OLEH
A’ANG FAJAR RIZKI
NIM 0321043B
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala Ruangan
A. Konsep Medis
a. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan at[au
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah
pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
a. Menurut Prasetyo (2010) nyeri merupakan suatu
produksi mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan
rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan nyeri.
b. Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi atau dijelaskan berdasarkan kerusakan
tersebut. Nyeri tidak hanya menimbulkan pengalaman
subjektif dengan komponen sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, namun nyeri memperlihatkan
beberapa bukti objektif. Mengamati tanda-tanda vital
dapat memberi petunjuk mengenai derajat nyeri yang
dialami pasien (Price dan Wilson, 2006).
c. Nyeri merupakan sensasi subjektif, rasa yang tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual dan potensial (Siswanti, 2011).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson 2002).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional).
Nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan
dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk
dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya,
nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya
nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.
b. Etilogi
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan
berhubungan dengan psikis.
1) Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma
( mekanik, thermal, kimiawi, maupun elektrik )
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung –
ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat
benturan, gesekan, ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung
saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas
atau dingin.
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam
atau basa yang kuat
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena
pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri.
2) Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya
tekanan atau keerusakan jaringan yang mengandung
reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau metaphase.
3) Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena
adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
pembengkakan.
4) Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah,
biasanya pada pasien infark miokard dengan tanda nyeri
pada dada yang khas.
c. Patofisiologi
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi,
perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami
pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan
reaksi.
• Resepsi : Proses perjalanan nyeri.
• Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik,
termal, kimia ) akan menyebabkan pelepasan
substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium ).
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri
maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa
menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran,
suhu hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di
struktur permukaan.
• Reaksi : Respon fisiologis dan perilaku setelah
mempersepsikan nyeri.
Stimulus penghasil nyeri mengirim impuls melalui
serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf
dan akhirnya sampai kedalam masa berwarna abu-abu di
medulla spinalis.
Terdapat pesan nyeri dan berinteraksi dengan sel-
sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri mencapai otak
atau trasmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka
otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan
nyeri.
e. Komplikasi
1. Kejang
2. Masalah Mobilisasi
3. Hipertensi
4. Hipertermi
5. Gangguan pola istirahat dan tidur
f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar
dapat mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi
dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien
masih dapat berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien
dapat menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon
dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien
masih bisa merespon, namun terkadang klien
tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif
pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien
merespon dengan cara memukul.
g. Penatalaksanaan Medis
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri, meliputi tindakan non farmakologis
dan tindakan farmakologis.
2) Tindakan farmakologis
a. Analgesik merupakan metode yang paling umum
untuk mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgesik,
yakni: non narkotik dan obat antiinflamasinonsteroid
(NSAID), analgesik narkotik atau opiate, obat
tambahan atau koanalgesik.
b. Antipiretik, pengobatan serangan akut dengan
Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0 –
3,000 mg (dalam NaCl intravena) tiap 8 jam sekali
untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat
oleh netrofil sampai nyeri berkurang, Phenilbutazone,
Indomethacin, Allopurinol untuk menekan atau
mengontrol tingkat asam urat dan mencegah
serangan. (Purba dan Trafina, 2017)
7. Pemeriksaan leher
Inspeksi : ada atau tidaknya pembengkakan, ada atau tidak
jaringan parut
Palpasi : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, teraba atau
tidak kelenjar tiroid (Estrada, 2014).
8. Pemeriksaan thoraks
a) Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru
Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit, ada atau
tidak lesi
Palpasi : pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa,
pemeriksaan taktil fremitus
Perkusi : hasil normal perkusi adalah resonan
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara nafas
vesikuler (Debora, 2017).
b) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis, tampak atau tidak vena
jugularis
Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah
menjadi lemah, volume darah menurun sehingga jantung
melakukan kompensasi menaikkan heart rate untuk menaikkan
cardiac output dalam mencukup kebutuhan tubuh Auskultasi : ada
atau tidak bunyi jantung tambahan (Sukarmin, 2012).
c) Pemeriksaan payudara
Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit payudara
Palpasi : ada atau tidak benjolan pada payudara, kebersihan
putting susu dan areola (Mubarak, et al., 2015).
9. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan pergerakan dinding
abdomen, tampak kembung atau normal
Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi
penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena
lambung teriritasi
Perkusi : mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian
epigastrium, terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak
pada area hepar dan pancreas
Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri
abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran pada
hepar (Sukarmin, 2012; Bickley, 2015; Debora, 2017).
10. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, ada atau tidak
pembengkakan, kelengkapan jumlah jari
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan otot
pada pergelangan tangan dan kaki (Estrada, 2014).
11. Pemeriksaan genetalia
Inspeksi : kebersihan area kulit genetalia, pertumbuhan rambut
pubis, keadaan lubang uretra, cairan yang dikeluarkan (Tarwoto
dan Wartonah, 2015).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Dyspepsia
adalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada mukosa
lambung (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).Dengan data yang
mendukung :
Gejala dan tanda mayor :
1) Subjektif
Klien mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Klien tampak gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
1) Subjektif Tidak tersedia
2) Objektif
12. Pemberian
analgetik dapat
memblok nyeri
pada susunan
saraf pusat
(Sukarmin,
2012)
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut (Anggarini, 2018).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan (Debora, 2017).