. Keluha utama / alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien
mengeluh nyeri pada saat miksi, pasien juga sering
mengeluh sering BAK berulang-ulang (anyang-anyangan),
terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak, kalau mau miksi harus
menunggu lama, harus mengedan, kencing terputus-putus.
12
Tanda:
Demam
6. Seksualitas
Gejala:
Riwayat pekerjaan
Lamanya istirahat
Aktivitas sehari-hari
Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
Pengaruh penyakit terhadap istirahat
9. Hygiene
Penampilan umum
Aktivitas sehari-hari
Kebersihan tubuh
Frekwensi mandi
10. Integritas ego
Frekwensi pernapasan
Bentuk dada
Auskultasi
13. Interaksi Sosial
Status perkawinan
3) Pengalaman Nyeri
4) Ekspresi Nyeri
5) Karakteristik Nyeri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurka teknik
\ nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu