Anda di halaman 1dari 36

Konsep Nyeri

(Pain Concept)
MADYO M., MNS
Definisi nyeri

Secara umum nyeri adl rasa tdk nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri didefinisikan sbg suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang dan
eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2007).

Nyeri adl pengalaman sensori nyeri dan emosional yg tdk


menyenangkan yg berkaitan dg kerusakan jaringan aktual dan potensial
yg tdk menyenagkan yg terlokalisasi pd bagian tubuh ataupun sering
disebut dg istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual
(Judha, 2012).
PENYEBAB NYERI
1. Trauma
a) Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b) Thermis
Nyeri timbul krn ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin, misal karena api dan air.
c) Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa
kuat.
d) Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma.
a) Jinak (Maligna)
b) Ganas (Benigna)
3. Peradangan
Nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor
akibat adanya peradangan atau terjepit oleh
pembengkakan. Misalnya: abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh
darah.
5. Trauma psikologis
Klasifikasi Nyeri
(Berdasarkan Durasi Nyeri)

 Nyeri akut
Adl: nyeri yg tjd stlh cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki proses yg cepat dg intensitas yg bervariasi (ringan
sampai berat), dan berlangsung utk waktu yg singkat (Andarmoyo,
2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan
menghilang tanpa pengobatan stlh area yg rusak pulih kembali
(Prasetyo, 2010).
 Nyeri kronik
Adl: nyeri konstan yg intermiten yg menetap sepanjang suatu priode
waktu, Nyeri ini berlangsung lama dg intensitas yg bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam
Potter &Perry, 2005).
Klasifikasi Nyeri
(Berdasarkan Asal Nyeri)
1. Nyeri Nosiseptif
Merupakan nyeri yg diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yg merupakan respetor khusus yg mengantarkan
stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dpt tjd
krn adanya stimulus yg mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan
ikat, dll (Andarmoyo, 2013).
2. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas
yg di dpt pd struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih
sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
Klasifikasi Nyeri
(Berdasarkan Lokasi Nyeri)
1. Supervicial (Cutaneus)
Adl: nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri
berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai
sensasi yg tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
2. Viseral Dalam
Adl: nyeri yg tjd akibat stimulasi organ-organ internal (Potter
dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan
dpt menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tdk
menyenangkan dan berkaitan dg mual dan gejala-gejala otonom.
ex: sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi
terbakar seperti pada ulkus lambung.
3. Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dlm nyeri viseral karna
banyak organ tdk memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dpt
terasa di bagian tubuh yg terpisah dari sumber nyeri dan dpt terasa
dgn berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,
2013)
4. Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yg meluas dr tempat awal
cedera ke bagian tubuh yg lain (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke
bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh.
Teori- Teori Nyeri

1. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)


Teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor
nyeri yg spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri
diotak (Andarmoyo, 2013).
Teori ini tdk menunjukkan karakteristik multidimensi dr nyeri, teori
ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis
tanpa melihat variasi dr efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).
Teori ini menyatakan bahwa intensitas nyeri berhubungan langsung
dengan jumlah kerusakan jaringan. Sebagai contoh nyeri akibat luka
tusukan jarum lebih minimal dibandingkan dengan luka tangan
terpotong yang menyebabkan jumlah kerusakan jaringan yang lebih
luas dan nyeri yang lebih hebat
Teori- Teori Nyeri Cont..

2. Teori Pola (Pattern theory)


Teori ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh bbg reseptor
sensori yg di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini
merupakan akibat dari stimulasi reseptor yg menghasilkan pola dr
implus saraf (Andarmoyo, 2013).
Pd sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini
bertujuan utk menimbulkan rangsangan yg kuat yg mengakibatkan
berkembangnya gaung secara terus menerus pd spinal cord shg
saraf trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yg mana rangsangan dg
intensitas rendah dpt mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983
dalam Andarmoyo, 2013).
Teori- Teori Nyeri Cont..

3. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)


Nyeri neuropatik merupakan Nyeri hasil suatu cedera atau
abnormalitas yg di dpt pd struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri
ini lebih sulit diobati(Andarmoyo, 2013).
Atau adanya mekanisme seperti gerbang di area dorsal horn pada
spinal cord. Serabut saraf kecil (reseptor nyeri)’Small Nerve Fibers’
dan serabut saraf besar (reseptor normal) ’Large Nerve Fibers’
bermuara di sel proyeksi “Projection Cell” yang membentuk jalur
spinothalamic menuju pusat saraf tertinggi (otak), dan sinyal dapat
diperlemah atau diperkuat oleh inhibitory interneurons.
Theory Gate Control
Gerbang terbuka oleh:

 Faktor fisik : Cidera jatuh, tersayat, dll)


 Faktor Emosional : Cemas dan Depresi
 Faktor Perilaku : sikap dengan adanya cidera, dan konsentrasi
terhadap sakit/ nyeri 
 2. Gerbang tertutup oleh :
Faktor fisik : Pemberian analgesik, tindakan yang meransang
somatosensori
 Faktor Emosional : “good mood” suasana hati yang baik
 Faktor Perilaku : Kosentasi kepada hal lain selain nyeri (anak-anak
perhatiannya dapat lebih mudah teralihkan dari rasa sakit dengan
bermain)
Teori- Teori Nyeri Cont..

4. Endogenous Opiat Theory


Teori ini mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet yang
terjadi selama alami didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine
(Andarmoyo, 2013).
Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yg diinterpretasikan sebagai
nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmitter
maupun neoromodulator yg menghambat trasmisi dari pesan nyeri
(Andarmoyo, 2013).
RESPON PASIEN
TERHADAP NYERI
1. Respon perilaku
a. Vokal: merintih, menangis, menjerit, bicara terengah-engah dan
menggerutu
b. Ekspresi wajah: meringis, merapatkan gigi, mengerutkan dahi,
menutup rapat atau membuka lebar mata atau mulut, menggigit bibir
dan rahang tertutup rapat
c. Gerakan tubuh: kegelisahan, immobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan pergerakan tangan dan jari, melindungi bagian tubuh
d. Interaksi sosial: menghindari percakapan, hy berfokus utk aktivitas
penurunan nyeri, menghindari kontak sosial, berkurangnya perhatian.
2. Respon yang dimanifestasikan oleh otot dan kelenjar otonom.
 Nausea
 Muntah
 Stasis lambung
 Penurunan motilitas usus
 Peningkatan sekresi usus
 Gangguan aktivitas ginjal.
Manajemen Nyeri

1. Non-Farmakologi
Distraksi
adalah teknis memfokuskan perhatian ps pd sesuatu selain pd nyeri
(Brunner & Suddarth, 199
Keefektifan distraksi tergantung pd kemampuan ps utk menerima dan
membangkitkan input sensori selain nyeri (Brunner & Suddarth, 1996).
6).
Teknik Distraksi
(1) Penglihatan: membaca, melihat pemendangan dan
gambar, menonton TV
(2) Pendengaran: mendengarkan musik, suara burung,
gemercik air
(3) Taktil kinestik: memegang orang tercinta, binatang
peliharaan atau mainan, pernafasan yang berirama
(4) Projek: permainan yang menarik, puzzle, kartu, menulis
cerita, mengisi teka-teki silang.
Manajemen Nyeri Cont..

2. Farmakologi
Farmakologis Modalitas analgetik paska pembedahan termasuk
didalamnya analgesik oral parenteral, blok saraf perifer, blok
neuroaksial dengan anestesi lokal dan opioid intraspinal Pemilihan
teknik analgesia secara umum berdasarkan tiga hal yaitu pasien,
prosedur dan pelaksanaannya. .
Faktor yg mempengaruhi nyeri
a. Usia
 Menurut Potter & Perry (1993) usia adl variabel penting yg
mempengaruhi nyeri terutama pd anak dan orang dewasa.
Perbedaan perkembangan yg ditemukan antara kedua
kelompok umur ini dpt mempengaruhi bagaimana anak dan
orang dewasa bereaksi thd nyeri

b. Jenis Kelamin
 Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tdk
mempunyai perbedaan scr signifikan mengenai respon
mereka thd nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin
merupakan faktor yg berdiri sendiri dlm ekspresi nyeri.
C. Budaya
 Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yg diharapkan dan apa
yg diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi thd nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).

D. Ansietas
 Meskipun pd umumnya diyakini bahwa ansietas akan
meningkatkan nyeri, mungkin tdk seluruhnya benar dlm semua
keadaaan. Riset tdk memperlihatkan suatu hubungan yg konsisten
antara ansietas dan nyeri juga tdk memperlihatkan bahwa pelatihan
pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat
pascaoperatif.
e. Pengalaman masa lalu dg nyeri
 Seringkali individu yg lebih berpengalaman dg nyeri yg
dialaminya, makin takut individu tersebut thd peristiwa
menyakitkan yg akan diakibatkan.

f. Efek plasebo
 Efek plasebo tjd ketika seseorang berespon thd pengobatan
atau tindakan lain krn sesuatu harapan bahwa pengobatan
tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau
tindakan saja sdh merupakan efek positif.
g. Keluarga dan Support Sosial
 Faktor lain yg juga mempengaruhi respon thd nyeri adl
kehadiran dr orang terdekat. Orang-orang yg sedang dlm
keadaan nyeri sering bergantung pd keluarga utk
mensupport

h. Pola koping
 Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan
di rumah sakit adalah hal yg sangat tak tertahankan. Secara
terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tdk mampu utk
mengontrol lingkungan termasuk nyeri.
C. SIFAT-SIFAT NYERI
 Nyeri melelahkan dan membutuhkan byk energi.
 Nyeri bersifat subyektif dan individual
 Nyeri tak dpt dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
 Perawat hy dpt mengkaji nyeri ps dg melihat perubahan fisiologis
tingkah laku dan dr pernyataan klien.
 Hanya klien yg mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa
rasanya.
 Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
 Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.
 Nyeri mengawali ketidakmampuan
 Persepsi yg salah ttg nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tdk
optimal
FISIOLOGI NYERI :
 Transduksi
Proses stimulus noksius aktivitas elektrik reseptor terkait. Transmisi tiga
komponen saraf (saraf sensorik perifer yg meneruskan impuls ke medulla spinalis,
kemudian jaringan saraf yg meneruskan impuls yg menuju ke atas (ascendens),
dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal
balik antara thalamus dan cortex.
 Modulasi
Aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah
diteruskan di sistem saran pusat yg secara selektif menghambat transmisi nyeri di
medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress/obat analgetika seperti morfin.
 Persepsi
Proses impuls nyeri yg ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dr
nyeri sama sekali blm jelas. bahkan struktur otak yg menimbulkan persepsi
tersebut juga tdk jelas. Sangat disayangkan krn nyeri scr mendasar merupakan
pengalaman subyektif sehingga tdk terhindarkan keterbatasan utk memahaminya
(Dewanto).
Pengkajian Nyeri

 Nyeri tdk dpt diukur scr objektif misalnya dg X-Ray atau tes darah.
Namun tipe nyeri yg muncul dpt diramalkan berdasarkan tanda dan
gejalanya. Kadang-kadang perawat hanya bisa mengkaji nyeri dg
bertumpu pd ucapan dan perilaku klien karena hy klien yg
mengetahui nyeri yg dialaminya. Oleh sebab itu perawat harus
mempercayai bahwa nyeri tersebut memang ada.
 Gambaran skala dari berat nyeri merupakan makna yg lebih objektif
yg dpt diukur.
 Gambaran skala nyeri tdk hanya berguna dlm mengkaji beratnya
nyeri, tetapi juga dlm mengevaluasi perubahan kondisi klien (Potter
& Perry, 1993).
Menurut Wong & Whaley’s (1996) banyak
metode utk menilai nyeri, salah satu yg umum
yaitu: QUESTT

 (1) Question the children (bertanya pada anak)


 (2) Use pain rating scale (menggunakan skala nyeri)
 (3) Evaluate behaviour (evaluasi tingkah laku)
 (4) Secure parent’s involvement (mengikut sertakan orangtua)
 (5) Take cause of pain into account (mencari penyebab nyeri)
 (6) Take action (mengambil tindakan)
Jika Pada Anak
1. Bertanya pada anak :
minta anak untuk menunjukkan lokasi nyeri dg menandai atau menunjuk
pd dirinya atau boneka. Waspada kalau anak menolak atau tdk memberi
tahu ttg nyerinya.
2. Menggunakan skala nyeri:
(1) pilih skala nyeri yg sesuai dg umur dan kemampuan anak, (2)
gunakan skala nyeri yg sama pd anak utk mencegah terjadinya
kebingungan pd anak, (3) ajari anak utk menggunakan skala nyeri,
sebelum nyeri dtg, (4) saat pengenalan skala nyeri, jelaskan bahwa hal
hal ini adl cara bg anak dan orangtua utk memberitahukan perawat kalau
anak sdg dlm keadaan sakit.
3. Evaluasi perilaku dan perubahan fisiologik:
(1) ekspresi wajah adalah indikator nyeri yang paling tampak
(2) perubahan fisiologik seperti peningkatan denyut jantung,
peningkatan tekanan darah ,penurunan saturasi oksigen, dilatasi
pupil, wajah memerah, mual
(3) perubahan psikologis dan perilaku mungkin mengindikasikan
emosi lain dari pada nyeri
(4) observasi perilaku spesifik seperti menarik telinga, berbaring
dengan satu kaki fleksi
(5) waspadalah bila anak yang sedang tidur mengalami nyeri
(6) observasi koping anak selama nyeri.
 4. Mengikutsertakan orangtua:
(1) tanya pada orang tentang perilaku anak saat nyeri, (2) libatkan
orangtua untuk mengkaji nyeri, karena orangtualah yang selalu
merawat anak, (3) lengkapi informasi tentang nyeri.
 5. Mencari penyebab nyeri
Karena prosedur mungkin akan memberikan petunjuk untuk
menduga intensitas dan tipe nyeri.

 6. Mengambil tindakan
Alasan perawat dalam mengkaji nyeri adalah agar dapat mengurangi
nyeri baik dengan obat-obatan atau cara non-farmakologik.
Pengukuran skala nyeri pada
anak
 Intensitas nyeri (skala nyeri) adl gambaran ttg seberapa parah nyeri
dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sgt subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dlm alam intensitas yg sama
dirasakan sgt berbeda oleh dua org yg berbeda (Tamsuri, 2007)
1. Face Pain Rating Scale

 Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri utk anak usia
pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan Face
Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah
yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yg menangis utk
“nyeri berat”.
2. Word Grapic Rating Scale

 Menggunakan deskripsi kata utk menggambarkan intensitas nyeri,


biasanya dipakai untuk anak 4-17 tahun (Testler & Other, 1993; Van Cleve
& Savendra, 1993 dikutip dari Wong & Whaleys, 1996).

0 ....................1.................... 2 ...................3..................... 4..................5


Tidak nyeri Ringan Sedang Cukup Sangat nyeri Nyeri hebat
3. Skala Intensitas Nyeri Numerik
PENGKAJIAN NYERI

 P: Provoking (Pemicu nyeri)


 Q: Quality (Kualitas Nyeri)
 R: Region (Tempat Nyeri)
 S: Severity (Skala/ Tingkat Nyeri)
 T: Time (Waktu/ Lama
serangan/Frekuensi)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai