Disusun Oleh :
Anggraini Estiwardani
Elba Habiburrahma
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan problem yang sering terjdi pada orang yang selalu
melakiukan aktivitas, contohnya pada pekerja industri, pekerja yang melakukan
gerakan tubuh,seperti tangan, kaki, dan yang lainnya secara berulang tanpa
istirahat, serta penyakit yang timbul akibat proses penuaan atau degenerasi.
Nyeri sangat menggangu aktivitas seseorang yang melibatkan gerkan tersebut,
sehingga mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat
dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus),
somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang
berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh
klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya
berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada
klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk
meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan
adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan
bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan dasar profesi mengenai gangguan
rasa nyaman: nyeri.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa/I dapat melakukan pengkajian keperawatan nyeri
b) Mahasiswa/I dapat mengidentifikasi diagnosa keperawatan nyeri
c) Mahasiswa/I dapat melakukan rencana keperawatan nyeri
d) Mahasiswa/I dapat melakukan implementasi keperawatan nyeri
e) Mahasiswa/I dapat mengevaluasi dari intervensi yang sudah dilakukan
C. Batasan Penulisan
Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah Asuhan Keperawatan Dasar
Profesi mengenai gangguan rasa nyaman: nyeri.
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun melalui studi kepustakaan dengan pengumpulan data dari
berbagai sumber.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I :Pendahuluan
BAB II :Tinjauan pustaka
BAB III :Tinjauan Kasus
BAB IV :Penutup
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
a. Faktor resiko
1) Nyeri akut
a) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
b) Menunjukan kerusakan
c) Posisi untuk mengurangi nyeri
d) Gerakan untuk melindungi
e) Tingkah laku berhati-hati
f) Muka dengan ekspresi nyeri
g) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
h) Fokus pada diri sendiri
4
i) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang,
proses berpilur)
j) Tingkah laku distraksi
k) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi,
dilatasi pupil)
l) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
m) Perubahan nafsu makan
2) Nyeri kronis
a) Perubahan berat badan
b) Melaporkan secara verbal dan nonverbal
c) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
d) Perubahan pola tidur
e) Kelelahan
f) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
g) Takut cedera
h) Interaksi dengan orang lain menurun
b. Faktor predisposisi
1) Trauma
a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
c) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat
asam atau basa kuat
d) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot
dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
5) Trauma psikologis
c. Faktor presipitasi
1) Ligkungan
5
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) Emosi
3. Patofisiologi
Menurut Andarmoyo (2013), ada beberapa tahapan dalam proses terjadinya
nyeri, yaitu:
a. Stimulasi.
Persepsi nyeri reseptor, diantarkan oleh neuron khusus yang bertindak
sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar menuju
sistem saraf pusat. Reseptor khusus tersebut dinamakan nociceptor.
Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, yaitu nosiseptor mekanisme yang
berespons terhadap mekanisme kerusakan, nosiseptor termal yang
berespons terhadap suhu yang berlebihan terutama panas, nosiseptor
polimodal yang berespons setara terhadap semua jenis rangsangan yang
merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang
berbeda.
b. Transduksi.
Transduksi merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
c. Transmisi.
Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari nociceptori saraf
perifer melewati cormu dorsalis dan corda spinalis menuju korteks serebri.
d. Modulasi.
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.
e. Persepsi.
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri
yang diterima
4. Manifestasi Klinik
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivasi sistem saraf simpatis yang akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi, peningkatan
tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil.
6
Secara verbal klien yang mengalami nyeri akut akan melaporkan adanya
ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. Klien yang mengalami
nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku
seperti menangis, mengerang kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai
(Andarmoyo, 2013).
Nyeri kronik sangat berbeda dengan yang diperlihatkan oleh nyeri akut.
Dalam pemeriksaan tanda-tanda vital, sering kali didapatkan masih dalam batas
normal dan tidak disertai dilatasi pupil. Manifestasi yang biasanya muncul
berhubungan dengan respon psikososial seperti rasa keputusasaan, kelesuan,
penurunan libido, penurunan berat badan, perilaku menarik diri, iritabel, mudah
tersinggung, marah dan tidak tertarik pada aktivitas fisik. Secara verbal klien
mungkin akan melaporkan adanya ketidaknyamanan, kelemahan dan kelelahan
(Andarmoyo, 2013).
Perhitungan skala nyeri
a. Skala numerik → digunakan untuk pasien dewasa
1) 0 : no pain / tidak nyeri.
2) 1 – 3 : mild = nyeri ringan → tidak mengganggu aktivitas.
3) 4 – 6 : moderate = nyeri sedang → mengganggu aktivitas.
4) 7 – 9 : severe = nyeri berat → tidak bisa melakukan aktivitas.
5) 10 : nyeri sangat berat
b. Skala ekspresi wajah → digunakan untuk pasien anak – anak.
7
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai
keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit
berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan
pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
5) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang
terang, serta konsentrasi dari pasien.
7) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi
audio (mendengar musik), distraksi sentuhan massage, memegang
mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle).
8) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
9) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
b. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin
(narkotik), dll.
2) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini
dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien.
8
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen.
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
c. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya.
d. CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.
7. Komplikasi
a. Gangguan pola istirahat tidur
b. Syok neurogenik
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi.
e. Hipertermi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan jaringan.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial
kronis (metastase kanker, injuri neurologis, artritis).
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC:
dengan agen injuri (biologi, Pain level, Lakukan pengkajian
kimia, fisik, psikologis), Pain control, nyeri secara
kerusakan jaringan Comfort level komprehensif termasuk
DS: Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik,
Laporan secara verbal keeprawatan selama… durasi, frekuensi,
DO: Pasien tidak mengalami kualitas dan faktor
Posisi untuk menahan nyeri nyeri, dengan kriteria hasil: presipitasi
Tingkah laku berhati-hati Mampu mengontrol nyeri Observasi reaksi
Gangguan tidur (mata sayu, (tahu penyebab nyeri, nonverbal dari
tampak capek, sulit atau mampu menggunakan ketidaknyamanan
gerakan kacau, menyeringai) teknik nonfarmakologi Bantu pasien dan
Terfokus pada diri sendiri untuk mengurangi nyeri, keluarga untuk mencari
Fokus menyempit mencari bantuan) dan menemukan
(penurunan persepsi waktu, Melaporkan bahwa nyeri dukungan
kerusakan proses berpikir, berkurang dengan Kontrol lingkungan yang
penurunan interaksi dengan menggunakan dapat mempengaruhi
orang dan lingkungan) manajemen nyeri nyeri seperti suhu
Tingkah laku distraksi, Mampu mengenali nyeri ruangan, pencahayaan
contoh: jalan-jalan, menemui (skala, intensitas, dan kebisingan
orang lain dan/atau aktivitas, frekuensi dan tanda Kurangi faktor presipitasi
aktivitas berulang-ulang) nyeri) nyeri
Respon autonom (seperti Menyatakan rasa Kaji tipe dan sumber
diaphoresis, perubahan nyaman setelah nyeri nyeri untuk menentukan
tekanan darah, perubahan berkurang intervensi
nafas, nadi dan dilatasi pupil) Tanda vital dalam Ajarkan tentang teknik
10
Perubahan autonomic dalam rentang normal non farmakologi: napas
tonus otot (mungkin dalam Tidak mengalami dalam, relaksasi,
rentang dari lemah ke kaku) gangguan tidur distraksi, kompres
Tingkah laku ekspresif hangat/dingin
(gelisah, merintih, menangis, Berikan analgetik untuk
waspada, iritabel, nafas mengurangi nyeri
panjang/berkeluh kesah) Tingkatkan istirahat
Perubahan dalam nafsu Berikan informasi
makan dan minum tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Nyeri kronis berhubungan NOC: NIC:
dengan ketidakmampuan fisik- Comfort level, Pain Management
psikososial kronis (metastase Pain control, Monitor kepuasan pasien
kanker, injuri neurologis, Pain level terhadap manajemen
artritis) Setelah dilakukan tindakan nyeri
DS: keperawatan selama…. Tingkatkan istirahat dan
Kelelahan Nyeri kronis pasien tidur yang adekuat
Takut untuk injuri ulang berkurang dengan kriteria Kelola anti analgetik....
