Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI AKUT

1. Pengertian Nyeri Akut


Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya sangat
subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa
nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan nyeri sebagai
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenagkan
yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
perasaan takut dan mual (Judha, 2012).

2. Penyebab Nyeri Akut


Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :
a. Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan
nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan
orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun,
hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri
yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan
yang akan diakibatkan.
b. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk
memisahkan suatu sensasi. Paice (1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus
nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang,
khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri,
yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna
dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman
tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang
asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).
d. Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak
dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang
masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
e. Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul,
cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula,larutan salin
normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini
hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam
sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri,
2006).

3. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa
pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry,
2005).
b. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus
naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya
adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-
lain (Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati
(Andarmoyo, 2013).
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari
nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai
sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya
tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat
menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan
berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul
(crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus
lambung.
3) Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh
yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada
infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu
empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke
bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang
kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi
interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
iritasi saraf skiatik.

4. Patofisiologi Nyeri
- Nyeri diawali dgn kerusakan jaringan (tissue damage), dimna jaringan tbh yg cedera
melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters), (histamine dan
bradykinin) sbg vasodilator yg kuat -> edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi
pelepasan prostaglandins.
- Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, ->
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor
dihantarkan melalui serabut saraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia
gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord -> ke otak melalui spinothalamic tracts ->
thalamus dan pusat-pusat yg lbh tinggi termsk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
- Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri -> individu mulai
menyadari nyeri.
- Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid -> menghalangi /menghambat transmisi
nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.

5. Pengkajian Keperawatan Nyeri

Anda mungkin juga menyukai