Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK DASAR KEPERAWATAN

DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN NYERI


ABDOMEN DI BANGSAL FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SALATIGA

NAMA : ASKA NISWA


NIM : 202012016
TEMPAT PRAKTIK : RSUD SALATIGA

PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAHSURAKARTA
TAHUN 2022
BAB I
TINJAUAN TEORI : KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
( GANGGUAN RASA NYAMAN PADA PASIEN NYERI ABDOMEN )

1. Konsep Fisiologis
Saat informasi nyeri sampai di otak sinyal tidak berhenti berproses,
tetapi beberapa sinyal akan menuju korteks motorik kemudian turun memulai
spinal kord menuju saraf motorik. Impuls ini menyebabkan kontraksi otot
menuju tangan atau bagian tubuh mana pun yang mengalami stimulus nyeri.
Penghantaran nyeri secara desenden dimulai pada bagian korteks
somatosensori (yang disalurkan menuju thalamus) dan hypothalamus. Saraf
thalamus menurun menuju midbrain kemudian membentuk sinaps dengan
dengan jalur nyeri asenden dalam medulla dan spinal cord kemudian
menghambat sinyal saraf asenden. Hal ini menyebabkan terbentuknya
analgesik alami tubuh yang disebabkan oleh stimulus opiate neurotransmitter
penurun nyeri seperti endorphin, dynorphin, dan enkephalin (Kartikawati,
2011).
Sinyal nyeri dapat dihentikan oleh sistem saraf otonom saat melalui medula
dan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, frekuensi
pernapasan, dan produksi keringat. Reaksi ini bergantung pada intensitas nyeri
yang dirasakan dan dapat menyebabkan depresi otak pusat pada korteks,
seperti halnya perjalanan nyeri asenden yang melewati spinal cord dan
medulla, sinyal desenden yang bersifat neuropathic pain juga dapat dihentikan
(Kartikawati, 2011).

2. Definisi Nyeri Akut


Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada
persepsinya.Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri.
Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu
merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-
hari, psikis, dan lain-lain (Perry & Potter, 2009).
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya
(Asmadi, 2008). Definisi nyeri menurut Tamsuri (2007) nyeri adalah
mekanisme pertahanan protektif bagi tubuh; timbul bilanama jaringan sedang
rusak dan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus
nyeri
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan
adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian
bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam
abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforai atau
obstruksi pada alat pencernaan. Peradangan bisa primer karena peradangan
alat pencernaan seperti pada appendicitis atau sekunder melalui suatu
pencernaan peritoneum karena perforasi tukak lambung atau perforasi akibat
trauma. (Syamsuhidayat, 2014).
Menurut PPNI (2016) nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan
3. Karakteristik Nyeri
a) Nyeri akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat ( kurang dari enam bulan )
dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang
rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut
biasanya menunjukan gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah
meningkat serta pallor (Mubarak et al.,2015). Nyeri akut yaitu lamanya dalam
hitungan menit, ditandai dengan peningkatan tekanan darah nadi, dan respiratori,
respon pasien : fokus pada nyeri, menyatakan nyeri dengan cara menangis atau
meregang, tingkah laku menggosok bagian nyeri.
b) Nyeri kronis
adalah nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan. Karakteristik nyeri kronk adalah lamanya sampai
hitungan bulan, lebih dari 6 bulan, fungsi fisiologis bersifat normal, tidak ada keluhan
nyeri, tidak ada aktivitas fisik sebagai respon terhadap nyeri.

4. Faktor Faktor Yang Mempengarui Nyeri


Persepsi individu terhadap nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
( Mubarak et al., 2015) :
a) Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup ( introvert).
Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal
ini dapat memengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah
persepsi nyeri. Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi
reaksi terhadap nyeri dan ekspresinyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya
lain cenderung lebh memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan
orang lain.
b) Tahap Perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang akan
memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri . Dalam hal ini anak-anak cenderung
kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang
dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Disisi
lain, prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyaki akut atau kronis
dan degenerative yang diderita. Walaupun ambang batasnyeri tidak berubah karena
penuaan, efek analgesic yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang
terjadi.
c) Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan aktivitas
yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari
keluarga dan orang terdekat menjadi salah faktor penting yang memengaruhi persepsi
nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau teman-
teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat
dibandingkan mereka yang dapat dukungan keluarga dan orang-orang terdekat.
d) Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan
kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau
menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung merasa
terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang
belum pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan metode
penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap harapan individu yang
terhadap penangan nyeri saat ini.
e) Ansietas dan stress
Ansietas seringkali enyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaan yang tidak jelas
asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di sekelilingnya dapat
memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka
mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akanmengalami peurunan rasa takut
dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka.
f) Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
g) Makna Nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi
kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri
memengaruhi pengalaman nyeri dan secara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
h) Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan ( distraksi ) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun.
i) Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri.
j) Gaya koping
Individu yang memiliki lokasi kendali internal mempersiapkan diri mereka sebagai
individu yang dapat mengendalikan linkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa
nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternalmempersepsikan
faktor lain didalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang
bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari suatu peristiwa.
k) Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap mereka terhadap pasien
mempengaruhi respon nyeri memerlukan dukungan, bantuan, dan perlindungan
walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan.

5. Pathways Nyeri
6. M
a
s
a
l
a
h

Yang Timbul Pada Kebutuhan Dasar Manusia


a. Nyeri kronis
1. kegelisahan
2. Depresi
3. menghindari sesuatu hal/kegiatan
4. trauma
5. kurang tidur
b. Nyeri akut
1. kejang
2. hipertemia
3. hipertensi
4. masalah mobilitas
5. syok hipovolemik
6. edema pulmonal

7. Pengkajian
a. keluhan utama pasien
b. riwayat kesehatan sekarang
c. riwayat penyakt dahulu
d. riwayat penyakit keluarga
e. Kaji riwayat nyeri(PQRST)
1. P (Pemicu) : faktor yang mempengaruhi nyeri
2. Q(Quality) : kualitas nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
atau ditusuk
3. R(Region) : daerah terjadinya nyeri
4. S(Skala/Severity) : keparahan atau intensitas nyeri.
a. skala numerik nyeri

ket :
0 : tidak hyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol
10 : sangat nyeri dsn tidak bisa dikontrol
b. skala wajah

5. T(Time) : waktu atau lamanya terjadinya nyeri


8. Diagnosa Keperawatan Terkait
a) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas karena nyeri

9. Intervensi
a) Nyeri Akut Berhubungan Dengan Proses Penyakit
1. Mengidentifikasi TTV
2. Identifikasi PQRST
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
5. Berikan teknik relaksasi nafas dalam unruk memperingan nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Anjarkan teknik relaksasi nafas dalam
8. Kolanorasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
b) Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Nyeri
1. Mengindentifikasi TTV
2. Identifikasi penyebab gangguan imobilitas fisik
3. Mendampingi pasien dalam proses berpindah
4. Ajarkan pada pasien dan keluarga dalam proses berpindah
5. Kolaborasi dengan fisioterapi jika perlu
c) Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Imobilitas Karena Nyeri
1. Monitor TTV
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas
3. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
4. Anjurkan tirah baring
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi ROM

9. SUMBER PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Nama : Ny. M
2) Jenis kelamin : Perempuan
3) Umur : 49 tahun
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : Buruh Harian
7) Alamat : Krajan rt 02/rw 01 glawan, kec.
Pabelan, semarang
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. W
2) Jenis kelamin : Laki laki
3) Umur : 20 Tahun
4) Agama : Islam
5) Hubungan dengan pasien : Anak
6) Pekerjaan : Mahasiswa
8) Alamat :Krajan rt 02/rw 01 glawan, kec.
Pabelan, semarang

c. Keluhan Utama : Nyeri Perut


d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada
perut dimulai dari 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan
mual dan ingin muntah. Pasien mengatakan sudah konsul ke dokter
dan diberi obat dan setelah minum obat nyeri sedikit berkurang.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit yang parah
ataupun sampai masuk rumah sakit.
3) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit menurun dan menular seperti TBC, jantung, ataupun
Diabetes melitus

e. Pola kebiasaan sehari hari


1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Sebelum sakit :Pasien mengatakan bahwa sehat itu pasien
dapat melakukan kegiatan apapun sendiri tanpa bantuan orang lain
Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa selama sakit pasien
membutuhkan bantuan orang lain untuk membantu kegiatan pasien
2) Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada pantangan dalam
makan
Selama sakit : Pasien makan 3 kali sehari sesuai dengan
jadwal makan rumah sakit dengan diet nasi R. Chol
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bab dan bak lancar
Selama sakit : Pasien mengatakan bab danbak lancar

4) Pola istirahat tidur


Sebelum sakit :Pasien mengatakan bisa tidur selama 5-7 jam
perhari, dan tidurnya nyenyak dan nyaman, tidak mudah terbangun.
Selama sakit :Pasien mengatakan tidur hanya 3-4 jam perhari
tidurnya tidak nyenyak dan mudah terbangun karena merasakan
nyeri pada abdomen
5) Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas
sendiri seperti mandi, makan, berolahraga, dan aktivitas lainnya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit :Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas
sendiri seperti makan, mandi, tetapi tidak dapat melakukan olahrga.
Pasien juga mengatakan jika nyerinya timbul, pasien membutuhkan
bantuan dari anak ataupun suaminya dalam melakukan aktivitas
6) Pola kognitif
Sebelum sakit :Pasien mengatakan ingatannya masih bagus,
tidak mudah lupa, tidak mudah bingung dalam mengambil
keputusan dan sedikit cemas
Selama sakit :Pasien mengatakan ingatannya masih bagus,
tidak mudah lupa, tidak mudah bingung dalam mengambil
keputusan dan cemas karena penyakitnya
7) Pola hubungan pasien
Sebelum sakit :Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
dan masyarakat baik-baik saja tidak ada masalah apapun dan
didalam keluarga pasien berperan sebagai seorang ibu
Selama sakit :Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
dan masyarakat sedikit terganggu karena selama sakit pasien jarang
keluar rumah
8) Pola seksual dan reproduksi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan berjenis kelamin
perempuan, berumur 49 tahun dan sudah berkeluarga serta
mempunyai anak
Selama sakit :Pasien mengatakan berjenis kelamin
perempuan, berumur 49 tahun dan sudah berkeluarga serta
mempunyai anak
9) Pola konsep diri
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa menyayangi
keluarganya
Selama sakit : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh serta
kondisinya segera membaik. Pasien juga mengatakan bahwa
merasa tidak enak dengan keluarga yang sudah peduli dengannya
10) Pola koping dan toleransi stress
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika ada masalah didalam
keluarganya maka akan diselesaikan dengan baik baik
Selama sakit : Pasien mengatakan jika ada masalah didalam
keluarganya maka akan diselesaikan dengan baik baik
11) Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragama islam dan selalu
menuaikan sholat 5 waktu
Selama sakit :Pasien mengatakan beragama islam dan selalu
menuaikan sholat 5 waktu

f. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Composmentis
2) TTV
TD : 135/83 mmHg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,6 derajat celcius
SPO2 : 98%
RR : 22x/menit
3) BB/TB : 60/160
g. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Kepala : Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih,
pertumbuhan rambut merata, tidak ada nyeri tekan
2) Muka : Bentuk muka simetris
3) Mata : Kelopak mata, bola mata normal, pupil ishokor, sclera
normal, konjungtiva normal
4) Hidung : Tulang hidung dan posisi septum nasi normal
5) Mulut : Bentuk bibir normal, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatis
6) Telinga : Daun telinga simetris, liang telinga bersih
7) Leher : Bentuk leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada benjolan ketika menelan.
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium ( 25-5-2022)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Kimia klinik
Bilirubin Direk-Indirek
Bilirubin Total 4.28 0.1-1.0 mg/dl
Bilirubin Direk 3.38 ¿ 0.2 mg/dl
Bilirubin Indirek 0.90 mg/dl
2. Laboratorium ( 25-05-2022 )
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan
Kimia klinik
SGOT (AST) 177 ¿ 31 U/L
SGPT (ALT) 195 ¿ 32 U/L

Elektrolit
Natrium (Na) 136 136-145 mmol/L
Kalium (K) 2.7 3.5-5.5 mmol/L
Klorida (Cl) 100 95-105 mmol/L
Calcium (Ca) 9.3 8.6-10.8 mg/dL

Magnesium 2.0 1.6-2.6 mg/dL

3. Laboratorium (26-5-2022)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Darah lengkap
otomatis
Hemoglobin 11.6 11.7-15.5 g/dL
Hematocrit 31.7 33-45.0 %
Eritrosit 3.57 3.8-5.2 juta/ μL
Leukosit 5.75 3.60-11.00 ribu/ μL
Trombosit 228 150-440 ribu/ μL
Index eritrosit
MCV 88.8 80.0-100.0 fL
MCH 32.5 26.0-34.0 pg
MCHC 36.6 32.0-36.0 g/dL
RDW/SD 38.0 39.0-47.0 fL
RDW-CV 12 10-20 %
Hitung jenis leukosit
Eosinofil % 2.0 1.0-3.0 %
%Basophil % 0.2 0-1 %
Limfosit % 31.1 25-40 %
Monosit % 9.9 2-8 %
Neutrofil % 56.7 50-70 %
Immature 0.2 %
granulocyte %
NRBC % 0.0 %
Eosinofil# 0.12 10^3/ μL
Basofil# 0.01 10^3/ μL
Limfosit# 1.79 10^3/ μL
Monosit# 0.57 10^3/ μL
Neutrofil# 3.26 10^3/ μL
Neut lymph ratio 1.82 ¿ 3.13
(NLR)
Abs lymphocyte 1790 ¿ 1500 μL
count (ALC)
Index trombosit
PDW 9.5 8.0-18.0 fL
MPV 9.5 7.2-11.1 fL
P-LCR 20.2 %
PCT 0.220 0.150-0.400 %
Kimia klinik
Ureum 20 13-43 mg/dL
Kreatinin 0.66 0.660-1.10 mg/dL
Egfr (CKD-EPI) 104.06 mL/mnt/1.73m^2
 Penurunan eGFR jika ¿ 60 ml /menit /1.73 m2
Glukosa darah
Gula darah sewaktu 128 140

4. Radiologi (Usg abdomen dengan klinis nyeri perut) (27 mei 2022)
a) HEPAR : ukuran dan echostruktur dalam batas normal,
permukaan licin, sudut kiri hepar lancip,sistema vascular tak
melebar,sistema biliaris intra hepatal tak tampak melebar, tak
tampak lesi hipo maupun hiperechoic intrapatal
b) VESIKAFELEA : ukuran dalam batas normal, tampak lesi
isoechoic intravesical dengan diameter lesi +/- 13.8mm
c) LIEN : ukuran dan echostruktur dalam batas normal, hilus
lienalis tak melebar, tak tampak nodul intraparenchimal
d) PANCREAS : tak tampak kelainan
e) KEDUA REN : ukuran dalam batas normal, batas korteks dan
medulla tegas, tak tampak pelebaran PCS, tak tampak massa
maupun batu
f) VU : terisi cairan minimal, dinding tak valid dinilai, tak tampak
batu maupun massa intravesikal
g) UTERUS : tak tampak kelainan

5. PROGRAM TERAPI
a) Infus asering 20 tpm
b) Injeksi ketorolac 3x/A
c) Injeksi omeprazole 2x1/A

i. Analisa Data

No Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem


1. 25-5- DS: Proses Nyeri Akut
22/15. 30 1. Pasien mengatakan Penyakit
“Nyeri hebat pada
perut sejak 1 minggu
ini, sejak memberat”
2. Pasien mengatakan
“Tidak ada mual dan
muntah”
DO:
1. TTV
TD : 135/83 MmHg
Nadi : 76x/Menit
Suhu : 36,6 Derajat
Celcius
RR: 22x/Menit
SpO2 : 98%
Akral : Hangat
GCS : E= 4. V= 5,
M= 6
2. Pengkajian PQRST
P= Proses Penyakit
Q= Seperti Tertusuk
Tusuk
R= Perut Kanan
S= 4-5
T= Hilang Timbul
3. Pasien tampak
meringis menahan
nyeri
2. 25-5- DS : Nyeri Gangguan
22/19.00 1. Pasien mengatakan Imobilitas
“Perutnya sakit saat Fisik
berjalan”
DO :
1. TTV
TD : 135/83 mmHg
Nadi : 76x/Menit
Suhu : 36,6 Derajat
Celcius
RR: 22x/Menit
SpO2 : 98%
Akral : Hangat
GCS : E= 4. V= 5,
M= 6
2. Pasien terlihat
dibantu keluarga saat
pergi ke kamar mandi

3. 26-5- DS : Imobilitas Intoleransi


22/17.00 1. Pasien mengatakan Karena Aktivitas
saat “Nyeri timbul, Nyeri
pasien tidak sanggup
mengerjakan
pekerjaan rumah
tangga”
DO :
1. Pasien tampak
berbaring tempat
tidur
2. TTV
TD : 135/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36,7 derajat
celcius
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%

j. Diagnosa Keperawatan Dan Prioritas Diagnosa


1. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas karena
nyeri
2. Prioritas Diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit

2. Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional Ttd/Nama
Keperawatan Kriteria Hasil
1 25-5- Nyeri Akut Nyeri berkurang 1. Kaji ulang 1. Dilakukan
22/15.30 Berhubungan setelah 3x 24 TTV pasien untuk
Dengan Proses jam dengan 2. Kaji ulang mengetahui NISWA
Penyakit kriteria hasil skala nyeri kondisi
1. Nyeri pasien pasien
pada 3. Anjurkan 2. Dilakukan
perut pasien untuk untuk
berkuran melakukan mengetahui
g/hilang teknik tingkat nyeri
2. Skala relaksasi nafas pasien
nyeri dalam saat 3. Dilakukan
menjadi nyeri timbul agar pasien
2-3 4. Ajarkan merasa lebih
3. TD : pasien teknik nyaman
120/80 relaksasi nafas 4.
mmHg dalam Dilakuakan
4. Pasien 5. Kolaborasi agar pasien
tidak dengan dokter dapat
tampak dalam melakuakan
kesakitan pemberian teknik
analgetik tersebut tanpa
bantuan
perawat
5. Dilakukan
untuk
mengurangi
rasa nyeri
dengan
memberikan
obat
2. Gangguan Setelah 1. Kaji ulang 1. Dilakukan NISWA
mobilitas fisik dilakukan TTV pasien untuk
berhubungan pengkajian 3x 2. Bantu mengetahui
dengan nyeri 24 pasien dalam kondisi
jam ,diharapkan proses pasien
pasien dapat berpindah 2. Dilakukan
bergerak tanpa 3. Ajarkan agar pasien
merasakan nyeri pada pasien dapat
dengan kriteria dan keluarga berpindah
hasil : dalam proses tempat secara
1. TD : berpindah mandiri
120/80 4. Kolaborasi 3.Dilakukan
mmHg dengan agar keluarga
2. Pasien fisioterapi jika dapat
dapat perlu membantu
bergerak pasien dalam
tanpa berpindah
merasaka tempat
n nyeri 4. Dilakukan
3. Pasien untuk
dapat membantu
melakuk gerak psien
an
aktivitas
tanpa
bantuan
orang
lain
4. 26-5- Intoleransi Setelah 1. Kaji ulang 1. Dilakukan NISWA
22/17.00 Aktivitas dilakukan TTV pasien untuk
Berhubungan tindakan 2. Monitor mengetahui
Dengan keperawatan lokasi dan kondisi
Imobilisasi selama 3x 24 ketidaknyaman pasien
Karena Nyeri jam . an melakukan 2. Dilakukan
Diharapkan aktivitas untuk
pasien dapat 3. Sediakan mengetahui
beraktivitas lingkungan lokasi yang
seperti biasa aman nyaman tidak yama
seperti sebelum 4. Anjurkan saat
sakit tirah baring digunakan
5. Kolaborasi untuk
dengan dokter bergerak
dalam 3. Dilakukan
pemberian untuk
analgetik menghindari
resiko cedera
ataupun jatuh
4. Dilakukan
agar pasien
merasa
nyaman
5. Dilakukan
untuk
mengatasi
nyeri
sehingga
dapat
bergerak
dengan
nyaman

3. IMPLEMENTASI
N TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMEN RESPON TTD/
O KEPERAWATAN TASI NAMA
1. 25-5-22/17.00 1. Nyeri Akut 1. S : Pasien NISWA
Berhubungan Memberikan mengataka
Dengan Proses posisi n “nyeri
Penyakit nyaman pada perut
2. Gangguan 2. Mengkaji dengan
Imobilitas TTV skala 4”
Fisik 3. Mengukur
Berhubungan SPO2 O:
Denga Nyeri 4. TD :
3. Intoleransi Melakukan 135/83
Aktivitas Verbeden MmHg
Berhubungan 5. Membantu Nadi :
Dengan Mobilisasi 76x/Menit
Imobilisasi Suhu : 36,6
Karena Nyeri Derajat
Celcius
RR:
22x/Menit
SpO2 :
98%
Akral :
Hangat
GCS : E=
4. V= 5,
M= 6
1. Nyeri Akut 1. S : Pasien NISWA
Berhubungan Mengajarkan mengataka
18.00 Dengan Proses relaksasi n “ merasa
Penyakit nafas dalam lebih rileks

1. Gangguan 1. S : Pasien BAYU


21.00 Imobilitas Membantu mengataka
Fisik mobilisasi n “ perut
Berhubungan 2. Melatih terasa nyeri
Denga Nyeri mobilisasi saat
2. Intoleransi 3. Mengatur berjalan
Aktivitas posisi pasien
Berhubungan O: Pasien
Dengan tampak
Imobilisasi dibantu
Karena Nyeri oleh
keluarga
saat pergi
ke kamar
mandi
2. 26-5-22/O5.OO 1. Nyeri Akut 1. Mengkaji S : Pasien FARADI
Berhubungan TTV Pasien mengataka LA
Dengan Proses 2. Mengecek n “
Penyakit SPO2 perutnya
2. Gangguan masih
Imobilitas merasa
Fisik nyeri”
Berhubungan
Dengan Nyeri O:
3. Intoleransi TD :
Aktivitas 135/83
Berhubungan mmHg
Dengan Nadi :
Imobilisasi 76x/Menit
Karena Nyeri Suhu : 36,6
Derajat
Celcius
RR:
22x/Menit
SpO2 :
98%
Akral :
Hangat
GCS : E=
4. V= 5,
M= 6
1. Gangguan 1. Membantu Pasien RAHMA
11.00 Imobilitas imobilisasi mengataka
Fisik 2. Merapikan nm “ tidak
Berhubungan tempat tidur bisa
Dengan Nyeri 3. Mengecek bekerja saat
2. Intoleransi infuse nyeri dan
Aktivitas dibnatu
Berhubungan keluarga
Dengan saat akan
Imobilisasi berpindah
Karena Nyeri tempat”

O:
Pasien
tampak
dibantu
oleh
keluargany
a
13.00 1. Nyeri Akut 1. S: Pasien RAHMA
Berhubungan Memberikan mengataka
Dengan Proses obat n “ sakit
Penyakit 2. saat
Melakukan obatnya
injeksi dimasukka
3. n lewat
Mengajarkan selang”
teknik
Relaksasi
1. Nyeri Akut 1.Memberika S: Pasien NISWA
15.00 Berhubungan n Posisi mengataka
Dengan Proses Nyaman n “ nyaman
Penyakit 2. Membantu dengan
2. Gangguan Mobilisasi posisi yang
Imobilitas 3. diberikan”
Fisik Mengajarkan
Berhubungan Teknik 0: Pasien
Dengan Nyeri Relaksasi tampak
3. Intoleransi Nafas Dalam tirah baring
Aktivitas
Berhubungan
Dengan
Imobilisasi
Karena Nyeri

S : Pasien AULIA
mengataka
21.OO 1. Nyeri Akut 1. n “
Berhubungan Memberikan nyerinya
Dengan Proses obat peroral masih ada”
PenyakiT