DO: hasil: Jelaskan pada pasien
Atropi otot Tidak ada gangguan tidur penyebab nyeri
Gangguan aktivitas Tidak ada gangguan Lakukan teknik
Anoreksia konsentrasi nonfarmakologis
Perubahan pola tidur Tidak ada gangguan (relaksasi, masase
Respon simpatis (suhu hubungan interpersonal punggung)
dingin, perubahan posisi Tidak ada ekspresi
tubuh, hipersensitif, menahan nyeri dan
perubahan berat badan) ungkapan secara verbal
Tidak ada tegangan otot
4. Evaluasi
a. Penurunan skala nyeri.
b. Merasa nyaman dan dapat istirahat.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Dyspepsia
Diruang Cempaka 3 Rumah Sakit Umum Kabupaten Karanganyar
Tgl/Jam MRS : 15 Oktober 2018
Tanggal/Jam Pengkajian : 18 Oktober 2018
Metode Pengkajian : Wawancara dan Rekam medis
Diagnosa Medis : Dyspepsia
No.Registrasi : 00448430
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny S
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Klangon Wetan 02/01 Gantiwarno
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Guru TK
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn N
Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Klangon Wetan 02/01 Gantiwarno
Hubungan dgn Klien : Anak
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa perutnya terasa nyeri.
12
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri pada perutnya.
Pada tanggal 15 Oktober 2018 keluarga membawa pasien ke IGD
RSUD Kabupaten Karanganyar. Setelah pemeriksaan di IGD pasien
langsung dibawa ke ruang perawatan cempaka 3 untuk tindakan lebih
lanjut. Saat tiba di ruangan dilakukan pengkajian, pasien mengeluh
nyeri di bagian perut, skala nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri dirasakan
hilang timbul, seperti tertusuk benda tajam, dan semakin berat bila
pasien melakukan aktivitas.
e. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
: Tinggal Serumah
13
3. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
a. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien selalu makan makanan yang cepat saji dan makanan yang
pedas, serta tidak mengetahui bagaimana akibatnya jika terlalu sering
mengkonsumsi makanan tersebut.
e. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Frekuensi : 3 x/hari
Jenis : Makanan padat
Porsi : 1 piring
Keluhan : Tidak ada
14
Sesudah sakit
Frekuensi : 3x/hari
Jenis : Makanan lunak dan cair
Porsi : 250 cc (Satu gelas BBRG dan satu buah pisang), dan 1
piring makan lunak
Keluhan : Tidak ada
f. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
Frekuensi BAB : 1 x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning kecoklatan
Keluhan/kesulitan BAB : tidak ada
Penggunaan obat pencahar : tidak ada
Selama sakit
Frekuensi BAB : 1x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning kecoklatan
Keluhan/kesulitan BAB : tidak ada
Penggunaan obat pencahar : tidak ada
2) BAK
Sebelum sakit
Frekuensi BAK : 5 x/hari
Jumlah urine : 500 cc
Warna : kuning jernih
Keluhan/ kesulitan BAK : tidak ada
Selama sakit
Frekuensi BAK : 5 x/hari
Jumlah urine : 500 cc
Warna : kuning jernih
Keluhan/ kesulitan BAK : tidak ada
15
Analisis Keseimbangan Cairam selama Perawatan
Intake Output Analisis
a. Minuman : 1000 a. Urine : 400 cc Intake: 1700 cc
cc b. Feses : 300 Output:1700 cc
b. Makanan : 700 c. IWL : 15x 60 : 24
jam= 37,5 x 24=900 cc
Total : 1700 cc Total : 1700 Total : 0
16
i. Pola Koping
Masalah utama selama masuk RS : pasien mengeluh nyeri di bagian
perut, skala nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri dirasakan hilang timbul,
seperti tertusuk benda tajam, dan semakin berat bila pasien melakukan
aktivitas.
j. Pola Seksual-Reproduksi
Masalah menstruasi : tidak ada
Pap smear terakhir : tidak ada
Perawatan payudara setia bulan : tidak ada
Alat kontrasepsi yang digunakan : spiral
Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual : tidak ada
Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual : tidak ada
4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) TD : 120/90 mmHg
2) Nadi
Frek : 89 x/menit
Irama : Reguler
Kekuatan : Cepat
3) Pernafasan
Frek : 20 x/menit
Irama : Reguler
4) Suhu : 36,8
Mata
Kebersihan : keadaan bersih
Fungsi penglihatan : fungsi penglihatan baik
Palpebra : tidak ada bengkak
2 Muka Konjungtiva : merah muda
Sclera : tidak ikterik
Pupil : mengecil bila diberikan rangsangan cahaya
Diameter ka/ki : 2/2
Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
18
Hidung
Fungsi penghidung : fungsi penciuman baik
Sekret : tidak ada sekret
Nyeri sinus : tidak ada
Polip : tidak ada
Napas cuping hidung: tida ada
Mulut
Kemampuan bicara: kemampuan berbicara baik
Keadaan bibir : bibir lembab, tidak ada lesi, tidak ada
stomatitis
Selaput mukosa : lembab
Warna lidah : tidak ada kandidiasis
Keadaan gigi : terdapat gigi karies di sebelah kanan
geraham
Bau nafas : tidak ada
Dahak : tidak ada
Gigi
Jumlah : lengkap
Kebersihan : bersih
Masalah : tidak ada
Telinga
Fungsi pendengaran: baik
Bentuk: simetris
Kebersihan: keadaan bersih
Serumen: tidak ada serumen
Nyeri telinga: tidak ada nyeri
Bentuk : simetris
Pembesaran tyroid : tidak ada
3 Leher Kelenjar getah bening : tidak ada
Nyeri waktu menelan : tidak ada
JVP : tidak ada
Paru-paru
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak
ada otot bantu pernafasan
Palpasi : vocal fremitus baik, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi ronkhi, wheezing, dan
creckless
Dada Jantung
4
(Thorax) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : BJ I dan BJ II terdengar normal
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut
Auskultasi : bising usus: 14 x/menit
Perkusi : timpani
19
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian perut, skala
nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri dirasakan hilang timbul,
seperti tertusuk benda tajam, dan semakin berat bila
pasien melakukan aktivitas.
Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak ada
5 Genetalia
bengkak, keadaan bersih, tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak ada
Anus dan
6 hemoroid tidak ada bengkak, keadaan bersih, tidak ada
Rektum
nyeri tekan.
Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : 5/5/5/5
ROM kanan dan kiri : bisa dilakukan rom aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada
Pergerakan sendi bahu : baik
Perabaan akral : akral teraba hangat
Pitting edema : tidak ada
Terpasang infus : terpasang infuse di tangan kanan
7 Ekstremitas
Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : 5/5/5/5
ROM kanan dan kiri : dapat dilakukan rom aktif secara
mandiri
Perubahan bentuk tulang : tidak ada
Varises : tidak ada
Perabaan akral : akral teraba hangat
Pitting edema : tidak ada
Turgor kulit baik, crt <2detik, tidak ada lesi, tidak ada
8 Integumen jaringan parut
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hitung Jenis
Neutrofil% 68,8 50,0-70,0 %
20
Limfosit% 26,6 25,0-40,0 %
Kimia
Hati
6. TERAPI MEDIS
Hari/ Golongan &
Jenis Terapi Dosis Fungsi
tgl Kandungan
Kamis, 1. Ranitidine 50 - Golongan: 1. Menangani
18 mg/12 antagonis gejala dan
Oktober jam reseptop penyakit akibat
2108 histamine H2 produksi asam
- Kandungan: lambung
Ranitidine HCL berlebihan
2. Ondansentr 4mg/12 - Golongan: 2. Mengatasi mual
on jam antiemetic dan muntah
- Kandungan:
ondansentron hcl
3. Santagesik 1000gr/ - Golongan: obat 3. Mengurangi nyeri
12 jam anti inflamasi
nonsteroid
- Kandungan:
metamizole Na
4. Infuse RL 20 tpm - Golongan: 4. Menggantikan
kristaloid cairan yang
- Kandungan: hilang, dan
natrium:3,1gr, menentukan
Nacl: 6gr, tekanan osmotic
Kcl:0,3gr, CaCl:
0,2gr
21
Jumat, 1. Ranitidine 50 - Golongan: 1. Menangani
19 mg/12 antagonis gejala dan
Oktober jam reseptop penyakit akibat
2018 histamine H2 produksi asam
- Kandungan: lambung
Ranitidine HCL berlebihan
2. Ondansentr 4mg/12 - Golongan: 2. Mengatasi mual
on jam antiemetic dan muntah
- Kandungan:
ondansentron hcl
3. Santagesik 1000gr/ - Golongan: obat 3. Mengurangi nyeri
12 jam anti inflamasi
nonsteroid
- Kandungan:
metamizole Na
4. Infuse RL 20 tpm - Golongan: 4. Menggantikan
kristaloid cairan yang
Kandungan: hilang, dan
natrium:3,1gr, menentukan
Nacl: 6gr, tekanan osmotic
Kcl:0,3gr, CaCl:
0,2gr
Sabtu, 1. Ranitidine 50 - Golongan: 1. Menangani
20 mg/12 antagonis gejala dan
Oktober jam reseptop penyakit akibat
2018 histamine H2 produksi asam
- Kandungan: lambung
Ranitidine HCL berlebihan
2. Ondansentr 4mg/12 - Golongan: 2. Mengatasi mual
on jam antiemetic dan muntah
- Kandungan:
ondansentron hcl
3. Santagesik 1000gr/ - Golongan: obat 3. Mengurangi nyeri
12 jam anti inflamasi
nonsteroid
- Kandungan:
metamizole Na
4. Infuse RL 20 tpm - Golongan: 4. Menggantikan
kristaloid cairan yang
Kandungan: hilang, dan
natrium:3,1gr, menentukan
Nacl: 6gr, tekanan osmotic
Kcl:0,3gr, CaCl:
0,2gr
22
ANALISA DATA
Nama :Ny.S No. CM : 00448430
Umur :50 tahun Dx. Medis : Dyspepsia
N
Hari/Tgl Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
o
1 Kamis, 18 DS: Nyeri Respon mukosa Nyeri berhubungan dengan iritasi pada
Oktober Pasien mengatakan bahwa nyeri di dari lambung mukosa lambung
2018 bagian perut, skala nyeri 6 dari rentang
1-10, nyeri dirasakan hilang timbul, Vasodilatasi
seperti tertusuk benda tajam, dan produksi HCL di
semakin berat bila pasien melakukan lambung
aktivitas.
DO: HCL kontak
Tampak meringis kesakitan dengan mukosa
Tampak pasien memegang bagian gaster
perutnya
Td: 120/90 mmHg Nyeri
N: 89 x/menit
R: 20 x/menit
S: 36, 8 C
N
Hari/Tgl Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
o
2 Kamis, 18 DS: Gangguan pola Peningkatan Gangguan pola tidur berhubungan
Oktober Pasien mengatakan bahwa kesulitan tidur produksi HCL di dengan sering terbangun pada malam
2018 tidur malam, dan sering terjaga pada lambung hari
malam hari karena nyeri yang hilang
timbul yang ia rasakan. HCL kontak
DO: dengan mukosa
- Tampak lemas gaster
- Terdapat kantung mata
- TD: 120/90 mmHg Nyeri
- N: 89 x/menit
- R: 20x/menit Gelisah
- S: 36,8 C
Terbangun pada
malam hari
Gangguan pola
tidur
3 Kamis, 18 DS: Ansietas Peningkatan Ansietas berhubungan dengan
Oktober Pasien mengatakan bahwa merasa produksi HCL di perubahan pada status kesehatan
2018 cemas dengan kondisinya saat ini lambung
karena nyeri yang dirasakan tidak
kunjung hilang. HCL kontak
DO: dengan mukosa
- Tampak cemas gaster
- Tampak gelisah
- TD: 120/90 mmHg Nyeri
- N: 89 x/menit
- R: 20x/menit Perubahan pada
- S: 36,8 C status kesehatan
ansietas
Ansietas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kesimpulan
Ny.S dengan penyakit dyspepsia dengan kolik, pada tanggal 18 Oktober
dilakukan pengkajian di ruangan cempaka 3 dan ditemukan terdapat nyeri di
bagian perut, skala nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri dirasakan hilang timbul,
seperti tertusuk benda tajam, dan semakin berat bila pasien melakukan
aktivitas. Terdapat gangguan pola tidur dikarenakan sering terbangun pada
malam hari karena nyeri yang dirasakannya, dan kualitas tidur pada malam
hari hanya 2 jam. Selain itu pasien mengalami cemas karena adanya
perubahan status kondisinya saat ini.
Setelah dilakukan pengkajian, ditemukan diagnosis keperawatan yaitu
nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, gangguan pola tidur
berhubungan dengan sering terbangun malam hari, dan ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Pada hari ketiga, dilakukan evaluasi keperawatan. Didapatkan hasil
nyeri pasien berkurang dengan skala nyeri 3 rentang 1-10, pola tidur dan
kualitas pasien kembali normal, tidak terdapat kantung mata, dan tidak
mengalami cemas lagi. Pasien dipulangkan pada tanggal 22 Oktober 2018.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis
mengenai makalah ini adalah:
1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan
makalah mengenai asuhan keperawatan pasien dengan nyeri.
2. Diharapkan pembaca dapat memahami penjelasan mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan gagal jantung yang telah diuraikan.
3. Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan dan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA