Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “K” DENGAN KASUS NYERI AKUT


DI RUANG POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ISLAM
NASHRUL UMMAH LAMONGAN

OLEH
A’ANG FAJAR RIZKI
NIM 0321043B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien NY “K” dengan nyeri akut

Di Ruang Poli Penyakit Dalam RSI Nashrul Ummah Lamongan

Telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Heti Aprilin, S.Kep.,Ns.,M.MB M. Faqih Efendi, S.Kep.Ns


NPP. 10.02.012 NIK. 000010

Mengetahui,

Kepala Ruangan

Siti Badriyah, SST


NIK. 890001
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI AKUT

A. Konsep Medis
a. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan at[au
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah
pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
a. Menurut Prasetyo (2010) nyeri merupakan suatu
produksi mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan
rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan nyeri.
b. Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi atau dijelaskan berdasarkan kerusakan
tersebut. Nyeri tidak hanya menimbulkan pengalaman
subjektif dengan komponen sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, namun nyeri memperlihatkan
beberapa bukti objektif. Mengamati tanda-tanda vital
dapat memberi petunjuk mengenai derajat nyeri yang
dialami pasien (Price dan Wilson, 2006).
c. Nyeri merupakan sensasi subjektif, rasa yang tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual dan potensial (Siswanti, 2011).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson 2002).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional).
Nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan
dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk
dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya,
nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya
nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

b. Etilogi
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan
berhubungan dengan psikis.
1) Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma
( mekanik, thermal, kimiawi, maupun elektrik )
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung –
ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat
benturan, gesekan, ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung
saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas
atau dingin.
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam
atau basa yang kuat
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena
pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri.
2) Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya
tekanan atau keerusakan jaringan yang mengandung
reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau metaphase.
3) Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena
adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
pembengkakan.
4) Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah,
biasanya pada pasien infark miokard dengan tanda nyeri
pada dada yang khas.

c. Patofisiologi
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi,
perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami
pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan
reaksi.
• Resepsi      : Proses perjalanan nyeri.
• Persepsi     : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik,
termal, kimia ) akan menyebabkan pelepasan
substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium ).
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri
maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa
menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran,
suhu hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di
struktur permukaan.
• Reaksi       : Respon fisiologis dan perilaku setelah
mempersepsikan nyeri.
Stimulus penghasil nyeri mengirim impuls melalui
serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf
dan akhirnya sampai kedalam masa berwarna abu-abu di
medulla spinalis.
Terdapat pesan nyeri dan berinteraksi dengan sel-
sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri mencapai otak
atau trasmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka
otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan
nyeri.

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku
dari pasien. Secara umum, orang yang mengalami nyeri akan
didapatkan respon psikologis berupa :
1. Suara
Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas
2. Ekspresi wajah
Meringis, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi
berkerut, tertutup rapat/membuka mata atau mulut,
menggigit bibir
3. Pergerakan tubuh
Kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok
atau berirama, bergerak melindungi tubuh,
immobilisasi, otot tegang
4. Interaksi sosial
Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus
aktivitas untuk menghindari nyeri, disorientasi waktu.
(Judha, et al., 2012)

e. Komplikasi
1. Kejang
2. Masalah Mobilisasi
3. Hipertensi
4. Hipertermi
5. Gangguan pola istirahat dan tidur

f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar
dapat mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi
dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien
masih dapat berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien
dapat menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon
dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien
masih bisa merespon, namun terkadang klien
tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif
pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien
merespon dengan cara memukul.

g. Penatalaksanaan Medis
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri, meliputi tindakan non farmakologis
dan tindakan farmakologis.

1) Tindakan non farmakologis


a. Relaksasi gengggam jari, adalah sebuah teknik
relaksasi yang berhubungan dengan jari tangan
serta aliran energy didalam tubuh kita. Teknik ini
dilakukan dengan cara menggenggam jari sambil
menarik napas dalam-dalam (relaksasi) sehingga
dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi,
karena genggaman jari akan menghangatkan titik-
titik keluar dan masuk energy pada meridian
(energy channel) yang terletak pada jari tangan
kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan
memberikan rangsangan secara refleks (spontan)
pada saat menggenggam. Rangsangan tersebut
akan mengalir semacam gelombang listrik menuju
otak. Gelombang tersebut diterima dan diproses
dengan cepat oleh otak, lalu diteruskan menuju
saraf organ tubuh yang mengalami gangguan,
sehingga sumbatan dijalur energy menjadi lancar
(Utami dan Kartika, 2018)
b. Distraksi, merupakan metode untuk menghilangkan
nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-
hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri
yang dialami. Dalam teori Gate Control
menjelaskan distraksi dapat mengurangi nyeri
dengan cara pada spina cord sel-sel reseptor yang
menerima stimulus nyeri peripheral dihambat oleh
stimulus dari serabut – serabut saraf yang lain.
Maka, pesan-pesan nyeri menjadi lebih lambat
daripada pesan-pesan diversional sehingga pintu
spina cord yang mengontrol jumlah input ke otak
menutup dan perasaan nyeri klien akan berkurang.
Beberapa teknik distraksi antara lain: bernafas
secara pelan-pelan, massage sambil bernafas
pelan-pelan, mendengarkan lagu sambil menepuk-
nepukkan jari atau kaki, membayangkan hal-hal
indah sambil menutup mata (Sukarmin, 2012).
c. Relaksasi, merupakan kebiasaan mental dan fisik
dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri. Ada tiga hal utama yang diperlukan
dalam relaksasi yaitu posisi yang tepat, pikiran
beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi tubuh
disokong (misal, bantal menyokong leher),
persendian fleksi dan otot-otot tidak tertarik (misal
tangan dan kaki tidak disilangkan). Untuk
menenangkan pikiran klien dianjurkan pelan- pelan
memandang sekeliling ruangan. Untuk melestarikan
wajah klien dianjurkan untuk tersenyum dan
membiarkan geraham bawah kendor. Teknik
relaksasi sebagai berikut :
a) Klien menarik napas dalam dan mengisi paru-
paru dengan udara
b) Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil
membiarkan tubuh menjadi kendor dan
merasakan nyaman
c) Klien bernapas beberapa kali dengan irama
normal
d) Klien menarik napas dalam lagi dan
menghembuskan pelan- pelan. Anjurkan klien
untuk mengkonsentrasikan pikiran klien pada
kakinya yang terasa ringan dan hangat
e) Klien mengulang langkah 4 dan
mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot-otot yang lain
f) Setelah merasa rileks, klien dianjurkan untuk
bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri hebat,
anjurkan klien bernapas dangkal dan cepat.
(Purba dan Trafina, 2017)
d. Hipnosis diri, dapat membantu mengubah persepsi
nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Hipnosis diri
menggunakan sugesti diri dan kesan tentang
perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki
keadaan rileks dengan menggunakan berbagai ide
pikiran kemudian kondisi-kondisi menghasilkan
respons tertentu. Hipnosis diri sama dengan
melamun konsentrasi yang intensif mengurangi
ketakutan dan stress karena individu
berkonsentrasi hanya pada satu pikiran (Zakiyah,
2015).
e. Stimulasi kulit, dapat dilakukan dengan cara
pemberian kompres dingin, kompres hangat atau
panas, massage dan stimulasi saraf elektrik
transkutan (TENS). Kompres dingin dapat
memperlambat impuls-impuls motorik menuju otot-
otot pada area nyeri. Kompres dingin dan panas
dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan
proses penyembuhan (Purba dan Trafina, 2017)

2) Tindakan farmakologis
a. Analgesik merupakan metode yang paling umum
untuk mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgesik,
yakni: non narkotik dan obat antiinflamasinonsteroid
(NSAID), analgesik narkotik atau opiate, obat
tambahan atau koanalgesik.
b. Antipiretik, pengobatan serangan akut dengan
Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0 –
3,000 mg (dalam NaCl intravena) tiap 8 jam sekali
untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat
oleh netrofil sampai nyeri berkurang, Phenilbutazone,
Indomethacin, Allopurinol untuk menekan atau
mengontrol tingkat asam urat dan mencegah
serangan. (Purba dan Trafina, 2017)

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Dyspepsia dengan


Masalah Nyeri Akut
a. Pengkajian
1) Anamnese Identitas klien
a) Nama klien : untuk mengidentifikasi klien dan membedakan
antara satu klien dengan klien yang lainnya
b) Usia : untuk mengidentifikasi usia klien Dyspepsia
c) Jenis kelamin : menurut jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan
mempunyai potensi yang sama dapat menderita Dyspepsia
(Tarwoto dan Wartonah, 2015).
d) Pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang Dyspepsia, maka akan
menganggap remeh penyakit ini bahkan hanya menganggap
Dyspepsia sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini
(Khanza, et al., 2017).
2) Keluhan utama : penderita datang ke rumah sakit dengan keluhan
nyeri epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium
diakibatkan iritasi mukosa lambung yang merangsang noniseptor
nyeri pada lapisan otot lambung pada bagian pleksus saraf
mienterikus
(Auerbach) (Sukarmin, 2012).
3) Riwayat Penyakit Sekarang : keluhan pasien berupa nyeri ulu hati
sampai datang ke rumah sakit (Mardalena, 2018).
4) Riwayat Penyakit Dahulu : pasien Dyspepsia dengan riwayat
kebiasaan mengkonsumsi makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein, alkohol yang merupakan agen-agen
yang menyebabkan iritasi mukosa lambung, riwayat diet dan pola
makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).
5) Riwayat Penyakit Keluarga : diisi dengan menyebutkan nama
penyakit berat yang pernah diderita oleh keluarga dan dikhususkan
terhadap riwayat kesehatan terutama penyakit genetik dan penyakit
keturunan (Setiadi, 2012).
6) Riwayat Alergi : riwayat alergi yang dimiliki klien harus diketahui
perawat. Alergen dapat berupa makanan, obat, bulu hewan, serbuk
sari maupun alergen lain yang dapat menimbulkan alergi (Debora,
2017).
7) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Nutrisi
Peningkatan asam lambung pada penderita Dyspepsia akan
menurunkan nafsu makan, karena produk sekretorik lambung akan
lebih banyak mengisi lumen lambung (Sukarmin, 2012).
b) Pola Eliminasi
Pola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit seperti pola BAB, BAK,
dan gangguan atau kesulitan ekskresi. Faktor yang mempengaruhi
fungsi ekskresi seperti pemasukan cairan dan aktivitas (Tarwoto
dan Wartonah, 2015).
c) Pola Aktivitas
Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak tiduran,
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, BAB, BAK
banyak dibantu oleh keluarga (Sukarmin, 2012).
d) Pola Istirahat
Difokuskan pada pola tidur, istirahat, relaksasi dan bantuan-
bantuan untuk merubah pola tersebut (Setiadi, 2012).
e) Pola Kebersihan Diri
Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental
guna memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu
(Ambarwati, 2014).
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : kemungkinan lemah akibat penurunan oksigen
jaringan, cairan tubuh dan nutrisi.
b) Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis sampai apatis
kalau disertai penurunan perfusi dan elektrolit (kalium, natrium,
kalsium)
c) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah: terjadi peningkatan tekanan darah. Normalnya
sistole 120-139 mmHg, diastole 80-89 mmHg
b. Suhu : suhu tubuh dalam batas normal. Normalnya 36,5- 37,5◦C
c. Nadi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah
menjadi lemah, volume darah menurun sehingga jantung
melakukan kompensasi menaikkan heart rate untuk menaikkan
cardiac output dalam mencukupi kebutuhan tubuh. Normalnya, 60-
100x/menit
d. Frekuensi pernapasan : pernapasan lebih cepat sekitar 24-
30x/menit. Normalnya 18-24x/menit
(Sukarmin, 2012; Debora, 2017)
d) Kondisi fisik :
1. Pemeriksaan kulit dan kuku
Inspeksi : persebaran warna kulit, ada atau tidak edema, ada atau
tidak lesi, bentuk dan warna dasar kuku
Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit elastis atau tidak, CRT, suhu
akral dingin atau hangat (Mubarak, et al., 2015).
2. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bentuk kepala, kebersihan pada kulit kepala, kebotakan
dan tanda-tanda kemerahan
Palpasi : ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau tidaknya
nyeri tekan (Ambarwati, 2014).
3. Pemeriksaan mata
Inspeksi : kemungkinan kelihatan cekung akibat penurunan cairan
tubuh dan anemis akibat penurunan oksigen jaringan, anemia
perniosa, anemia defisiensi besi
Palpasi : kaji kekenyalan pada bola mata (Sukarmin, 2012).
4. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung, kepatenan jalan napas, ada
atau tidak pernapasan cuping hidung
Palpasi : ada atau tidak massa, ada atau tidak pembengkakan, ada
atau tidak nyeri tekan (Debora, 2017).
5. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : kesimetrisan daun telinga, kebersihan, ada atau tidak lesi
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada daun telinga saat
ditarik dan tragus ditekan (Mubarak, et al., 2015).
6. Pemeriksaan mulut
Inspeksi : kemungkinan mukosa mulut kering akibat penurunan
cairan intrasel mukosa, bibir pecah-pecah, bau mulut tidak sedap,
ada atau tidaknya perdarahan pada gusi, kebersihan lidah (Setiadi,
2012).

7. Pemeriksaan leher
Inspeksi : ada atau tidaknya pembengkakan, ada atau tidak
jaringan parut
Palpasi : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, teraba atau
tidak kelenjar tiroid (Estrada, 2014).
8. Pemeriksaan thoraks
a) Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru
Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit, ada atau
tidak lesi
Palpasi : pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa,
pemeriksaan taktil fremitus
Perkusi : hasil normal perkusi adalah resonan
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara nafas
vesikuler (Debora, 2017).
b) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis, tampak atau tidak vena
jugularis
Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah
menjadi lemah, volume darah menurun sehingga jantung
melakukan kompensasi menaikkan heart rate untuk menaikkan
cardiac output dalam mencukup kebutuhan tubuh Auskultasi : ada
atau tidak bunyi jantung tambahan (Sukarmin, 2012).
c) Pemeriksaan payudara
Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit payudara
Palpasi : ada atau tidak benjolan pada payudara, kebersihan
putting susu dan areola (Mubarak, et al., 2015).
9. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan pergerakan dinding
abdomen, tampak kembung atau normal
Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi
penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena
lambung teriritasi
Perkusi : mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian
epigastrium, terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak
pada area hepar dan pancreas
Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri
abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran pada
hepar (Sukarmin, 2012; Bickley, 2015; Debora, 2017).
10. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, ada atau tidak
pembengkakan, kelengkapan jumlah jari
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan otot
pada pergelangan tangan dan kaki (Estrada, 2014).
11. Pemeriksaan genetalia
Inspeksi : kebersihan area kulit genetalia, pertumbuhan rambut
pubis, keadaan lubang uretra, cairan yang dikeluarkan (Tarwoto
dan Wartonah, 2015).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Dyspepsia
adalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada mukosa
lambung (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).Dengan data yang
mendukung :
Gejala dan tanda mayor :
1) Subjektif
Klien mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Klien tampak gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
1) Subjektif Tidak tersedia
2) Objektif

a. Tekanan darah meningkat


b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Menarik diri
e. Berfokus pada diri sendiri
f. Diaforesis

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)


c. Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi Keperawatan pada klien Dyspepsia dengan masalah


Nyeri Akut.
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Tujuan : - Keluhan Observasi 1. Dengan
nyeri 1. Identifikasi mengidentifika si
Nyeri menurun, lokasi, dapat
klien dalam karakteristik membantu
berkur rentang , durasi, perawat untuk
ang skala 1-3 frekuensi, berfokus
setela (Tim kualitas dan pada
h Pokja SLKI DPP intensitas penyebab
dilakuk PPNI, 2018) nyeri (Tim nyeri dan
an Pokja SIKI manajemenny
tindak - Sikap DPP PPNI, a (Muttaqin
an protektif 2018) dan Sari,
asuha menurun 2013)
n (Tim Pokja 2. Identifikasi
kepera SLKI skala 2. Dengan
wat an DPP nyeri mengetahui skala
selam PPNI, 2018) (TimPokja nyeri
a 3x24 SIKI klien dapat
jam - Kemampuan DPP membantu
menggenali PPNI, perawat untuk
penyebab 2018) mengetahui
nyeri tingkatnyeri
3. Identifikasi klien (Le
respon
nyeri
meningkat (Tim non verbal (Tim Mone, et al.,
Pokja Pokja SIKI 2015)
SLKI DPP PPNI,
DPP 2018) 3. Dengan
PPNI, 2018) Edukasi mengidentifika si
respon nyeri
- Kemampuan 4. Ajarkan non verbal
mengontrol teknik non klien dapat
nyeri farmakologi mengetahui
meningkat s untuk seberapa
(Tim Pokja mengurangi kuat
SLKI rasa nyeri nyeri yang
DPP (TimPokja dirasakan oleh
PPNI, 2018) SIKI DPP klien
PPNI, 2018) (Anggarini,
- Kemampuan 2018)
menggunaka 5. Jelaskan
n teknik non tujuan dan 4. Pemberian
farmakologis manfaat teknik
meningkat teknik nonfarmakolog
(Tim Pokja napas (Tim is dapat
SLKI Pokja membantu klien
DPP SIKI DPP dalam
PPNI, 2018) PPNI, 2018) mengurangi
kecemasan
- Gelisah 6. Jelaskan nyeri (Zakiyah,
menurun prosedur teknik 2015)
(Tim Pokja napas (Tim
SLKI Pokja 5. Dengan
DPP SIKI menjelaskan
PPNI, 2018) DPP tujuan dan
PPNI, 2018) manfaatdapat
- Keluhan sulit membantu
tidur 7. Ajarkan klien dan
menurun melakukan keluarga
(Tim Pokja inspirasi dalam
SLKI dengan pentingnya
DPP menghirup informasi
PPNI, 2018) udara mengontrol
melalui nyeri dan
hidung menemukan
secara dukungan
perlahan keluarga
(Tim Pokja (Anggarini,
SIKI DPP 2018)
PPNI, 2018)
6. Untuk
8. Ajarkan membantu klien
melakukan rileks dan
ekspirasi menurunkan
dengan stimulus
menghembu internal
skan udara (Zakiyah,
mulut 2015)
mencucu
(Tim Pokja 7. Untuk
SIKI memudahkan
DPP ekspirasi
PPNI, 2018) maksimal
pada klien
9. Demonstrasi (Anggarini,
kan menarik 2018)
napas
selama 8. Untuk
4 detik memungkinkan
menahan napas ekspirasi lebih
selama baik dengan
2 detik dan meningkatkan
menghembu tekanan
skan selama jalan
8 detik (Tim udara
Pokja sehingga klien
SIKI DPP merasa
PPNI, rileks
2018) (Prasetyo,
2010)
10. Anjurkan
sering 9. Dapat
mengulangi membuat klien
atau melatih lebih baik,
teknik lebih rileks dan
relaksasi dapat
yang dipilih melupakan
(Tim Pokja nyeri (Khanza,
SIKI et al., 2017)
DPP
PPNI, 2018) 10. Untuk
mengetahui
11. Anjurkan seberapa
pasien untuk jauh klien
mengambil mampu
posisi mengontrol nyeri
nyaman
(semi fowler) (Prasetyo, 2010)

Kolaborasi 11. Pemberian


posisi yang
12. Kolaborasi tepat dan
pemberian dirasa nyaman
analgesic oleh
(Tim Pokja klien dapat
SIKI mengurangi
DPP resiko klien
PPNI, 2018) terhadap nyeri
(khanza et al,
2017)

12. Pemberian
analgetik dapat
memblok nyeri
pada susunan
saraf pusat
(Sukarmin,
2012)

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut (Anggarini, 2018).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan (Debora, 2017).

Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan


adalah sebagai berikut :
1. Keluhan nyeri menurun (rentang skala 1-3)
2. Sikap protektif (melindungi diri) menurun
3. Kemampuan menggali penyebab nyeri meningkat
4. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
5. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat
6. Nafsu makan meningkat
7. Gelisah menurun
8. Kesulitan tidur menurun
(Tim Pokja SLKI PPNI, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI. 104

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Utami, A.D., dan I.R. Kartika. 2018. Terapi Komplementer Guna


Menurunkan Nyeri Pasien Dyspepsia: Literatur Review.
REAL in Nursing Journal (RNJ). Vol.1 (no.3): 127.

Zakiyah, A. 2015. Nyeri: Konsep Penatalaksanaan dalam Praktik


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai