Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Nyeri Akut


Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu
kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang
terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah
satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada
seorang pasien di rumah sakit(Perry & Potter, 2009).
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada
persepsinya.Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara
sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik
secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan
jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya
akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Perry & Potter, 2009).
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera
akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari
enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan 9 pulih
pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).

B. Anatomi Fisiologi
Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang berasal
dari luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang berasal dari
dalam dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat dirasakan ketika
stimulus yang berbahaya mencapai serabut-serabut saraf nyeri. Mekanisme proses
terjadinya nyeri terdiri dari empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan
persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga
menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses
penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke
terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari
medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur
saraf desenden dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla
spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri aferen primer. Persepsi nyeri adalah
pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas
transmisi nyeri oleh saraf. (Price and Wilson, 2006)
Nosiseptor merupakan reseptor nyeri, yang ada di akhiran saraf bebas pada
setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus suhu, mekanik, ataupun kimia dapat
mengaktivasi nosiseptor. Jaringan yang rusak akan mengeluarkan zat-zat kimia seperti
prostaglandin, kinin, dan potassium yang menstimulasi nosiseptor (Derrickson, 2012).
Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan
desendens. Pada jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan
impuls nyeri masuk ke medulla spinalis di akar saraf dorsal. Serat saraf C dan A-δ
halus masing-masing membawa nyeri akut-tajam dan kronik lambat, bersinaps di
substansia tanduk dorsal, memotong medulla spinalis, dan naik ke otak melalui
cabang traktus spinotalamikus. Terdapat dua jalur spinotalamikus sejajar yang
menyalurkan impuls ini ke otak ; traktus neospinotalamikus dan paleospinotalamikus.
Traktus neospinotalamikus membawa info mengenai nyeri cepat atau akut dari
nosiseptor A-δ ke daerah talamus dan bersinaps di nucleus ventroposterolateralis
talamus. Neuron di thalamus akan memproyeksikan akson-aksonnya untuk membawa
impuls nyeri ke korteks somatosensorik primer girus pascasentralis(Price dan Wilson,
2006). Jalur nespinotalamikus memediasi aspek murni sensorik nyeri yaitu, lokasi,
intensitas dan kualitas (Harrison, 2008). Traktus paleospinotalamikus menyalurkan
impuls dari nosiseptor tipe C lambat-kronik, adalah suatu jalur difus yang membawa
impuls ke formasio retikularis batang otak sebelum berakhir di nucleus parafasikularis
dan nucleus intralaminar lain di thalamus, hipotalamus, nucleus sitem limbik, dan
korteks otak depan (Price dan Wilson, 2006). Jalur ini terkait dengan respon
emosional. Karena dimensi ini munculnya rasa takut yang mengiringi nyeri (Harrison,
2008).
Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga komponen: 1) sensorik, 2)
emosional, dan 3) kognitif. Sensorik: Komponen sensorik dikendalikan oleh sistem
saraf kita. Jika ada stimulasi, maka sistem saraf yang mengirimkan pesan ke otak akan
diaktifkan. Otak kemudian akan menganalisis pesan-pesan ini dan memberitahu kita
mana yang sakit dan seberapa kuat intensitasnya. Ini merupakan sistem yang biasanya
diaktifkan pada saat cedera jaringan dan dimatikan ketika proses penyembuhan
jaringan. Namun, pada beberapa pasien dengan nyeri kronis, sistem ini menyala dan
tetap aktif bahkan jika kerusakan jaringan tidak ada. Dokter dapat mengontrol
komponen sensorik dengan obat-obatan, terapi fisik dan blok saraf (Wallace,2012).
Emosional: Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem
saraf sensorik akan mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang
mengendalikan emosi, denyut jantung, dan tekanan darah. Jika seorang anak
mengalami rasa sakit, reaksi langsung adalah untuk menangis. Hal ini karena anak-
anak memiliki kontrol yang minimal atas emosi mereka. Seorang psikolog dapat
mengajarkan teknik biofeedback kepada pasien untuk mengurangi respons emosional
(Wallace,2012). Kognitif: pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi
kognitif. Pengetahuan tentang nyeri dapat mempengaruhi respon dan penanganan
seseorang terhadap nyeri. Nyeri sendiri dapat dimodifikasi oleh seseorang
berdasarkan cara berpikir tentang nyeri yang dirasakannya, apa saja pengharapan atas
nyerinya, dan makna nyeri tersebut dalam kehidupannya (Ardinata, 2007).

C. Proses Kebutuhan Manusia sesuai kasus


Dari kasus di atas tindakan yang di lakukan sesuai denagn kebutuhan manusia
yaitu melakukan relaksasi napas dalam dan melakukan injeksi melalui intra vena obat
yang yang di lakukan untuk anti nyeri ketorolac.

D. Patofisiologi
Benjolan/pembengkakan

Perubahan jaringan operasi bengkak dileher


Sekitar
luka post oprasi Nyeri saat menelan
Gangguan fungsi
Nyeri akut Napsu makan menurun
Gangguan Mobilitas fisik
Intake menurun , peningkatan
Asam lambung

Gangguan pemenuhan nutrisi


E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Persepsi individu terhadap nyeri di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
(Mubarak et al., 2015) :
1) Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup ( introvert). Sosialisasi
budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat
memengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri.
Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi terhadap
nyeri dan ekspresinyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu cenderung
ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya lain cenderung
lebh memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain.
2) Tahap Perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang akan
memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri . Dalam hal ini anak-anak cenderung
kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa,
dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Disisi lain, prevalensi
nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyaki akut atau kronis dan degenerative
yang diderita. Walaupun ambang batas 10 nyeri tidak berubah karena penuaan, efek
analgesic yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi.
3) Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan aktivitas
yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari
keluarga dan orang terdekat menjadi salah faktor penting yang memengaruhi persepsi
nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau teman-teman
yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka
yang dapat dukungan keluarga dan orang-orang terdekat.
4) Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan
kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan
penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan
peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum pernah
mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan metode penanganan nyeri
sebelumnya juga berpengaruh terhadap harapan individu yang terhadap penangan nyeri
saat ini.
5) Ansietas dan stress
Ansietas seringkali enyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaan yang tidak jelas
asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di sekelilingnya dapat
memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu
mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan
6) Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan
boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak
berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
7) Makna Nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi
kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri memengaruhi
pengalaman nyeri dan secara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
8) Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mmengaruhi
persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan ( distraksi ) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun.
9) Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri.
10) Gaya koping
Individu yang memiliki lokasi kendali internal mempersiapkan diri mereka sebagai
individu yang dapat mengendalikan linkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa
nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal 12 mempersepsikan
faktor lain didalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang
bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari suatu peristiwa.
11) Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap mereka terhadap pasien
mempengaruhi respon nyeri memerlukan dukungan, bantuan, dan perlindungan walaupun
nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan.
F. Manefestasi Klinik
Pasien dengan nyeri akut memiliki tanda dan gejala mayor maupun minor sebagai
berikut (PPNI, 2016):

1) Tanda dan gejala mayor:


a) Secara subjektif pasien mengeluh nyeri.
b) Secara objektif pasien tampak meringis, bersikap protektif ( mis, waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.
2) Tanda dan gejala minor :
a) Secara subjektif tidak ada gejala minor dari nyeri akut.
b) Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaphoresis.
G. Diagnosa keperawatan
H. Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai