“MANAJEMEN NYERI”
OLEH :
PEMBIMBING KLINIK
A. Definisi Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP 2018)
adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut syaraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dengan menjalani salah satu dari beberapa rute syaraf.
Terdapat pesan nyeri berinteraksi dengan sel-sel syaraf inhibitor, mencegah stimulasi
nyeri, sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisikan tanpa hambatan ke korteks
serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak akan
pengetahuan yang lalu serta kebudayaan dalam mempersepsikan nyeri (Potter &
Perry, 2019).
nyeri adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan memberikan rasa
Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang berasal
dari luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang berasal dari
dalam dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat dirasakan ketika
terjadinya nyeri terdiri dari empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan
penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke
terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari
medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur
saraf desenden dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla
Nosiseptor merupakan reseptor nyeri, yang ada di akhiran saraf bebas pada
setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus suhu, mekanik, ataupun kimia dapat
(Derrickson, 2019).
Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga komponen: 1) sensorik, 2)
saraf kita. Jika ada stimulasi, maka sistem saraf yang mengirimkan pesan ke otak
akan diaktifkan. Otak kemudian akan menganalisis pesan-pesan ini dan memberitahu
kita mana yang sakit dan seberapa kuat intensitasnya. Ini merupakan sistem yang
biasanya diaktifkan pada saat cedera jaringan dan dimatikan ketika proses
penyembuhan jaringan. Namun, pada beberapa pasien dengan nyeri kronis, sistem ini
menyala dan tetap aktif bahkan jika kerusakan jaringan tidak ada. Dokter dapat
mengontrol komponen sensorik dengan obat-obatan, terapi fisik dan blok saraf
(Wallace,2019).
Emosional: Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem saraf
sensorik akan mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang mengendalikan
emosi, denyut jantung, dan tekanan darah. Jika seorang anak mengalami rasa sakit,
reaksi langsung adalah untuk menangis. Hal ini karena anak-anak memiliki kontrol
yang minimal atas emosi mereka. Seorang psikolog dapat mengajarkan teknik
pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi kognitif. Pengetahuan tentang
nyeri dapat mempengaruhi respon dan penanganan seseorang terhadap nyeri. Nyeri
sendiri dapat dimodifikasi oleh seseorang berdasarkan cara berpikir tentang nyeri
yang dirasakannya, apa saja pengharapan atas nyerinya, dan makna nyeri tersebut
C. Etiologi
Menurut Lynda Juall (2018) etiologi nyeri dapat di sebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
Proses Terjadinya nyeri yaitu, respon nyeri timbul apabila suatu stimulus
nyeri mengaktifkan reseptor nyeri. Informasi dari reseptor nyeri mencapai sistem
saraf sentral melalui serabut desenden. Bila informasi telah sampai di hipotalamus,
maka seseorang akan merasakan adanya suatu sensori serta mempelajari tentang
lokasi dan kekuatan stimulus. Bila informasi telah sampai di korteks serebri maka
arti nyeri dan mencari jalan untuk menghindari sensori nyeri lebih lanjut
D. Klasifikasi
1. Berdasarkan sumbernya
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada
bersumber dari emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari. Contoh: orang
a. Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh mengalami cedera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari
berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan
akan adanya cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini kadang bisa
hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker
kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak tahu apa
konsentrasi, Perubahan pola tidur, Menarik bila disentuh, Mual dan muntah,
F. Pemeriksaan penunjang
yaitu :
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen.
4) Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah
di otak.
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan keperawatan
bedah adalah hal yang penting untuk memastikan nyeri dikelola secara efektif.
Tanpa pengkajian adalah hal yang mustahil untuk mengidentifikasi sifat nyeri,
a. Pemberian analgesic
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi
ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien.
H. Komplikasi
Nyeri pasca operasi yang tidak diatasi akan mengakibatkan pemulihan pasca
katekolamin yang tinggi mampu meningkatkan konsumsi oksigen. Nyeri yang tidak
terkontrol juga bisa menjadi penyebab utama disfungsi pulmonal pasca operasi
pada hipoksia.
I. Penilaian Derajat Skala Nyeri
b. Skor nyeri 4-6: observasi setiap 4 jam (dilakukan kolaborasi medis untuk
pengukuran nyeri pada anak atau anak dengan gangguan kognitif atau pasien
Interpretasi:
Skor total dari lima parameter di atas menentukan tingkat keparahan nyeri dengan
skala 0-10. Nilai 10 menunjukan tingkat nyeri yang hebat.
3. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
Assessment nyeri
Interpretasi:
Skor 0 tidak perlu intervensi
Skor 1-3 intervensi non-farmakologis
sebagai berikut :
1. Usia
mengkaji respon pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan sudah mengalami kerusakan fungsi pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus di jalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat
2. Jenis kelamin
nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (tidak pantas kalau mengeluh
3. Kebudayaan
nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,
4. Makna nyeri
5. Ansietas/cemas.
6. Keletihan
7. Pengalaman sebelumnya
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
8. Gaya koping
Carpenito, Lynda Juall (2018), Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 10 Ali
Bahasa Yasmin Asih S.Kep.Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta:EGC
IASP (International Association for the Study of Pain) 2010 Global Year Againts
Acute Pain
Price A, Sylvia dan Wilson M Lorraine. 2019. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit, (Edisi 6). Jakarta: penerbit buku kedokteran. EGC
https://www.google.com/amp/s/docslide.net/amp/documents/lp-manajemen-nyeri-
5584650de9511.htmlof Pain ( di akses pada tanggal 09-03-2019 pukul 20.00
WIB)