3 27-5-22/05.00 1. Nyeri Akut 1. Mengkaji S: Pasien AULIA


Berhubungan TTV mengeluh
Dengan Proses 2. pusing
Penyakit Mengganti
2. Gangguan infus O:
Imobilitas TD :
Fisik 139/80
Berhubungan Nadi : 58
Dengan Nyeri Suhu : 36
3. Intoleransi Derajat
Aktivitas Celcius
Berhubungan SPO2 :
Dengan 95%
Imobilisasi
Karena Nyeri

S: Pasien DEVY
mengeluhk
1. Nyeri Akut 1. an pusing
09.00 Berhubungan MElakukan
Dengan Proses injeksi
Penyakit 2.
Mengajarkan
teknik
relaksasi

10.00 S: Pasien DEVY


1. Gangguan 1. Latihan mengataka
Imobilitas mobilisasi n sudah
Fisik 2. bisa
Berhubungan Mengajarkan kekamar
Dengan Nyeri keluarga mandi
2. Intoleransi pasien sendiri
Aktivitas tentang cara tanpa
Berhubungan membantu bantuan
Dengan pasien untuk
Imobilisasi bergerak
Karena Nyeri

13.00 BAYU
1. Nyeri Akut 1. S : Pasien
Berhubungan Memberikan mengataka
Dengan Proses obat n nyeri
Penyakit 2. berkurang
6. Melakukan
injeksi
3.
Mengajarkan
teknik
Relaksasi

S : Pasien NISWA
21.00 1. Nyeri Akut 1. Injeksi mengataka
Berhubungan n nyerinya
Dengan Proses berkurang
Penyakit

7.

4. 28-5-22/07.00 1. Nyeri Akut 1. Mengkaji S : Pasien NISWA


Berhubungan TTV mengataka
Dengan Proses n nyerinya
Penyakit hilang
2. Gangguan
Imobilitas O:
Fisik TD :
Berhubungan 139/80
Dengan Nyeri Nadi : 58
3. Intoleransi Suhu: 36
Aktivitas Derajat
Berhubungan SPO2: 95
Dengan %
Imobilisasi
Karena Nyeri

09.00 1. Nyeri Akut Tidak Ada S : Pasien FRIDA


Berhubungan Tindakan merasa
Dengan Proses Implmentasi, senag
Penyakit Pasien karena
2. Gangguan Pulang sudah
Imobilitas sembuh
Fisik dan
Berhubungan kembali
Dengan Nyeri kerumah
3. Intoleransi
Aktivitas
Berhubungan
Dengan
Imobilisasi
Karena Nyeri
4. Evaluasi

N Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Ttd/


o Nama
1. 25-5-22/17.00 1. Nyeri Akut S : Pasien NISW
Berhubungan mengatak A
Dengan Proses an nyeri
Penyakit pada perut
2. Gangguan dengan
Imobilitas Fisik skala 4
Berhubungan
Denga Nyeri O:
3. Intoleransi TD :
Aktivitas 135/83
Berhubungan MmHg
Dengan Nadi :
Imobilisasi Karena 76x/Menit
Nyeri Suhu :
36,6
Derajat
Celcius
RR:
22x/Menit
SpO2 :
98%
Akral :
Hangat
GCS : E=
4. V= 5,
M= 6

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi

1. Nyeri Akut S : Pasien NISW


Berhubungan mengatak A
18.00 Dengan Proses an merasa
Penyakit lebih
rileks

O : Pasien
tampak
lebih
tenang

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
1. Gangguan S : Pasien BAYU
21.00 Imobilitas Fisik mengatak
Berhubungan an perut
Denga Nyeri terasa
2. Intoleransi nyeri saat
Aktivitas berjalan
Berhubungan
Dengan O: Pasien
Imobilisasi Karena tampak
Nyeri dibantu
oleh
keluarga
saat pergi
ke kamar
mandi

A :
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
2. 26-5-22/O5.OO 1. Nyeri Akut S : Pasien FARDI
Berhubungan mengatak L
Dengan Proses an
Penyakit perutnya
2. Gangguan masih
Imobilitas Fisik merasa
Berhubungan nyeri
Dengan Nyeri
3. Intoleransi O:
Aktivitas TD :
Berhubungan 135/83
Dengan mmHg
Imobilisasi Karena Nadi :
Nyeri 76x/Menit
Suhu :
36,6
Derajat
Celcius
RR:
22x/Menit
SpO2 :
98%
Akral :
Hangat
GCS : E=
4. V= 5,
M= 6

A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
1. Gangguan S: Pasien RAHM
11.00 Imobilitas Fisik mengatak A
Berhubungan an tidak
Dengan Nyeri bisa
2. Intoleransi bekerja
Aktivitas saat nyeri
Berhubungan dan
Dengan dibaNtu
Imobilisasi Karena keluarga
Nyeri saat akan
berpindah
tempat

O:
Pasien
tampak
dibantu
oleh
keluargan
ya

A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
13.00 1. Nyeri Akut S: Pasien RAHM
Berhubungan mengatak A
Dengan Proses an
Penyakit nyerinya
berkurang

O : Pasien
tampak
lebih
rileks dan
tertidur

A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
1. Nyeri Akut S: Pasien NISW
15.00 Berhubungan mengatak A
Dengan Proses an
Penyakit nyaman
2. Gangguan dengan
Imobilitas Fisik posisi
Berhubungan yang
Dengan Nyeri diberikan
3. Intoleransi
Aktivitas 0: Pasien
Berhubungan tampak
Dengan tirah
Imobilisasi Karena baring
Nyeri
A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
S : Pasien AULIA
mengatak
21.OO 1. Nyeri Akut an
Berhubungan nyerinya
Dengan Proses masih ada
PenyakiT
O : Pasien
tampak
lebih
bugar

A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi

3 27-5-22/05.00 1. Nyeri Akut S: Pasien AULIA


Berhubungan mengeluh
Dengan Proses pusing
Penyakit
2. Gangguan O:
Imobilitas Fisik TD :
Berhubungan 139/80
Dengan Nyeri Nadi : 58
3. Intoleransi Suhu : 36
Aktivitas Derajat
Berhubungan Celcius
Dengan SPO2 :
Imobilisasi Karena 95%
Nyeri
A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
S: Pasien DEVY
mengeluh
1. Nyeri Akut kan
09.00 Berhubungan pusing
Dengan Proses
Penyakit A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
10.00 S: Pasien DEVY
1. Gangguan mengatak
Imobilitas Fisik an sudah
Berhubungan bisa
Dengan Nyeri kekamar
2. Intoleransi mandi
Aktivitas sendiri
Berhubungan tanpa
Dengan bantuan
Imobilisasi Karena
Nyeri O : Pasien
tampak ke
kamar
mandi
tanpa
bantuan
keluarga

A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi
13.00 BAYU
1. Nyeri Akut S : Pasien
Berhubungan mengatak
Dengan Proses an nyeri
Penyakit berkurang
8.

O: Pasien
tampak
lebih
sehat

A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi

S : Pasien NISW
21.00 1. Nyeri Akut mengatak A
Berhubungan an
Dengan Proses nyerinya
Penyakit berkurang

O: Pasien
tampak
lebih
9.
sehat
A:
Masalah
belum
teratasi

P :
Lanjutkan
intervensi

4. 28-5-22/07.00 1. Nyeri Akut S : Pasien NISW


Berhubungan mengatak A
Dengan Proses an
Penyakit nyerinya
2. Gangguan hilang
Imobilitas Fisik
Berhubungan O:
Dengan Nyeri TD :
3. Intoleransi 139/80
Aktivitas Nadi : 58
Berhubungan Suhu: 36
Dengan Derajat
Imobilisasi Karena SPO2: 95
Nyeri %
A:
Masalah
teratasi

P :
Hentikan
intervensi

FRIDA
09.00 1. Nyeri Akut S : Pasien
Berhubungan merasa
Dengan Proses senag
Penyakit karena
2. Gangguan sudah
Imobilitas Fisik sembuh
Berhubungan dan
Dengan Nyeri kembali
3. Intoleransi kerumah
Aktivitas
Berhubungan O : Pasien
Dengan tampak
Imobilisasi Karena senang
Nyeri
A:
Masalah
teratasi

P :
Hentikan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai